Conquered

867 143 5
                                    

"Pastanya enak?" Lisa memutar garpunya untuk mengambil spaghetti.

"Mm-mm." Jennie hanya menganguk sambil mengunyah.

Setelah pertunjukkan kembang api, Lisa mengajak untuk makan malam di restoran Italia didekat sana. Jennie menyetujuinya tanpa ragu, karena belum puas untuk segera pulang kerumah.

Mereka menunggu hampir setengah jam hingga makanannya datang. Kadang Jennie suka marah dengan hal seperti ini. Tapi hari ini, tidak mengganggunya sama sekali. Bicara dengan Lisa membuatnya lupa dengan rasa lapar.

Suara handphone Lisa berbunyi. Ia mengambil dari sakunya, melirik ke nama yang menelfonnya dan tersenyum.

"Permisi sebentar. Aku perlu mengangkat ini." Lisa berdiri.

Mata Jennie mengikuti Lisa hingga ia keluar ke teras. Disana Lisa berdiri dengan satu tangannya di saku sambil berbicara dengan siapapun itu, kadang tertawa dan terkikik. Lisa menemukan gantungan cupid di pohon disebelahnya dan mulai memainkan dengan jarinya.

Itu saat Jennie menyadari desain bentuk heart dan cupid bergantungan di seluruh tempat ini. Ia melihat ke sekitar restoran.

'Empat hari sebelum Valentine's Day, siapa pasanganmu?'

Kemudian itu menamparnya: 4 hari lagi.

Dia tidak pernah peduli jika sendirian atau tinggal dirumah saat masa ini, tapi kali ini dia terlihat bersemangat tentang ini. Matanya kembali melihat ke manusia yang sibuk telfon di teras.

"Hmm. Apa aku harus memberinya kado? Tapi beliin apa? Apa ga canggung kasi dia sesuatu saat Valentine?" dia berbicara dengan dirinya sendiri.

Rasa semangatnya pudar saat Lisa tertawa sangat bahagia. Merasa kecewa, Jennie mengerutkan bibirnya.

"Dia bicara dengan siapa? Please, seseorang, katakan padaku itu bukan Seulgi lagi."

Peran Seulgi di hidup Lisa sangat mengganggunya. Rasa penasarannya tentang hubungan dua orang itu meningkat. Pertama dan terakhir kali mereka ketemu, Lisa mengenalkan Seulgi sebagai temannya. Tapi siapa tahu apa yang terjadi setelah itu. Satu-satunya yang Jennie yakini, sangat mungkin saja Seulgi juga fansnya Lisa.

Setelah beberapa menit, Lisa kembali. "Phew! Maaf agak lama. Tadi itu bibiku. Dia bilang ia merindukanku."

"Kau tidak mengunjunginya?" tanya Jennie. Muka kecutnya saat salah paham tadi berubah menjadi senyum manis.

"Aku sibuk. Dia sibuk." Lisa kembali ke pastanya. "Dan aku tidak suka saat ia memberikan makanan gratis setiap kali aku mengunjungi restorannya."

"Restoran?"

Lisa menggangguk. "Kau ingat, aku pernah bilang kalau aku suka ke Mujige Sumarekon? Bibiku Sandara yang punya tempat itu."

Jennie menaruh kedua tangannya di meja. "Ga mungkin."

"Yeah. Makanan disana lumayan mahal, tapi rasanya benar-benar enak," kata Lisa, meminum minumannya. "Aku tidak mau bibiku bangkrut karenaku. Aku benar-benar tidak pernah membayar saat aku makan disana."

"Well, kau pasti keponakan favoritnya."

Lisa tersenyum. "Tentu saja. Aku keponakan satu-satunya. Dia adik perempuan satu-satunya dari Papa, dan dia tidak punya anak."

Jennie tidak bisa lebih bahagia. Mereka sudah kenal cukup lama dan ini pertama kali dia mendengar hal lain tentang Lisa selain Irene.

"Hmm. Aku rasa Valentine sudah di depan mata, huh?" kata Lisa, melihat poster disekitar area restoran.

HERSHE - JENLISA (INDONESIAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang