start writing (revisi version) : 2 sept 21
ending writing : pembaca aja gak tau, apalagi penulis ohooo
^AKAN DI UP DAN REVISI LAGI SETELAH CERITA 'OLDER ME' TAMAT^
But u can save this story on ur library (。・ω・。)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bianglala? Hanya sebuah komedi putar. -Arsen.
~A'LIV~
A'LIV | Viola POV
"Jangan takut."
Bentar, bentar, BENTARRR!!! Kenapa suara bang Anby mirip sama si Sen lampu?!
Aku berucap sambil menaikan kepalaku pelan karena sedikit takut. "Hiksss, I-iy- HEHHHHH?!"
Aku melepaskan pelukannya dan saat itu juga wahana yang sedang kunaiki menjadi pelan. "A-anu i-itu gu-"
"Santai aja." Katanya datar.
Kali ini aku pasrah karena malu. "Hmm." Balasku sambil mengangguk lalu menoleh ke arah bang Anby dan Ian yang sedang menyengir seperti hewan yang makan pisang di pohon.
Aku memukul kencang lengan Bang Anby. "Abang jahat ih! Kenapa tangan Ola tadi di lepas ha?! Untung aja disamping Ola bukan bapak-bapak."
Bang Anby sama Ian ketawa, nabok abang pake sepatu boleh gak sih?!
"Ya maap tadi abang reflek ngelepas tangan kamu, makasih ya Ar." Jawab bang Anby terus Sen lampu eh maksudnya Arsen cuman ngangguk doang.
Kita turun dari wahana terus kepala gua langsung pusing dan...
"HUEKKKKK!!"
Malu gak? Malu lah! Banyak orang disini terus tiba-tiba gua muntah ditambah lagi ada Sen lampu! Gak tau gua enggak mau manggil dia pake namanya soalnya bawaanya pengen debat mulu kalo nyebut namanya.
"Eh eh kenapa Laa?" Panik Ian sambil mijet belakang leherku. "Plastik mana plastik bang?" Lanjutnya.
"Udah langsung disitu aja, tuh di semak-semak, sana temenin sama lu." Suruh bang Anby.
Ingat lah, jangan pernah membayangkan bahwa bang Anby itu berbeda dengan Ian, karena pasalnya sikap mereka itu 11 12 walaupun terkadang bang Anby dan Ian sedikit dewasa secara bergantian, seperti sekarang.
"Et dah nanti gua beliin komik dah bang, cepet cari plastik..," ucap Ian, ya, bang Anby bersikap seperti itu karena memang ada maunya, komik contohnya.
"Oke!" Bang Anby langsung ngebuka tasnya. "Nih!" Katanya sambil nyodorin plastik ke aku dan akhirnya aku muntah seplastik dan enek banget wei!
"Mau min-" Belum selesai aku bicara, tiba-tiba Sen lampu nyodorin botol minum yang masih penuh.
"Belom gua minum," Gitu katanya.
Yaudah aku minum dan habis itu bang Anby mijet belakang leher aku pake tangannya yang udah dikasih minyak kayu putih.
"Abis ini pulang aja ya?"
Aku menggelengkan kepala. "Masih mau naik wahana."
"Nanti kalo lu sakit gimanaa, Olaaa?" Tanya Ian.
"Yaa tinggal istirahat." Jawabku seenaknya.
Tak
Bang Anby menyentil kening aku. "Ahh pusing bang!" Rintih aku sambil mengusap kening.
"Kalo gitu pulang, kan lagi pusing." Titah bang Anby.
"Ih enggak mauuu!" Kekeh aku.
"Kalo gitu satu wahana lagi abis itu pulang, deal?" Ian mengulurkan tangannya sebagai perjanjian.
"Hm yaudah, deal!" Finalku sambil menjabat tangan Ian.
"So, mau naik apa?"
"Komedi putar!" Jawab aku dengan cepat dan semangat.
Asal kalian tahu saja, komedi putar itu wahana favorit aku, ya gimana ya pas naik komedi putar tuh apalagi pas udah nyampe diatasnya... berasa kayak gak punya beban dan masalah hidup gitu.
Seakan-akan gua lagi terbang dan semua masalah terhempas begitu aja.
"Yaudah ayok," kata Ian sambil ngegandeng tangan aku, mungkin takut aku pingsan.
Setelah sampai di komedi putar, Ian mendorong aku agar berada disebelah Sen lampu.
"Sama Arsen aja ya, Ian sama bang Anby masih mau main disini, sayang duitnya soalnya." Begitu kata Ian, terus mereka langsung pergi ninggalin gua sama Sen lampu.
Biasalah, sikap kurang ngajar merekanya kambuh!
"Masih mau jadi?" Tanya Sen lampu.
"Jadi lah, ya kali enggak." Kataku lalu berjalan mendahului Sen lampu.
"Berapa orang ka?" Tanya si penjual tiket.
"Dua orang." Sen lampu yang jawab.
Aku dan Sen lampu menaiki komedi putar tersebut, hanya untuk dua orang di setiap gerbong komedi putarnya.
Aku menikmati pemandangan dari komedi putar dan tidak lupa berfoto ria tentunya.
"Potoin." Titah aku pada Sen lampu sambil memberikan handphone milik aku. Sen lampu langsung motoin, maybe karena Ian nitipin aku ke dia atau karena aku lagi kurang enak badan, dia jadi nurut.
Setelah beberapa menit tidak ada yang bicara, Sen lampu tiba-tiba ngomong dan itu ngebuat aku bingung.