RBC||ONE✨

483 44 2
                                    

"Pihak kita gak ada yang nerima kematian Violetta, banyak penyihir yang berusaha mengajukan peperangan terhadap pihak musuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pihak kita gak ada yang nerima kematian Violetta, banyak penyihir yang berusaha mengajukan peperangan terhadap pihak musuh." jelas Hyunjin.

"Dan lo setuju?" Hyunsuk.

Hyunjin menghela nafasnya. "Gue gak bisa nolak, hampir seluruh penyihir ngajuin keluhan yang sama."

"Kita kaum penyihir dididik secara keras dari kecil, kalo ada hal gak beres apalagi menyangkut kepemimpinan, gak segan-segan mereka bakal maju tanpa sepengetahuan kita, gue udah kirim pesan ke kerajaan Iblis, mungkin beberapa minggu kedepan kita udah harus siap-siap."

"PAPA!" Hyunjin sedikit tersentak karena teriakan yang cukup nyaring bergema di seluruh aula istana.

"Jangan teriak!"

Ia berlari mendekati Hyunjin lalu memeluk kaki ayahnya sendiri sambil menunjuk ke arah pintu aula. "Aku dikejar siluman."

Hyunjin beralih menatap lamat anak laki-kaki yang saat ini mengintip dari balik pintu tersebut, hingga terdapat pukulan kecil di kakinya. "Jangan diliatin, papa seram."

Seluruh anggota menahan suara mereka agar tidak tertawa saat itu juga, sedangkan wajah Hyunjin kini terlihat masam karena perkataan anaknya itu.

"THEÍA!!" Alatta berlari ke arah Vionny yang terlihat sedang berjalan melewati aula.

"Bro, apa tuh gak enak keknya." ucap Jihoon sambil menunjuk sebotol cairan berwarna hijau pekat di tangan Vionny.

"Ini ramuan, lo kalo mau coba sih gak papa"

Jihoon mengedipkan kedua kelopak matanya. "Gue cuma nanya? "

"Pio." pekik Haruto.

"Demi bapaknya bang Asahi." gumam Vionny lalu segera pergi dari hadapan semua anggota.

Plak

"Gak usah ngerusuh dulu, fokus sama pembicaraan."

"Anak lo?" tanya Hyunsuk setelah memandangi kepergian dua anak kecil tadi.

Hyunjin mengangguk. "Ratu mana ratu?" tanya Jeongwoo antusias.

"Gak ada."

"Hah?"

"Maksud gue lagi gak di sini."

"Terus ke mana?"

Hyunjin menghembuskan nafasnya gusar. "Di culik beberapa hari sebelum gue ngirim pesan itu"

"OALAH ANAK DEMIT." teriak Yoonbin hingga membuat beberapa prajurit hingga maid yang sedang lewat di sekitar mereka terkejut.

"Teriak aja Bin, teriak sampe satu Athanatos denger." geram Jihoon.

"Eh? Bentar deh Jin, kita baru balik setelah dua tahun, kok bisa anak lo udah umur empat tahun aja?." tanya Yoshi menatap Hyunjin penuh tanda tanya.

"Dia bukan anak kandung gue, gak tau kayaknya penguasa lagi mau ngasih gue tanggung jawab tambahan."

"Yang cowok itu anaknya siapa juga?" tanya Yedam penasaran.

"Perdana mentri, Devalove." jawab Hyunjin seadanya.

"Ayahnya udah gak ada, gara gara pembunuhan di rumahnya waktu dia masih umur satu setengah tahun, dan ayahnya di bunuh tepat di depannya saat itu juga."

Doyoung membeku di tempat, memorinya kembali pada saat dimana ia mengalami hal sama, Jisoo Kirana, ibu kandung Junkyu dan Doyoung bahkan adiknya, Yuna, wanita itu terbunuh di hadapan anak-anaknya yang bahkan masih terbilang cukup kecil.

Darah yang terus-terusan mengalir dari kepala serta bagian tubuh lainnya berhasil membasahi lantai rumah mereka, tidak ada yang bisa mengingat jelas pelaku pembunuhan tersebut kecuali Junkyu yang memang saat itu sudah mengerti berbagai hal meski umurnya yang masih sembilan tahun.

Setetes cairan bening meluncur bebas dari pelupuk matanya, Doyoung mengusap kasar air matanya lalu memandang salah satu lukisan yang terpampang jelas di aula istana.

"Pelaku di balik semua ini bukan cuma Windy, ada satu perempuan lagi yang berhasil lolos dari kita."

Perkataan Hyunjin berhasil mengalihkan atensi semua anggota hingga tertuju padanya. "Tujuan mereka beda, orang yang sengaja mau bunuh Victoria itu bukan Windy, Windy cuma mau ngerebut tahta kerajaan Demon, sedangakan orang yang mau ngebunuh Victoria, sampai sekarang balum ketemu."

"Kerajaan Demon sama Iblis emang beda kah?"

"Kurang lebih sama, tapi ada beberapa perbedaan yang bikin klan Demon bisa diterima baik di sini.

BRAK

"Maera?"

Gadis itu berjalan tergesa-gesa ke arah Hyunjin, ia menekan satu tombol pada meja kecil di samping Hyunjin, hingga satu meja besar muncul dari arah bawah.

Ia meletakkan sebuah kertas berukuran besar di atas meja, lalu mengeluarkan sebuah pisau lipat, satu botol ramuan dan satu cincin.

Maera membuka kasar kertas yang tadinya tergulung, hingga menampakkan beberapa tulisan rumit dan sebuah gambar di tangahnya.

"Kematian istri dari Miqleezoa, masalah Junkyu, kematian Violetta bahkan penculikan Ratu Yeji, itu semua dilakukan oleh pihak Kerajaan Iblis"

"Violetta gak meninggal karena efek dari perebutan permata Ryujin, sebelum ia meninggal Jihoon sempat lihat kukunya berubah menjadi warna hitam kan, dan dalam buku ini, orang yang merebut permata itu hanya akan mengalami koma maksimal 2 bulan, tidak tertulis jika akan ada efek yang dialami oleh Violetta."

"Opsi berikutnya, masalah Junkyu, aku bilang Junkyu gak bunuh diri, ia dikendalikan oleh satu mantra yang membuat penggunanya tunduk terhadap semua perintah dari orang yang memberikannya ramuan itu, maka dari itu kemungkinan besar orang tersebut ada di acara penobatan Hyunjin waktu itu."

"Istri dari Miqleezoa, dia dibunuh oleh salah satu suruhan Raja Iblis, pisau lipat yang di pake masih terdapat darahnya disana, meskipun udah mengering."

"Dan kasus penculikan Ratu Yeji, para iblis menginginkan cincin Violetta yang disimpan oleh Ratu Yeji, cincin itu, batu permata di tangahnya adalah salah satu dari bongkahan berlian yang dikabarkan menghilang secara tiba-tiba, terdapat di puncak gunung tempat Kerajaan Es terletak."

"Efek batu itu gak main-main, kalo batu itu jatuh ke tangan yang salah, seluruh immortal bisa aja hancur karena orang-orang gila tahta itu."

Maera meraih botol ramuan yang berada di depannya, lalu meletakkannya di tengah tengah meja bundar itu. "Cairan Ashpodel."

"Gak perlu buat mikir ulang kan? Peperangan harus terjadi, gak salah kan kalo gue gak terima semua nyawa keluarga gue di renggut, termasuk Yuna."

"Yuna?" Hyunjin mengerutkan dahinya.

"Yuna juga hilang beberapa minggu yang lalu." ucap Hyunsuk.

Mengenai Yuna, gadis itu memang adik kandung Junkyu dan Doyoung, tetapi ia di bawa olah kakek dan neneknya ke New York seminggu setelah kematian ibunya dan baru kembali beberapa hari sebelum para anggota dijemput oleh dua sosok Demon tempo hari, maka tidak heran jika para anggota tidak ada yang mengetahui tentang gadis itu, karena memang Junkyu dan Doyoung pindah ke komplek yang mereka tinggali pada umur sepuluh tahun bersama paman dan bibinya.


Tbc.

RETALIATION BY CLONINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang