Di lain sisi - ran POV -
"Eh bang, kita gapapa nih ninggalin Ola sama Arsen?" Tanya Rian.
"Gapapa. Lagian biar mereka akur juga," jawab Anby.
"Tapi kalo mereka ribut gimana? Mereka gak bakal saling bunuh kan?" Tanya Rian lagi dengan segala over thinking nya.
"Gile aje lu, makanya jangan kebanyakan nonton anime, drama mulu sih idupnya." Balas Anby yang langsung menusuk ke tulang Rian.
"Duh duh duh! Nusuk bet sampe ke tulang."
"Iyain biar cepet."
back to Viola POV
|"Ternyata gini rasanya." Kata Sen lampu sambil liat ke arah luar komedi putar.
"Ha?" Aku bingung, gini gimana coba. "Maksudnya?"
"Nanimonai." (Bukan apa-apa.) Jawab Sen lampu.
"Ga jelas ih," aku paling kesal jika ada orang yang bicara setengah-setengah seperti Sen lampu tadi, bikin orang penasaran tau enggak sih!?
Setelah selesai menaiki komedi putar aku langsung pulang dan sesuai kata Ian, Sen lampu yang nganterin pulang.
Pas dipertengahan jalan Bunda nelpon lagi.
"Assalamualaikum sayang."
"Waalaikumussalam bundaaa."
"Udah mau pulang belum?"
"Lagi di jalan bunda."
"Oh oke, sama abang kan pulang nya?"
"Bukan, sama temen abang bund."
"Temen abang? Siapa? Abil?"
"Bukan bundaaaa."
"Terus siapa?"
"A R S E N" Jawabku dengan mengeja nama Sen lampu.
"Arsen?"
"Iya bunda."
"Yaudah, nanti suruh mampir dulu."
"Ga-"
"Bunda tutup ya, assalamu'alaikum."
Kira-kira begitulah percakan aku dengan bunda.
"Bunda gua bilang, mampir dulu."
"Gak usah."
"Ih, disuruh sama bunda tau gak!"
"Tau, kan lu udah bilang tadi."
"Tau ah, pala gua puyeng."
"Ada obat di situ," kata Sen lampu sambil matanya ngelirik dashboard mobil.
"Hm," jawabku singkat lalu memejamkan mata tanpa meminum obatnya.
A'LIV
|
back ran POVViola tertidur di dalam mobil Arsen, Arsen melirik Viola. "Tidur ternyata," gumamnya pelan.
Setelah beberapa menit diperjalanan akhirnya Arsen sampai di depan rumah milik Viola, Arsen menekan bel pintu masuk mansion Viola yang bagaikan istana.
Tadi saat di gerbang, sang satpam langsung membukakan gerbang nya saat melihat anak dari Tuan nya yang sedang tertidur didalam mobil Arsen.
Arsen menekan bel lagi sambil mengucapkan salam.
"Dengan siapa?" Tanya pembantu yang berada di dalam mansion.
"Arsen, teman Anby." Jawab Arsen dengan singkat dan jelas.
"Baik, mohon ditunggu sebentar Den Arsen."
Lalu tak lama kemudian pintu mansion dibuka oleh dua orang pembantu yang berpakaian sama. Keluarga Geiz memang memiliki pembantu namun pembantunya hanya datang di saat sang Tuan rumah memintanya atau di saat tertentu.
"Ah ini nak Arsen ya?," tanya Selena yang tiba-tiba sudah ada di depan Arsen.
Arsen tersenyum kecil sambil salim terlebih dahulu. "Iya tante."
"Lho? Terus Viola nya dimana?" Tanya Selena saat sadar bahwa putrinya tidak berada di samping Arsen.
"Masih tidur di mobil tante," jawab Arsen dengan sopan.
Selena sudah tahu bahwa putrinya sedang tidak enak badan, sebelum Selena menelpon Viola, Anby sudah lebih dahulu menelponnya dan mengatakan bahwa Viola sedang tidak enak badan.
Namun Selena tidak tahu jika yang akan mengantar putrinya pulang adalah teman dari abangnya dan bukan abangnya, kurang ngajar memang mereka tapi Selena selalu memakluminya.
Putranya Anby tidak akan melakukan sesuatu tanpa ada alasannya, itulah pikiran Selena.
"Kalo gitu bisa tolong gendong Viola ke kamarnya?" Pinta Selana.
"An-"
Selena tersenyum. "Tolong ya, lantai dua," lalu meninggalkan Arsen begitu saja, mau tidak mau Arsen menggendongnya.
Saat dijalan menuju lift Arsen mendengar suara seorang pria yang berkata kepadanya.
"Eh eh pangeran darimana kamu? Main gendong-gendong putri saya aja." Ya, itu Adri, ayah Viola. Selena lupa memberitahu tentang Arsen kepada Adri.
"Saya temannya Anby, om." Jawab Arsen sambil sedikit membungkuk sebelum bicara.
"Terus apa hubungannya sama kamu gendong anak saya? Kamu mau nikahin anak saya emang? Berani-beraninya pegang anak saya." Kata Adri namun dia tetap diam dan tidak mengambil Viola dari gendongan Arsen.
"Terus kenapa gak direbut aja ini," batin Arsen.
Adri langsung melanjutkan ucapannya. "Saya tau pikiran kamu, saya udah tua, takut encok kalo gendong yang berat-berat."
Arsen hanya tersenyum, sudah lama dia tidak tersenyum tulus seperti itu.
"Udah sana bawa ke kamarnya, om cuma bercanda tadi, om tau situasinya pas ngeliat putri om pucet gitu." Lanjut Adri sambil tersenyum lalu menekankan tombol lift untuk Arsen.
Arsen mengangguk mengucapkan terima kasih lalu menaiki lift.
"Om yang aturan bilang makasih."
Arsen hanya tersenyum simpul sebagai jawaban.
Setelah sampai di lantai dua, Arsen mencari kamar Viola dan langsung ketemu karena depan pintu kamar Viola berwarna galaksi sendiri dan ada tulisan ^VIOLA ROOM^
"Gua taro depan pintu aja kali ya," gumam Arsen, karena dia tidak pernah memasuki kamar perempuan.
- A'LIV -
DITUNGGU VOTE DAN KOMENNYA
sekian sayang ucapkan tidak terima kasih eh saya maksudna teh hehe
salam tampar, bewithyuuu

KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENOLA
Acakstart writing (revisi version) : 2 sept 21 ending writing : pembaca aja gak tau, apalagi penulis ohooo ^AKAN DI UP DAN REVISI LAGI SETELAH CERITA 'OLDER ME' TAMAT^ But u can save this story on ur library (。・ω・。)