Chapter Dua Puluh Tujuh

63 8 8
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Ran, Mas gerogi," ucap Zafran, pemuda itu meringis sambil menoleh pada Rani yang berdiri di sampingnya.

"Gerogi kenapa?" tanya Rani pura-pura heran, padahal ia juga sama geroginya.

"Soalnya digandeng sama kamu," jawab Zafran sambil tertawa kecil. Rani tak menjawab, gadis itu hanya mengalihkan wajah menahan senyum.

"Tapi nggak papa, Mas seneng kalo geroginya karena digandeng Rani," ucap Zafran lagi.

Keduanya saat ini tengah bersiap untuk pelaksanaan upacara pedang pora yang sakral.

"Tetep pegangan ya," bisik Zafran sebelum komandan regu akhirnya melaporkan bahwa upacara akan segera dimulai.

Rani menarik napas panjang, tangannya memegang erat lengan Zafran yang mulai berjalan ringan. Keduanya mulai berjalan beriringan  melewati barisan pasukan yang sudah berbaris menghunuskan pedang ke atas seolah mengiringi jalan keduanya untuk memasuki area resepsi.

Keduanya kemudian memasuki area resepsi dengan diiringi pasukan yang kini berbaris mengikuti dibelakang.

Rani merasa  waktu berjalan begitu lambat, terutama saat Zafran mulai memasangkan cincin di jari manisnya. Bahkan sampai ia menerima seragam persit Rani masih merasa waktu berjalan begitu lambat.

Dalam hatinya ia terheran-heran.

Tumben sekali monyet-monyet buas a.k.a adik-adiknya tidak membuat ulah.

"Setiap seorang prajurit, cuman dijatah satu kali upacara pedang pora. Artinya Rani harus siap jadi perempuan pertama dan terakhirnya Mas Zafran," bisik Zafran sambil tersenyum tipis saat upacara telah selesai.

"Boleh kan?" tanya Zafran lagi.

"Iya, boleh," jawab Farhah yang sudah menguping di belakang keduanya.

Intan, Eca, dan Zifah yang berdiri di samping Farhah turut cekikikan meledek.

"Boleh banget kok Bang, iya kan Kak Ran?" ucap Zifah ikut-ikutan meledek membuat Rani mengalihkan wajah menahan malu.

Baru saja adik-adiknya itu dibilang tumben tidak berulah!

***

Saat ini Rani dan Zafran sudah duduk di pelaminan setelah dari tadi bersalaman dengan para tamu. Di depan mereka, tepat di atas panggung yang sudah disediakan, Zifah sudah menyanyi tidak jelas dengan musik korea yang dipilihkan oleh Farhah. Daripada gerogi, yang Rani rasakan saat ini adalah dominan rasa malu. Terlebih lagi dengan kelakuan Tya yang nemplok sana sini sok akrab dengan para tamu yang tidak dikenalnya. Ada juga Pika yang mewakili Tya untuk mengurusi Suprapto, Suparto, dan suami Bu Katem yang sibuk meminta tambah makanan terus.

Rani menghela napas melihat itu, namun apalah daya ia hanya bisa pasrah.

"Kak Lan, aku juga mau nikah deh sama Joko," ucap Zarie yang datang entah darimana, tiba-tiba mendekat dan mendudukkan diri diantara Rani dan Zafran.

"Ngapain ih kamu masih bocil," jawab Rani heran.

"Joko yang ngajak, katanya ntal aku bakal dikasih es klim satu kulkas!" Jawab Zarie ceria.

Special Ramadhan: Keluarga Komedi || By Matahari GroupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang