"AAAAAAAA!!!" Viola terbangun dari tidurnya.
Rian kaget. "Kodok lu!"
Bak!
"Dasar!" Anby memukul Rian dengan bantal karena pasalnya dia tidak kaget dengan teriakan Viola melainkan kaget karena Rian yang ikut-ikut teriak.
"Kaget gua bang," bela Rian untuk dirinya sendiri.
"Nyenye." Anby tidak peduli dengan pembelaannya. "Kamu kenapa teriak sayang?" Lanjut Anby bertanya pada Viola.
Anby dan Rian saat ini sedang berada di kamar Viola setelah pulang dari dufan mereka langsung menjaganya dan tidak lupa mengompres dahi Viola agar demamnya sedikit turun.
Sedangkan Selena dan Adri sedang konsultasi ke dokter tentang perkembangan serta kesehatan tubuh Viola. Saat Anby dan Rian belom sampai ke rumah, ayah dan bunda nya lah yang menjaganya setelah Arsen pulang.
Harmonis memang.
"Masa bang, Ola mimpi di gendong sama pangeran terus Ola di taro di depan pintu kamar tapi abis itu Ola digendong lagi terus dilempar ke tangga, serem kan bang pangerannya?" Jawab Viola layaknya anak kecil berusia lima tahun.
Anby tersenyum sambil mengusap kepala Viola sedangkan Rian menahan tawa karena tingkah adiknya yang seperti anak kecil, sikap Viola memang random saat sedang sakit.
"Iyaa serem banget pangerannya," balas Anby sambil berpura-pura takut.
"Terus terus pangerannya gimana?" Tanya Rian.
"Ola tusuk pake pedang, soalnya pedang nya tiba-tiba ada disamping Ola terus yaudah deh karena Ola kesel sama pangeran jadi Ola tusuk," jawab Viola lagi dengan nada seperti anak kecil sedang bercerita.
Cukup! Rian sudah tidak kuat, akhirnya dia pun tertawa.
"Gak kuat gak kuat," katanya masih sambil tertawa.
Viola bingung. "Ih kok bang Iyan ketawa sih?"
"Enggak usah dipeduliin ya, abang kamu gila nya lagi kambuh." Ucap Anby.
"Emang obatnya enggak diminum?" Tanyanya polos.
Anby harus mengalihkan topik! Bisa-bisa dia ikut tertawa seperti Rian.
Anby berhasil memikirkan topik baru. "Ekhem! Gak usah peduliin bang Ian ya? Oh iya, kamu udah sholat asar belum?"
Viola menggelengkan kepala nya sebagai jawaban. "Yaudah sholat dulu ya? Bisa sendiri wudhunya?"
Viola mengangguk sambil tersenyum. "Bisa bang!" Jawabnya semangat.
Saat Viola sudah keluar untuk mengambil air wudhu, Rian dan Anby tertawa.
"Bisa-bisanya dia kayak anak kecil begitu," kata Rian masih sambil tertawa.
Anby pun ikut tertawa tapi tidak sekencang Rian. "Tapi adek gua kalo begitu kawai (lucu) juga ya."
Setelah beberapa detik tawa Rian dan Anby mulai berhenti dan sekarang diiringi dengan senyum mereka.
"Ah iya, bener juga lu bang."
Tak lama setelah itu Viola memasuki kamarnya kembali, lalu dengan semangatnya Rian bertanya sambil sedikit tertawa. "Pangerannya mati gak pas ditusuk pake pedang?"
Viola mengambil bantalnya lalu melemparkannya ke tempat Rian. "Keluar lu."
"Lho lho? Udah kembali normal ternyata," ucap Rian yang tentu saja masih diselingi dengan tawanya.
"Urusai," balas Viola.
"Udah mendingan?"
Viola mengangguk, "udah bang."
"Terus? Mau abang temenin sampe bunda pulang atau gimana?" Anby bertanya lagi.
"Gak usah bang, Ola mau tidur lagi nanti kalo pas adzan magrib bangunin Ola ya, masih sedikit pusing soalnya." Jelas Viola agar tidak ditanya berkali-kali oleh mereka.
Anby mengusap puncak kepala Viola.
"Oke, yaudah cepet sembuh ya."Anby menarik baju Rian karena dia masih tetap duduk nyaman di posisinya.
"Jangan lupa sampein salam gua ke pangeran nya ya." Ejeknya sebelum keluar kamar Viola dengan ditarik oleh Anby.
"Untung enggak ada si Sen lampu," Gumam Viola kemudian memejamkan matanya dan akhirnya tertidur.
- A'LIV -
Ada yang mau mungut Ian ga? ambil aja nih, gua buang soalnya -Viola
salam tampar, bewithyuuu

KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENOLA
Aléatoirestart writing (revisi version) : 2 sept 21 ending writing : pembaca aja gak tau, apalagi penulis ohooo ^AKAN DI UP DAN REVISI LAGI SETELAH CERITA 'OLDER ME' TAMAT^ But u can save this story on ur library (。・ω・。)