War

1.2K 181 14
                                    

Saat mereka tiba di restoran, Jennie melihat sapaan hangat karyawan restoran ke Lisa, memberikan Jennie pikiran kalau Lisa pelanggan tetap disini.

Kedatangan mereka memikat hati gadis-gadis disana. Beberapa orang melihat ke Suho, sebagian lain gemetar melihat Lisa. Jennie tidak bisa menahan senyumnya saat beberapa orang menatap sinis ke dia karena tangannya dengan Lisa saling bergandengan.

Mohon maaf, tapi Lisa adalah aset Jennie malam ini.

Jennie duduk disebelah Lisa dan diseberang Irene. Ketika mereka sedang menunggu hidangannya, manager dan chef menghampiri Lisa. Jennie melihat betapa senangnya mereka kedatangan Lisa malam ini. Dari apa yang ia dengar, sudah sebulan lebih Lisa tidak datang kesini. Mereka bahkan meminta ijin untuk diskusi dengan Lisa di tempat lain.

"Aku kesana sebentar ya." Lisa meremas tangan Jennie saat dirinya akan berdiri.

"Oke, enjoy yourself," jawab Jennie. Dia merasa seperti anak kecil saat Lisa mengusap kepalanya sebelum pergi.

Suho juga berdiri dari kursinya. "Oke. Aku juga permisi sebentar. Aku perlu menelfon."

Irene dan Jennie mengangguk. Dan seperti itulah, saat ini tinggal mereka berdua di meja.

"Karyawan disini sangan menyukai Lisa, huh," kata Jennie, membuka topik untuk basa-basi.

Irene menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Lisa suka sekali makanan disini. Dia pergi kesini dua sampai tiga kali seminggu, dan dia selalu berbicara dengan dua orang itu saat kami kesini dulu."

Jennie mencatat di buku catatan gaibnya, bagaimana Irene terus menunjukkan apa yang pernah ia dan Lisa lakukan sebelumnya.

"Apa yang mereka bicarakan?"

"Lebih ke makanan dan resep, yang mana aku juga ga ngerti." Irene memutar bola matanya. "Mereka selalu meminta pendapat Lisa tentang makanannya. Kadang sebaliknya juga, Lisa meminta pendapat mereka tentang makanan."

"Kenapa begitu?"

Alis Irene naik. "Hmm? Apakah kau tidak tau kalau Lisa jago masak?"

"Serius?" mata Jennie membulat kaget. Tiba-tiba ia ingat saat sarapan dengan Lisa di kantor, Jennie pernah bilang kalau dirinya membayangkan memiliki pasangan yang hebat masak.

Dan sekarang mukanya memerah.

"Iya, dia suka sekali masak. Aku kaget kau belum tau." ucap Irene tertawa pelan. "Kalau saja dia tidak suka fotografi, aku rasa dia akan mengambil jurusan kuliner. Dia belum pernah masak untukmu?"

Jennie menggelengkan kepalanya. "Dia hanya bilang kalau dia suka masak, tapi dia hanya senang memasak kalau ada orang membantunya menghabiskan makanan. Aku hanya pernah ke apartemennya sekali."

Irene terlihat kaget. "Serius? Kalian pacaran sudah berapa lama?"

"B-baru-baru ini..." Jennie berdeham.

"Maksudmu kalian belum resmi saat aku ke apartemennya akhir Desember lalu?"

Jennie menggelengkan kepala. "Malam itu aku habis mabuk dan ketiduran di mobil. Dia tidak tau dimana alamatku."

"Oh." Irene mengangguk. "Jadi, Lisa tidak berbohong saat mengatakan kalau kau bukan pacarnya saat itu, huh?" Ia menyilangkan tangan di dadanya. "Dimana kalian ketemunya?"

"Di kantor. Ruangan kami satu lantai, hanya beda divisi," jawab Jennie, menjawab sealami mungkin.

"Jadi, gimana rasanya? Aku rasa banyak cewek lain yang menganggu kalian dekat, kan? Apa kalian berantem tentang itu?"

HERSHE - JENLISA (INDONESIAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang