Chapter Tujuh Belas

71 9 5
                                    

SELAMAT MEMBACA

Tapi tiba-tiba ada teriakan kencang dari luar rumah yang membuat seisi rumah termasuk Pak Andi dan Bu Zahra berlari keluar rumah.

"Ada apa, nih?" tanya Pak Andi ketika melihat Pika tengah menangis dan Tya yang tengah memarahi orang gila yang tengah berdiri sembari memakan bakso yang entah darimana.

Sedangkan, orang gila satunya yang tengah duduk hanya diam menunduk.

"Pak, dia ngerebut makanan Suparto," ucap Pika merengek.

Pak Andi menatap orang gila yang tengah memakan lahap baksonya kemudian menatap orang gila yang tengah duduk terdiam. Mana yang namanya Suparto?

"Suparto?" tanya Pak Andi tidak mengerti.

"Tuh, Pak. Dia tiba-tiba ngambil makanan Suparto, gila emang," sahut Tya sembari menunjuk orang gila yang tengah memakan lahap baksonya.

"Bukannya orang itu emang orang gila, ya?" tanya Rani berbisik kepada Farhah yang dijawab anggukan pelan oleh Farhah.

"Adik kamu, tuh." Rani sontak mengernyit.

"Emang bukan Adek kamu juga?" Farhah menggeleng cepat.

Belum sempat Rani berdebat lagi dengan Farhah, Intan tiba-tiba muncul dengan ceramah andalannya.

"Astagfirullah, Kak Farhah bener-bener, ya. Dibilangin nggak boleh ghibah kok ngeyel, sih," kesal Intan. Rani tertawa kecil mendengar Intan yang memarahi Farhah.

"Tau tu si Farhah, contohin yang baik dong buat adeknya," timpal Rani dengan senyum mengejeknya.

"Kakak juga," sahut Intan sembari menatap Rani. Sontak Farhah juga menertawakan Rani dengan wajah masam akibat terkena serangan Intan juga.

Pak Andi menatap Tya dan Pika dengan tatapan pasrah. Apa yang terjadi dengan anaknya selama tidak ada dia? Apakah seburuk ini?

Bahkan sekarang Tya dan Pika satu tim. Tya yang suka berbicara dengan orang gila dan Pika yang selalu simpati memberikan makanan kepada orang yang kurang mampu. Sangat pas, 'kan?

Tapi bukankah hal ini terlalu tidak masuk akal?

"Pika, Tya, masuk kalian," tegas Pak Andi.

"Nggak bisa gitu dong, Pak. Suparto kasian, dia baru makan 3 suap," tolak Pika dengan wajah garangnya. Air matanya beberapa menit lalu telah hilang digantikan wajah garangnya seolah benar-benar marah dengan orang gila itu.

Bu Zahra yang melihat itu hanya bisa terdiam. Anaknya makan apa bisa jadi seperti ini? Padahal Bu Zahra selalu memberi mereka makanan yang bergizi dan cukup.

"Pika kasian sama orang gila, tapi nggak kasian sama aku yan– aduh," ringis Eca karena sesuatu mengenai kepalanya. Eca menoleh kebelakang dan mendapati Zarie dengan postur yang akan melemparnya lagi dengan robot kesayangan Zarie.

"Nggak cukup apa hatiku yang sak– aduh!" ringis Eca lagi. Zarie kembali melemparnya robot yang cukup besar.

"Galau telus, huu," ejek Zarie sembari meninggalkan Eca. Eca benar-benar tidak mengerti dengan Zarie, kenapa adeknya sangat berbakat dalam hal melempar.

Special Ramadhan: Keluarga Komedi || By Matahari GroupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang