SELAMAT MEMBACA
Kim Toto beranjak pergi dari rumah Zahra dan kembali ke mobilnya. Seluruh kaum hawa yang menyaksikan punggung Kim Toto terpesona hingga tak sadar, air ludah Farhah keluar dari mulutnya dan menetes di bajunya.
Intan yang tak sengaja melihat pemandangan itu, langsung bergidik bahu menandakan ia jijik akan kelakuan kakaknya tersebut.
Karena tak kunjung sadar akan air ludahnya yang menetes terus menerus dari mulutnya, akhirnya Intan pun membuka suara.
"Kak Farhah," panggil Intan yang membuat pandangan semua anggota keluarganya menoleh ke arahnya.
Lalu sedetik kemudian, pandangan mereka beralih ke arah Farhah. Bu Zahra dan semua anaknya, kecuali Intan dan Farhah berteriak melihat air ludah yang menetes dengan sangat deras layaknya air kran yang sedang hidup.
"Andaikan cintanya padaku sederas air ludah kak Farhah," celetuk Eca sambil mengelapkan telapak tangannya ke mulutnya mengikuti gerak-gerik kakaknya, Farhah.
Zarie pun ikut-ikutan ngiler mengikuti perilaku kakak keduanya tersebut. Bu Zahra geleng-geleng kepala pasrah melihat kelakuan anak-anaknya yang bisa dikatakan aneh.
"Ya... Bidadara dunianya udah pergi," lirih Rani menyesali kesalahannya karena tadi sempat oleng ke muka Farhah yang jibang (Jijik banget).
"Daripada bengong di sini sambil mencium bau air ludahnya kak Farhah, mending Kak Rani ke bank buat chek saldo yang ada di atm itu," saran Intan yang lumayan tepat.
Bu Zahra mengangguk kemudian diikuti oleh seluruh putrinya.
"Gak ah, males. Nanti kalau ketemu sama jipen gimana? Gue lagi gak pengen martabak telor," tukas Rani dengan menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
"Emang ada hubungannya antara Jipen sama martabak telor? Jipen itu manusia, sedangkan martabak telor itu makanan yang sangat aku suka Sampe-sampe aku pernah beli martabak telor lima bungkus dan aku makan sendiri. Pokoknya martabak telor itu ...." perkataan Zifah terhenti karena sebuah makroni masuk ke dalam mulutnya.
"Farhah aja, Mak. Rani mau menstalker Mas Kim Toto dulu." Rani melangkahkan kakinya ke dalam rumah dan langsung mencomot handphonenya yang terletak di atas nakas.
Farhah melenggang pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Ingin rasanya Bu Zahra berteriak karena muak dengan sikap anak-anak cantiknya yang agak sedikit kurang normal. Namun, sebisa mungkin Bu Zahra menahan emosinya agar tidak meluap di depan anaknya.
Tak lama kemudian, Tya melangkahkan kakinya keluar rumah dan menyusul orang gila yang sedang berbicara dengan sebuah pohon.
Dilanjutkan Intan yang menuju ke bawah pohon rindang untuk mengkaji kitab kuning yang baru didapatkannya dari sekolah kemarin.
Jangan tanya di mana Zifah berada. Sedari tadi, dia sudah keluar dari barisan dan pergi ke rumah Bu Jung untuk menjelaskan sedemikian rupa tentang masalah mangga kemarin. Padahal, permasalahan tersebut telah selesai. Zifah memang suka mengorek-ngorek kenangan yang seharusnya tak perlu diungkit lagi.
"Hati Eca lagi sakit soalnya baru aja jadi korban ghosting."Tangan kanannya memegang Dadanya dan terduduk secara gontai serta lemah di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Ramadhan: Keluarga Komedi || By Matahari Group
ComédieHidup serumah dengan delapan anak bukanlah hal yang mudah bagi Bu Zahra ditambah lagi suami bekerja di luar negeri dan jarang pulang. Dikenal memiliki delapan putri yang cantik membuat salah seorang anak Juragan di desa menaksir salah satu anak Bu Z...