"Aku udah tahu kalau kita ketemu di Taipei kemarin bukan kebetulan," kata Seulgi, menunjuk area disebuah bon tanda terima.
Lisa menanda tangan di bon itu. "Terserah kau, pencinta-takdir."
"Yah! Kau tidak akan jadian dengan Jennie kalau aku tidak membantumu, kan?"
"Dan kau tidak akan kenal dengan Kai kalau aku tidak mengajakmu ke pesta, kan? Aku tahu apa maksudmu, Seulg. Kenapa kau sangat suka bernostalgia?"
"Itu karena hari ini genap 2 tahun hari jadianku dengan Kai! Kau lupa itu?"
"Oh? Itu hari ini?" Lisa melihat jam tangannya untuk melihat tanggal. "Wow. Waktu berjalan sangat cepat, huh? Jadi, kau sudah benar-benar move on dari Taipei, huh?"
"Taipei selalu menjadi tempat spesial di hatiku," kata Seulgi. "Tapi yeah, aku harus move on suatu saat, kan?"
"Dan kau juga berhak bahagia."
"Tepat sekali."
Lisa mengamati Seulgi, menyadari betapa spesialnya pertemanan mereka selama beberapa tahun ini. "Aku senang kau dengan Kai, Seulg."
Seulgi tersenyum. "Kai selalu curhat bagaimana divisinya mulai membosankan sejak kau resign."
"Oh, ayolah." Lisa mengetuk jarinya di meja kasir. "Aku keluar dari kantor hampir 2 tahun lalu dan dia masih belum move on?"
"Mungkin dia hanya kangen denganmu?"
"Atau mungkin dia kangen dengan pengunjungku dulu? Aw!" Seulgi memukul lengan Lisa. "Sejak kau buka topik ini, mungkin lain kali ayo kita jalan bareng; kau dan Kai, aku dan Jennie."
"Terdengar asik! Aku rasa kita perlu melakukannya setidaknya sebulan sekali. Aku jarang melihatmu sekarang sejak kau buka studio fotomu."
Lisa menghela nafas. "Yeah. Aku mulai sibuk akhir-akhir ini. Papa memberiku banyak kerjaan."
"Tapi setidaknya kau tahu kalau bisnismu ada di tangan yang baik, kan?"
"Yeah.." Lisa mengangkat kedua bahunya, melihat ke handphone-nya untuk memeriksa pesan baru. "Oke. Aku harus pergi sekarang. Sang Ratu mengirimku pesan."
Seulgi mengangkat satu alisnya. "Ratu?"
"Mama Kim. Dia bilang Jennie ada di apartemenku sekarang dan dia mau aku memberinya surprise."
"Wow. Akhirnya uda direstui mertua, huh?"
"Masih otw, Seulg. Pelan tapi pasti."
Seulgi memberikan buket bunga pesanan Lisa. "Ini untuk apa? Aku bertaruh kau melakukan sesuatu yang bikin Jennie bete, huh?"
"Well," kata Lisa dan mengerutkan mukanya. "Mari dikatakan kalau kami sudah tidak ketemu seminggu dan aku kelewatan anniversary kami yang ketiga.."
Mata Seulgi terbuka lebar. "Apa? Jeez. Kau cari perkara, Lisa. perkara BESAR."
"Aku tahu, aku tahu. Sang ratu sudah mengomeliku karena membuat sang putri bete. Aku bilang ke Jennie akan pergi keluar kota dengan Papa selama 3 hari, tapi sesuatu terjadi. Kami harus tinggal di Bangkok selama seminggu."
"Kasitahu aku alamat pemakamanmu supaya aku bisa mengirimi bunga, oke?"
"Dasar gila."
"Semoga berhasil dengan Jennie nanti."
"Aku akan menelfonmu kalau aku masih hidup."
***
Ketika sedang berjalan balik ke parkiran dengan bunga ditangannya, Lisa melihat sosok familiar berjalan di tepi jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERSHE - JENLISA (INDONESIAN)
FanfictionThis story is credited to Schindlee who has supported and given me such privilege to share this brilliant story to Indonesian readers and of course Jenlisa-Chaesoo shippers! Author - Schindlee : https://www.wattpad.com/user/schindlee Original - Hers...