Special

894 140 11
                                    

"Ma, aku ga yakin kalau aku masih suka dengannya sama seperti dulu, oke? Aku ingatkan lagi dengamu itu udah selesai 10 tahun yang lalu."

"Aku tahu. Tapi mengakulah. Di satu titik, kau masih tertarik dengannya, kan?"

Jennie menatap ibunya cukup lama sebelum ia menghela nafasnya. Ia tahu ibunya benar. Ada bagian dari dia, ga tahu betapa kecilnya, masih tertarik dengan Taehyung. Dan ia tidak tahu itu akan berlanjut mengerucut atau--siapa tahu-- berkembang, pada akhirnya.

"Cobalah pergi dengannya selama satu bulan dan lihat apakah ada percikan diantara kalian berdua. Kalau tidak ada, kau beritahu ke dia. Aku percaya itu juga waktu yang cukup bagi dia untuk memikirkan perasaannya kembali, kan?

"Ma--"

"Sebulan tidak akan melukaimu, sayang. Hal terakhir yang aku harap, kalian berdua bisa menjadi teman baik kalau ini tidak berhasil. Setelah satu bulan kau merasa dia bukan laki-laki yang tepat, kemudian aku akan berhenti mengganggumu."

Jennie tahu tidak ada cara ia bisa memenangkan argumen ini. "Kau janji?"

Wanita itu mengangguk. "Hanya satu bulan,"

***

Jennie melihat langit-langit atap kamarnya, mengulang apa yang ia dan ibunya bicarakan tadi di pikirannya.

Ia seharusnya senang karena ini yang dulu Jennie mau--mendapatkan perhatian Taehyung. Dan fakta kalau ibunya memberikan dua jempol jika ia dengan Taehyung.

Alih-alih, sekarang dia malah dilema.

Tidak tahu berapa banyak Jennie meyakinkan dirinya bersama Taehyung, dia tidak bisa mengesampingkan fakta kalau dia punya perasaan bagi Lisa juga.

Masalahnya dia tidak tahu seberapa serius perasaannya untuk Lisa. Apa terlalu remeh untuk disebut gebetan tapi terlalu serius untuk disebut cinta? Bagaimana dia bisa tahu kalau ini cinta? Dan apa yang akan ia lakukan kalau ini cinta? Ia sudah bisa membayangkan ibunya keberatan dengan itu.

Jennie mutar kepalanya ke kanan dan meringkuk. Ia belum bisa tidur. Dia berharap Lisa menelfonnya untuk memberitahu kalau ia sudah sampai atau apapun. Jennie benar-benar merasa tersesat sekarang dan satu-satunya yang ia mau hanya mendengar suara Lisa.

Ia melirik handphone untuk melihat jam: 12.07 malam.

Ia menutup mukanya dengan bantal dan menghela nafas.

"Please, biarkan aku melihatmu besok, Lisa. Please."

***

Lisa menghela nafas lega saat menginjakkan kaki di tanah.

"Phew! Home sweet home!"

Kalau saja dia tahu seberapa banyak beban yang ia dapat karena badai, dia tidak akan pergi ke Indonesia. Sungguh penyiksaan merindukan Jennie selama satu minggu, dan lebih parahnya lagi dia tidak bisa menelfon karena listrik padam berhari-hari karena dampak besar yang disebabkan oleh badai.

Tapi penderitaannya sudah berakhir. Akhirnya ia pulang.

Antusiasnya meningkat saat tahu kalau Jennie juga merindukannya. Dia tidak percaya awalnya, tapi setelah liburan dari Haeundae, semuaya seperti berubah diantara mereka. Mereka semakin dekat, dekat yang lebih spesial dibandingkan teman biasa. Ia tahu ini masih terlalu awal untuk berasumsi tapi dia tidak bisa menahan harapannya.

Itu alasan kenapa Lisa ingin bicara dengan Jennie, untuk menjelaskan semuanya. Mungkin ini tentang waktu untuk menyatakan cintanya ke gadis itu.

Berencana untuk menelfon Jennie, Lisa memeriksa waktu di handphone-nya: 12.07 malam.

HERSHE - JENLISA (INDONESIAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang