Dude

1K 157 7
                                    

Sesaat setelah Lisa menutup pintu, handphone-nya berbunyi. Dia berjalan untuk mengambil handphone-nya dari saku belakang dan bibirnya tersenyum saat melihat siapa yang menelfon.

"Hey, Pa."

Jennie berdiri didepan lemari, sedang memilih baju mana yang akan ia pakai untuk malam nanti.

"Yeah. Aku lagi di Haeundae.. Kami sampai kesini kemarin.. Aku dengan beberapa teman dan Irene.. Yeah. Irene yang pernah aku kenalkan. Yes. Dia ulang tahun kemarin.. Tentu. Aku akan menyampaikan salammu ke dia.. Engga, Pa. Hahaha! Dia bukan pacarku. Tidak! Dia sudah punya pacar sekarang.."

Jennie mengangkat satu alisnya. Jadi ayah Lisa sudah pernah ketemu dengan Irene.

"Apa rencanamu untuk ulang tahunmu nanti?" tanya Lisa ke ayahnya. "Tentu saja, aku akan mengunjungimu. Oh. Aku ngerti. Oke. Aku akan mengabarimu lagi nanti.. Yeah. Jangan lupa makan juga.. Bye, Pa.. I love you too.."

Lisa menaruh handphone di atas meja sebelah kasur dan pergi ke kamar mandi.

Jennie sedang mengambil sesuatu dari tasnya saat handphone Lisa berdering lagi. Jennie melihat sekilas penasaran siapa yang menelfon dan melihat foto familiar Lisa dan Seulgi dengan latar Taipei 101.

Ia mendengar suara flush di toilet dan pintu yang terbuka. Jennie buru-buru berpura-pura sedang sibuk melakukan hal lain.

"Oh, apa itu telfonku?" Lisa mengangkat telfonnya dengan cepat. "Hey, Seulgi. What's up?" Lisa berjalan keluar teras.

Jennie bingung didalam ruangan, bertanya-tanya kenapa Lisa baik-baik saja membiarkan Jennie mendengarnya berbicara dengan ayahnya, tetapi tidak dengan Seulgi.

***

"Irene suka bungamu," ucap Lisa.

"Syukurlah. Gimana liburanmu sejauh ini?" tanya Seulgi dari seberang sana.

"Menyenangkan. Kami menikmati liburan ini."

"Tunggu. Tunggu. Kau bilang 'kami' atau hanya kau yang menikmati semuanya sendiri?"

Lisa melirik Jennie didalam dan memalingkan muka saat Jennie juga melihatnya. "Ini mungkin sulit dipercaya, tapi aku rasa dia menikmati juga."

"Sejujurnya, aku tidak kaget kalau dia juga senang disana. Tapi apa yang membuatmu berpikir begitu?"

"Dia sangat senang melakukan semuanya: berpura-pura didepan Irene dan keliling jalan-jalan disini. Dia bahkan memintaku untuk membeli kalung couple dan menggambar couple's henna tatoo."

"Apa? Dia begitu? Wow, Lisa. Bukankah itu berlebihan bagi sebuah akting?"

"Aku tau. Tapi gimana kalau dia hanya bersenang-senang? Gimana kalau dia melakukan ini untuk membantuku?"

"Membantumu balik dengan Irene? Lisa, kalau memang niatnya begitu, dia tidak perlu repot-repot melakukan hal yang dia lakukan sekarang," kata Seulgi. "Tebakanku adalah.. Dia melakukan ini karena dia mau menjauhkanmu dengan Irene."

Lisa mengerutkan dahinya, berpikir.

"Aku akan tetap dengan pendirian awalku: Aku benar-benar percaya kalau dia suka dengan kau," lanjut Seulgi. "Kenapa kau tidak ngaku kepadanya malam ini?"

Lisa tidak pernah kepikiran hal itu karena dia tau tidak mungkin Jennie akan membalas perasaannya.

"Apa tidak keawalan?" tanyanya.

"Keawalan apa? Kau sudah melakukan hal yang pasangan biasa lakukan."

"Ga juga. Kami belum ciuman." Lisa tertawa pelan dengan pikirannya.

HERSHE - JENLISA (INDONESIAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang