Lisa diam-diam mengintip ke pintu masuk lantai kantornya. Dia tidak percaya kalau Jennie sudah duduk manis di mejanya.
Dari lorong tempatnya berdiri saat ini, Lisa bisa melihat punggung Jennie. Dia menarik baju lengan panjangnya untuk melihat jam tangan. Baru jam 7:07. Dia penasaran jam berapa Jennie tiba di kantor hari ini.
Dia mengintip lagi, mengamati Jennie yang sedang browsing sesuatu di internet. Dia menggunakan blouse berwarna hitam dan rambutnya digerai hari ini.
Lisa menghela nafas. Dia tidak keberatan kalau seharian mengamati punggung Jennie dari jauh seperti ini.
Tiba-tiba Jennie bergerak ke kirinya untuk memeriksa sesuatu. Lisa langsung bersembunyi dibalik pintu, takut kalau ketahuan dia sedang mengintip sejak tadi.
Lisa melihat kembali jam tangannya. Sudah jam 7:11. Dia akan meninggal muda kalau Jennie tidak melihatnya jam 7:15.
Dia memasuki pintu pelan-pelan, berjinjit. Walaupun dia tau sepatu sneakers yang ia pakai tidak bersuara karena berjalan di karpet, dia masih takut ketahuan Jennie. Entah kenapa berdua dengan Jennie hari ini, membuatnya takut. Dia senang menghabiskan waktu dengan Jennie, tapi dia bingung gimana membuka topik pembicaraan.
"Dan apa yang sedang Anda lakukan?" suara kesal Jennie menggema di lantai kantornya itu.
Lisa memutar kepalanya gugup. "Uh... hi..."
"Apa kau tidak kepikiran kalau aku bisa mendengar setiap gerak-gerikmu? Cuma kita berdua disini."
"Uh... yeah..."
"Sudah hampir jam 7:15 sekarang, berapa lama kau berencana membuatku menunggu?"
"Uh.. Ini aku taruh barangku sebentar ke ruanganku."
"Cepetan."
"Siap, bunda!" Lisa buru-buru pergi ke ruangannya.
***
Ruangan pantry terasa cerah hari ini karena belum ada manusia yang menganggu kencan kecil mereka. Mereka memilih salah satu meja dan duduk saling berhadapan.
"Hmm, apa yang kau bawa pagi ini?" tanya Lisa penasaran sambil melihat kotak bekal di depannya.
"Mamaku menyiapkan jajangmyeon dan omelet." Jennie membuka kotaknya.
"Woooow! Aku jadi sangat lapar sekarang!" Lisa menepuk kedua tangannya bersemangat.
"Aku juga. Semoga kau suka."
Lisa mengambil satu omelet dengan garpunya. Dia menaikkan kedua alis matanya setelah mengunyah. "Mmm, ini enak banget! Mamamu benar-benar hebat masak."
"Ini baru namanya sarapan yang benar."
"Kau sendiri gimana, kau bisa masak?" tanya Lisa sambil melanjutkan makanannya.
Jennie juga mengunyah sarapannya. "Sedikit, tapi kadang aku merasa lelah. Bukan hobiku."
"Kenapa?"
"Kurang tau juga. Aku cuma merasa itu membosankan."
"Kau tidak berencana belajar masak untuk suamimu nanti?"
"Well, mungkin bisa aja aku berubah pikiran. Mungkin. Tapi yang pasti sekarang, aku ga suka," jawab Jennie, mengambil potongan makanan lain. "Aku selalu membayangkan punya pasangan yang jago masak."
Lisa berhenti mengunyah dan melihat Jennie.
"Kenapa?" tanya Jennie.
"Uh.. cuma meresapi setiap gigitan. Ini enak sekali." Lisa melanjutkan makannya. "Jadi, malam tahun baru pas di weekend ini. Apa agendamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HERSHE - JENLISA (INDONESIAN)
FanfictionThis story is credited to Schindlee who has supported and given me such privilege to share this brilliant story to Indonesian readers and of course Jenlisa-Chaesoo shippers! Author - Schindlee : https://www.wattpad.com/user/schindlee Original - Hers...