A'LIV 9

24 7 0
                                    

Anby sebagai ketua osis tidak sengaja mendengar apa yang dibicarakan oleh adiknya, Viola. Dia ingin menjelaskan namun sayangnya perhatiannya malah teralihkan oleh teman sebangku adiknya, Victoria.

"Kenapa dia ada disini?" Batin Anby.

"An, lu di panggil sama guru bahasa inggris." Kata Abil yang tiba-tiba muncul dibelakang Anby.

Syukurlah, dia jadi punya alasan untuk tidak masuk ke kelas Viola —Anby berjanji pada bundanya untuk melihat adiknya itu di kelas barunya—. Dia juga sudah punya insting bahwa sebentar lagi Ian akan menjelaskan.

Rian yang dari tadi sudah gatal ingin bicara akhirnya berdiri dari bangkunya dan berjalan ke arah Viola

"Gua aja yang jelasin, kalian kebanyakan ngeluarin jigong sih." Kata Rian.

"Mana ada," ucap Viola. "Tapi emang bener sih." Lanjutnya sambil tertawa sendiri.

Mari kita abaikan Viola terlebih dahulu.

"Eh Yan, kita sekelas ternyata," kata Ali sambil sedikit tertawa.

"Sttt, gua mau jelasin dulu ke dia nih," balas Ian sambil mendorong kepappla Viola dengan telunjuk. "Kalo kaga dijelasin disini, pasti nanti dirumah dia banyak tanya banget." Lanjutnya.

"Jadi gini—"

"DEV KEMBALIII!!" Teriaknya sambil memasuki kelas.

"Udah sono lu, lu yang cerita mah nanti ceritanya malah nyambung-nyambung ke anime yang lu tonton lagi." usir Viola pada Rian.

"Cih." Rian sambil memanyunkan bibirnya. "Awas lu Dev, gua sleding nanti lu," kemudian Rian kembali ke tempat duduknya.

"Eh ada si Yanyan ternyata, btw gua bukan bola jadi gak bisa di glindingin," ucapnya dengan bangga.

"SLEDING WOI SLEDING." Teriak mereka termasuk Rian yang memiliki suara paling keras, sehingga semua murid yang ada dikelas menatap mereka.

"Maaf ya, mereka lagi gila soalnya." Ali sambil tersenyum kepada anak kelas yang menatap mereka.

"Kalo Ali yang minta maap mah udah pasti kita maapin."

"Orang cakep masa ga dimaapin, kan sayang, buang-buang kekayaan indonesia jadinya."

"Kalo mau jadi pacar aku, pasti aku maapin."

"Mimpi lu, jadi pacar Ali."

"Sayangnya di mimpi aja kaga pernah huhuhu."

"Good-looking itulah Ali!"

"Good-looking emang terdepan."

"Ya percuma juga sih kalo good-looking tapi enggak good-akhlak, tapi ya kalo udah good-looking and good-akhlak... I will never ever let you go go go oh~" Kata Viola cukup keras dan tentunya kata terakhir diikuti oleh para siswi yang berada dikelas tersebut.

"Anu itu ini gua jadi cerita apa kaga nih?" Tanya Dev.

"Oke silahkan," sahut Viola.

"Bentar gua lupa soalnya," ucap Dev dengan wajah yang mengesalkan.

"LU MAU GUA TAMP-"

Ucapan Viola terpotong. "Bercyanda La bercyanda."

"Hm." Jawab Viola malas.

"Jadi gini, karena eskul voli mau ada pertandingan jadi pas pendaftaran kemaren yang dari smp/sd nya ikut voli terus sekarang mau ikut eskul voli lagi disuruh latihan dan gak ikut mos, kituuuu." Jelasnya secara singkat.

"Terus Ian gimana? Kan dia ikut voli juga, masa kemaren malah ikut mos?" Tanya adiknya Rian, siapa lagi jika bukan Viola.

"Dia ikut sih.. sehari doang, abis itu kaga tau dah, lu tanya aja langsung." Jawab Dev sekenanya.

"Yeu, kalo gitu mending Ian bae tadi yang cerita."

Dev langsung murung padahal Viola hanya bercanda. "Bercanda Dev astagfirullah."

"Gua juga sama, bercanda." Katanya langsung tersenyum kembali seperti biasa dan langsung mendapatkan geplakan dikepala dari temannya.

Plak

"Si bego."

Plak

"Si anjer."

Plak

"Bikin panik wae sia."

Plak

"Geblek maneh."

"Anjer, kekerasan dalam pertemanan ini namanyaaa." Keluh nya sambil mengusap kepala nya yang terkena geplakan.

Rian yang sudah bangun dari kursi dan ingin ikut mengeplak kepala Dev.. tidak jadi karena bel masuk telah berbunyi disertai guru yang sudah berada di depan pintu kelas.

Saat guru memasuki kelas, semuanya langsung diam dan menduduki bangku masing-masing.

Pelajaran berlangsung, diawali dengan perkenalan diri dari guru serta murid, —tentunya Viola dan Rian hanya memperkenalkan dengan nama panggilan saja— dan diakhiri dengan pelajaran bahasa Indonesia.

Lestari Angelina, nama walikelas mereka.

"Kita pulang duluan ya," ucap Viola sambil menarik Rian. Ali and geng serta Victoria masih membereskan buku mereka.

"Kalian barengan?" Tanya Iky.

"Oh! Kalian belom tau ya? Gua sama Ian adik kaka eh adik abang sih lebih tepatnya," jawab Viola dengan sumringah.

"Oh pantesan aja lu sama Ian keliatan deket banget, gua kira kalian pacaran." Kata Gilang.

Viola terkekeh. "Ngaco aje lu, lagian ya gua sama dia tuh keliatannya doang deket, aslinya mah duhhh tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata."

Viola menarik tangan Rian agar cepat berjalan, padahal dari tadi yang berbicara dan membuat mereka tidak berjalan adalah Viola sendiri.

"Dahlah. Kita duluan ya, bye." Pamit Viola sambil melambaikan tangan sekilas.

"Ih lu jalan lama banget sih," kesal Viola karena Rian berjalan cepat dengan tarikan tangan dari Viola.

"Elah palingan juga bang Anby nya belom keluar," balas Rian.

Viola menoleh sambil berhenti berjalan dan melepaskan tangannya. "Ish! Kan bisa nunggu dulu." Ucapnya dengan cemberut.

Rian menyentil kening Viola cukup keras, Viola menoleh menatap Rian. "Aaaa sakit ih!" Keluh Viola.

"Biarin. Udah ayok jalan." Ajak Rian.

Viola berbalik dan menabrak dada bidang seseorang. "Adaw! Jidat gua lama-lama bisa jenong iniiiiii!" Kesalnya sambil mengusap kening nya.

- A'LIV -

sekian terima kasih

jangan lupa tidak vote

eh jangan lupa vote maksudnya

HAHAHAHA

salam tampar, bewithyuuu

ARSENOLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang