63

523 20 1
                                    

Aku yakin kamu pasti kuat, Ra. Aku sayang banget sama kamu. Aku kangen banget sama kamu, bertahan Ra aku mohon demi aku dan anak kita. Batin Varrel lirih sambil berjalan di lorong menuju ruang ICU.

"Papa!!!!"

Varrel tersentak kala ada yang memanggilnya dengan sebutan Papa, ia rindu suara itu, sangat rindu.

Gadis kecil itu berlari, ya dia adalah Vela anak angkat Varrel dan juga Aurora yang kini sudah menjadi Gadis kecil yang sangat cantik dan pintar. Gadis itu juga sudah lancar berbicara tidak seperti dulu yang masih cadel.

Varrel merentangkan kedua tangannya, kala Vela hampir masuk kedalam pelukannya.

"Papa, kemana aja. Kenapa dari tadi aku cari Papa gak ada" Ucap Vela yang  masih di dalam pelukan Varrel.

Varrel mengecup pucuk kepala Vela. "Papa abis dari kantin sayang, kamu kesini sama siapa? Papa kangen banget sama kamu, maafin Papa ya sayang" Ucap Varrel sendu lalu memeluk kembali Vela.

"Aku kesini sama Aunty Gina, Pah. Vela juga kangen banget sama Papa dan Bunda"
"Pa, pa. Ayo kita ke tempat Bunda, Bunda udah bangun lho Pa" Lanjut Vela sambil melepas pelukannya.

Bola mata Varrel membulat sempurna. "Kamu serius? Vela kata siapa kalau Bunda udah bangun?"

"Tadi Bunda suruh Vela untuk samperin Papa, katanya Bunda kangen sama Papa" Ucap Vela tersenyum lucu.

Ting.

"Bentar sayang ada WA masuk" Ucap Varrel sambil mengambil ponselnya di saku celana jeans pendeknya.

+621251*****

Cepet ke ruangan Anggrek 05! Aurora dari tadi nyariin lo. Ajak Vela jg.
Gue Gina.

Varrel tersenyum setelah membaca isi pesan tersebut, dengan semangat Varrel menggendong Vela dengan sayang. "Let's go! Kita keruangan Bunda sekarang!"

"Let's go Pa!" Jawab Vela semangat.

Sesampainya di ruang Anggrek 05 dengan hati-hati Varrel membuka pintunya.

Ceklek.

"Bundaa!!" Pekik Vela saat sudah melihat Aurora sedang tiduran diatas tempat tidur rumah sakit.

"Sstt! Vela gak boleh berisik, Bunda masih sakit" Bisik Varrel sambil menutup pintu kembali dan berjalan menghampiri Aurora.

"Emmm. Gue keluar dulu deh Ra, hati-hati jangan banyak gerak. Lo masih belum pulih" Ucap Gina sambil berdiri di kursi.

"Makasih Gin" Ucap Aurora tersenyum.

Gina mengangguk lalu tersenyum. "Selesain baik-baik masalah lo, jangan sampai berantem lagi" Bisiknya.

Aurora mengangguk lalu menunjukkan jari jempolnya 'Sip' sambil tersenyum.

"Vela sayang, kita keluar dulu yuk. Biar Bunda sama Papa ngobrol dulu" Ajak Gina sambil menarik pelan lengan Vela.

"Yuk Aunty! Bunda cepet sembuh ya, love you" Ucap Vela sambil berjalan keluar.

"Love you to, sayang" Jawab Aurora tersenyum.

Hening. Sudah hampir 20 menit diruangan ini, keduanya sama-sama diam. Tidak ada yang membuka suara atau mencoba memulai pembicaraan, sampai akhirnya.

"Maaf"

"Maaf"

Keduanya sama-sama saling menatap lalu Aurora lah yang memulai berbicara.

"Maaf, aku salah. Aku gak bisa jadi Istri yang baik buat kamu, aku gak bisa jadi apa yang ka--"

Ucapan Aurora terhenti kala ada jari tangan didepan bibir mungilnya.

"Ssstt! Kamu gak salah sayang, dengerin aku ya. Disini aku yang salah. Maafin aku ya, maaf udah ngomong kasar ke kamu, maaf udah ngusir kamu. Maaf juga karena aku, kamu jadi kecelakaan. Aku bener-bener nyesel Ra, aku bodoh banget udah percaya gitu aja sama ucapan Salsa yang sama sekali gak ada yang bener. Aku minta maaf banget, Ra" Ucap Varrel menunduk sambil memegang kedua tangan Aurora.

Aurora tersenyum tulus, lalu mencium kedua tangan Varrel yang ada di tangannya. "Aku sayang banget sama kamu, sebagai Varrel maupun sebagai Suami aku. Dan aku gak akan mungkin gak maafin kamu. Bahkan saat kamu belum minta maaf pun aku udah maafin kamu, tapi aku mohon kamu mau janji sama aku gak akan ngulangi semuanya lagi. Gimanapun nanti masalah yang ada di keluarga kita, jangan sampai kaya gini lagi. Kalo sampai kaya gini lagi aku akan bilang ke Papa untuk ce--" Ucapan Aurora terhenti kala ada benda kenyal menempel di bibir mungilnya.

"Promise! Gak akan ada yang boleh pisahkan kita selain maut yang memisahkan kita. Aku janji bahkan aku akan membuktikan itu semua, demi kamu dan anak kita. Love you my wife" Bisiknya lalu mencium kening Aurora lama.

"Love you to my husband"

"Kamu udah makan? Mana yang sakit?" Tanya Varrel yang melihat kondisi Aurora dengan tangan yang banyak infus.

"Udah kok, emmm.. Aku masih sedikit pusing aja sih, kamu udah makan belum?"

"Udah kok tadi sebelum kesini aku abis dari kantin. Yaudah kamu istirahat ya, aku temenin disini"

Aurora mengangguk patuh lalu tersenyum.

"Kamu tau gak sih--"

"Nggak"

"Ish aku belum selesai ngomong sayang" Ucap Varrel gemas.

Aurora tertawa kecil.

"Kata dokter yang nanganin kamu, biasanya pasien yang kaya kamu gini akan lama untuk sadarnya"

"Oh kamu gak seneng kalau aku udah sadar? Yaudah aku tidur lagi aja kalau kaya gitu"

"Eh, eh gak gitu maksud aku sayang. Aku seneng banget, tapi maafin aku. Kamu jadi gak bisa jalan" Ucap Varrel panik takut istrinya marah.

"Kan bisa pakai kursi roda, kamu kan bisa dorong aku. Mau gak dorong aku? Kalau gak aku suruh Dhi--"

"Mau! Yang dorong kamu cuma aku, dan temen-temen cewe kamu aja. Gak boleh yang lain! Awas aja!"

Aurora tertawa kecil sambil mencoel pipi Varrel. "Ulululu gemoy nya Suami aku  kalau lagi cemburu gini"

"Bodo! Cepet istirahat biar cepet pulang!"

Aurora masih senyum-senyum gak jelas sambil memotret muka kesal Varrel.

Dilain tempat.

"Pa, tolong keluarin aku dari sini"

"Maaf sayang Papa gak bisa"

"Kenapa Pa? Papa gak sayang sama aku? Lalu dia siapa Pa? Kenapa bisa Papa sama wanita lain?" Tanya Salsabilla sambil menunjuk wanita di sebelah Papanya dengan pakaian yang sangat minim.

"Dia yang akan menjadi Mama baru kamu, Mama Elina. Ya kamu harus menyebutnya dengan sebutan itu"

"Gak!! Gak ada yang boleh gantiin Mama dihidup aku. Papa jahat! Papa bilang Papa sayang banget sama Mama, kenapa tiba-tiba Papa mau nikah lagi sama perempuan. Cih, perempuan jalang seperti dia!"

Plak!

"Jaga bicara kamu Salsabilla!! Bagaimana pun dia tetap yang akan menjadi istri Papa nanti dan Mama baru kamu! Kamu gak bisa nolak atau apapun itu!" Bentak Ervan.

Elina tersenyum miring. Eh anak jahat, gue juga gak mau punya anak tiri yang jahat kayak lo. Masih kecil aja tapi pikirannya udah licik sampai nyelakain orang lain. Batin Elina tertawa senang.

"Papa jahat! Papa udah gak sayang sama Billa lagi. Billa benci sama Papa!!" Sentak Salsa pergi bersama Polisi yang membawanya ke dalam jeruji besi lagi.

Maafin Papa sayang. Batin Ervan sambil menatap punggung putri tercintanya yang kian menjauh.

AVAR {ON-GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang