Chapter Delapan belas

80 11 9
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Akhirnya kamu bisa ambil cuti juga," kata Surati, Istri juragan Sidik.

Zafran Al-sidik adalah putra pertama yang berprofesi sebagai tentara dan hari ini dia kembali karena mengambil cuti tahunannya selama 12 hari. Zafran sendiri kembali karena mendengar bahwa Jipen akan menikah padahal menurut Zafran menikahi anak orang dengan Jipen harus dipikirkan matang-matang karena Jipen terlihat masih kekanak-kanakan dan memimpin rumah tangga bukanlah hal yang mudah.

"Ya. Jadi siapa anak gadis yang bakalan jadi adik iparku?" tanya Zafran.

"Hm, nanti juga kamu ketemu kalau pas akad," kata Pak Sidik.

"Jangan! Kamu pasti mau ambil pujaan hatiku!" seru Jipen.

"Yah, tergantung. Kalau kamu yakin bisa bahagiain anak orang aku yah gak bakal ambil tapi kalau gak bisa yah gak usah. Tanggung jawab jadi suami itu besar."

"Kamu makin dewasa aja, ya," puji bu Surati.

Seorang tentara memang identik dengan sikap disiplin, tegas dan bertanggung jawab jadi tidak heran jika Zafran seperti itu.

"Aku mau makan bakso, udah lama gak makan bakso," ujar Zafran kemudian berdiri dari duduknya.

"Biar, ibu deh yang pergi beliin. Beli sama warungnya sekalian atau mau bikin warung bakso pribadi?" tanya bu Surati.

Zafran menggeleng. "Aku mau beli sendiri sekalian liat-liat lingkungan sekitar sini."

"Yaudah, hati-hati, ya."

"Iya, bu."

***
Warung bakso Bu Nur


"Si Zarie makan bakso terus lama-lama jadi pentol, loh!" kata Rani.

Hari ini, Zarie minta dibelikan bakso lagi dan yang lain pada sibuk kecuali Rani yang hanya merenung karena memikirkan asal mula permasalahannya bisa dilamar Jipen. Jadi karena merasa stress, Rani memilih ke warung bakso bersama Zarie.

"Kamu beneran mau nikah ama Jipen?" tanya Bu Nur.

Rani mengembuskan napas, dia terlihat begitu stress. "Gak tau."

"Kalau kamu maunya gimana?"

Rani terdiam sejenak tanpa menyadari seorang pria berkulit sawo matang berubuh tinggi, tegap dan besar telah duduk di samping setelah memesan satu porsi bakso untuk makan di tempat.

"Jipen itu kekanak-kanakan, dia juga manja dan cuman ngandelin uang orang tuanya. Sedangkan aku setelah lulus kuliah niat kerja untuk jadi mandiri dan punya suami yang bisa diandelin. Hah, tapi kalau dia terusan dateng ke rumah dan tiba-tiba ditolak pasti keluarganya bakal malu, tapi aku gak suka ama Jipen."

Pria yang masih duduk di sana mendengar perkataan Rani hanya terdiam bahkan saat bakso sudah berada di hadapannya. Pria itu memandangi wajah Rani cukup lama kemudian tersenyum tipis.

"Semoga ada solusi, ya, nih baksonya." kata Bu Nur.

Rani tersenyum, seengaknya di geng gosip cuman bu Nur yang bisa bersikap normal.

Special Ramadhan: Keluarga Komedi || By Matahari GroupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang