"Apa kau sudah selesai?" tanya Jennie sambil menyisir rambutnya didepan cermin.
"Dua menit lagi, oke?" kata Lisa dari kamar mandi.
"Ugh! Kau lelet sekali."
Pintu kamar mandi terbuka. Lisa melangkah keluar. "Lelet? Kau yang telat bangunin aku, baru sekitar lima menit yang lalu, langsung menyuruhku siap-siap."
"Well, aku ga tau kalau ternyata perlu banyak usaha untuk membangunkanmu, honey."
Lisa menghampiri Jennie. "Kau sendiri sudah selesai?"
"Yes, sudah. Hey, apa itu!" Jennie kaget melihat muka Lisa masih basah, dengan rambut aku-baru-bangun.
"Apanya? Aku habis cuci muka."
"Dan kau akan pergi seperti ini?" Jennie mengambil handuk untuk mengelap muka Lisa. "Ck. Kau benar-benar seperti anak kecil, Manoban."
"Mmm.. Aku memang tidak berencara pergi seperti ini, asal-kau-tau," kata Lisa, suaranya meredam karena tertutup handuk.
"Terserah." Jennie melempat handuk dan melihat rambut Lisa. "Apa yang akan kau lakukan dengan rambutmu?"
"Ini?" Lisa menyisir rambutnya sambil bercermin. "Biarkan saja begini."
"Ck. No!" Jennie memegang kedua pundak Lisa dan mengiringnya menghadap ke Jennie. "Lebih baik begini." Ia merapikan rambut Lisa.
"Sekarang gimana penampilanku, honey?" tanya Lisa, dengan jari jempol dan telunjuk di dagunya.
Jennie tidak tahan untuk tidak terpesona dengan hasil penataan rambutnya. Lisa mengenakan atasan kaos button-down dan baggy-pants untuk makan malam. Lucunya, semakin sederhana Lisa berpakaian, kharismanya semakin terpancar.
"Oke."
Lisa mengerucutkan bibirnya. "Hanya oke?"
"Yeah. Kau berharap aku bilang apa?"
"Apapun kecuali oke, tau."
"Ahm. Oke. Terus kau mau aku bilang kata sifat apa?"
"Ga tahu. Mungkin 'istimewa' akan lebih baik." senyum Lisa berseri, membuat Jennie memutar bola matanya. "Atau mungkin menarik, menawan, stylish, atau mempesona."
Jennie mendongak. "Aku tidak tau ternyata kau congkak, honey."
"Kenapa, thank you, honey." Lisa membungkuk. Tiba-tiba, bel kamar mereka berbunyi. "Aku rasa kita sudah dipanggil."
Jennie mengambil tas selempangnya di meja saat Lisa membuka pintu.
"Hi, Lali!"
"Hey, Hyun. Terlihat cantik malam ini, huh? Suho dimana?"
"Dia hampir selesai retouching," kata Irene. "Well, kau juga terlihat charming. Baju itu terlihat sempurna untukmu."
"Charming dari Hongkong." gumam Jennie saat ia akhirnya menemukan handphone nya di sofa.
"Yeah? Kau yang memberiku baju ini, ingat?" tanya Lisa.
"Aku tau. Aku tau. Kan? Aku selalu memilih yang terbaik untukmu."
Jennie mengejek dan menggerutu dengan mukanya sebelum menghampiri mereka dan melingkarkan tangannya dengan Lisa. "Honey, aku sudah siap."
Lisa melirik dan menyentuh hidung 'pacarnya'. "Hi, cantik." dia kembali melihat Irene. "Oke, yuk?"
"Bentar, biar aku merapikan ini sebentar." Irene membenarkan kerah Lisa.
Lisa terdiam dan Jennie memutar bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERSHE - JENLISA (INDONESIAN)
Fiksi PenggemarThis story is credited to Schindlee who has supported and given me such privilege to share this brilliant story to Indonesian readers and of course Jenlisa-Chaesoo shippers! Author - Schindlee : https://www.wattpad.com/user/schindlee Original - Hers...