Chapter Satu

676 37 93
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Yaampun, anak-anaknya cantik semua, ya, Bu Zahra. Bikin iri, deh." 

Zahra mengalihkan pandang ke arah rumahnya saat ibu-ibu yang berbelanja sayur memperhatikan delapan putrinya yang sedang berkumpul di teras rumah.

"Yah, mau gimana lagi, mubazir kalau kecantikan saya gak nurun ke anak-anak." Zahra menjawab diiringi senyum tipis.

"Udah cantik, kalem, nurut sama orang tua lagi," celetuk salah seorang ibu-ibu.

Zahra yang semula terlihat bahagia kini menjadi muram. Dia memandang delapan anaknya yang diantaranya: Rani, Farhah, Tya, Intan, Azifah, Eca, Pika dan yang bungsu, Zarie.

Rani, putri pertama dan menjadi pemimpin dari adik-adiknya. Dia adalah pecinta lelaki tampan dan pengoleksi mantan.

Farhah, putri kedua yang menyandang gelar 'kang suruh' dia malas dan aktivitas sehari-harinya hanya menonton drakor sambil rebahan.

Tya, putri ketiga yang selalu ramah ke semua orang, bahkan pernah mengobrol dengan orang gila.

Intan, anak keempat yang suka ceramah dan membuat anak lainnya merasa berdosa setiap kali melihatnya.

Zifah, putri kelima yang sekali berbicara sulit dihentikan, bahkan Bu Zahra berniat mendaftarkannya untuk ikut audisi menjadi seorang Rapper.

Eca, putri keenam yang selalu galau dan mudah tersakiti.

Pika, putri ketujuh yang terlalu simpati kepada orang sampai-sampai selalu ditipu.

Zarie, putri bungsu berusia lima tahun yang paling dimanja oleh bu Zahra walaupun sering menimbulkan masalah karena sering memukul anak tetangga.

"Aduduh, saya duluan, ya, ibu-ibu," pamit Zahra kemudian bergegas masuk rumah.

***

Sekarang Zahra bersiap-siap untuk mengolah sayuran yang dibeli namun, sepertinya ada yang kurang jadi dia memanggil salah satu anaknya untuk membeli sesuatu di warung.

"Farhah, beliin mak micin di warung Bu Nur!"

"Bentar, lagi nonton Vincenzo Cassano!" seru Farhah dari dalam kamar.

"1... 2..."

Mendengar ibunya berhitung, dalam sekejap Farhah telah berdiri di belakang ibunya yang berada di dapur.

"Mana duitnya!" ketus Farhah.

"Jelek banget mukanya kalau disuruh, udah kayak oncom," cibir Zahra saat mendapati wajah cemberut Farhah.

"Lagian kenapa harus aku coba. Kan ada Eca, mending suruh dia dari pada galau mulu depan tipi," jawab Farhah sambil menunjuk Elsa yang terlihat dari posisinya.

"Udahlah, nih, duitnya," kata Zahra kemudian meninggalkan dapur dan menghampiri Eca yang duduk di depan televisi bersama Pika.

"Kamu kenapa lagi?"

Eca menoleh dan mendapati ibunya telah berdiri di samping.

"Habis liat Tono jalan sama cewek lain, mak," jawab Pika.

"Udah jarang ketemuan, sekali ketemu malah liat dia sama cewek lain, aku butuh donor hati sekarang, mak," lirih Eca.

"Lebay kamu! Mak yang udah dua tahun gak ketemuan ama bapak aja gak galau!" 

"Kan, cuman gak ketemuan, coba kalau bapak selingkuh pasti mak galau," timpal Pika

Seketika darah Bu Zahra seakan mendidih, dia menatap Pika dengan garang kemudian berujar, "Pergi bersihin kamar mandi!"

Special Ramadhan: Keluarga Komedi || By Matahari GroupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang