SELAMAT MEMBACA
"Kalian ini makan terus, bantuin masak sana!" perintah Bu Winda. Ibu-ibu sedang berkumpul di rumah Bu Zahra untuk membantu persiapan pernikahan.
"Anak-anak, sini, bantu dekorasi!" Bu Yuu, selaku orang yang bertanggung jawab dengan dekorasi pernikahan meminta bantuan dari anak-anak Bu Zahra. Sejak pagi tadi, Bu Yuu sudah sibuk dengan abang-abang untuk memasang tenda pernikahan.
"Ah, mending nonton drakor." Belum apa-apa, Farhah sudah merasa malas.
"Hatiku lelah? Jadi lebih baik tidur atau buat dekor?" Eca meminta hatinya untuk mengambil keputusan.
"Oh, iya, hari ini aku harus mengulang hapalanku." Intan pura-pura linglung untuk mencari alasan.
"Sudah, ayo ikut bantuin!" Pika menarik lengan saudara-saudaranya. Ia tidak bisa mengabaikan Bu Yuu yang terlihat kelelahan.
"Ck! Ck!" Decakan itu menjadi musik oleh bibir Zifah. Ia terus berdecak dan melanjutkan dengan lirik rap buatannya, "Ck, kakakku malas, adikku malas, mau gimana ini nikahan? Ayo, bantuin dekorasi! Seru, ye .... Pasti seru! Ayo, Ay—" Belum selesai, mulutnya disumpal oleh sapu yang dipegang Zarie.
"Ayo! Zalie mau main!" teriaknya semangat.
"Ayo!" Tya ikut-ikutan bersorak menularkan semangat pada saudara yang lainnya, meski tetap ada saja yang merasa malas.
***
Semua persiapan pernikahan sudah matang dilakukan dan besoklah harinya. Anak-anak Bu Zahra berkumpul di kamar lagi, kali ini untuk menemani pingitan Rani. Menurut adat, biasanya kedua calon pengantin akan dipingit sekitar seminggu sampai dua bulan lamanya. Namun, Bu Zahra sendiri bukan seorang penurut sehingga anaknya hanya dipingit dua hari sebelum pernikahan dan ini adalah malam terakhir pingitannya. Bu Zahra juga tidak terlalu paham aturan adat yang sesungguhnya, jadilah anak pertamanya ini dinikahkan seadanya. Satu lagi, banyak persyaratan yang mesti dipenuhi Rani sebelum menjadi istri seorang perwira.
"Drama pernikahan ini akan berakhir seperti apa kira-kira? Duh, jadi deg-degan." Farhah bicara sendirian sambil membayangkan seperti apa pernikahan besok.
"Baju-bajunya sudah siap semua, dekor sudah, makanan sudah, semuanya siap!" Zifah mengingat-ingat persiapan yang sudah dilakukannya selama ini.
"Oh, iya, Suparto, Suprapto, dan suami Bu Katem sudah kuundang. Jadi jangan kaget kalau besok mereka datang." Tya berbicara tanpa beban sama sekali, sedangkan yang lainnya mengerjap tidak percaya.
"Mereka ada tiga?"
"Suparto dan Suprapto itu kembar. Tenang, tidak akan ada masalah. Aku dan Tya yang akan mengurusnya." Rupanya persekongkolan Tya dan Pika semakin menjadi-jadi. Tidak apa, warga sekitar pun sudah tidak heran lagi.
Rani tampak menghela napasnya panjang. Ia hanya menatap adiknya tanpa berkomentar.
"Kak Rani, kok, diam aja?" tanya Intan yang menyadari perubahan kakaknya dalam semalam.
"Takut itu pasti," celetuk Farhah.
Mendengar itu, Zarie mendekat dan memeluk kakak sulungnya. "Dug-dug. Cepet banget, dug-dug."
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Ramadhan: Keluarga Komedi || By Matahari Group
MizahHidup serumah dengan delapan anak bukanlah hal yang mudah bagi Bu Zahra ditambah lagi suami bekerja di luar negeri dan jarang pulang. Dikenal memiliki delapan putri yang cantik membuat salah seorang anak Juragan di desa menaksir salah satu anak Bu Z...