"Engga ada yang ketinggalan kan?"
Arya memeriksa beberapa koper yang sudah di siapkan Hafidah semalam, kembali mengecek apakah semua sudah masuk ke dalam bagasi mobil.
"Engga ada bang, barang-barang kecil masih Hafidah tinggal. Nanti kalo balik lagi kesini, Hafidah bawa"
Arya mengangguk,
Kembali masuk ke dalam rumah untuk bersiap mengantarkan Hafidah ke bandara.Hari ini,
Mereka akan mengantarkan Hafidah.
Arya ikut dengan Hafidah hingga ke dubai, lelaki itu bersihkeras akan mengantarkan Hafidah hingga sampai ke rumah Bibi dan Paman mereka.Mungkin lebih tepatnya ia membantu Hafidah untuk membawa semua barang yang Adik Perempuannya itu bawa.
Hafidah masih berada di depan,
Membereskan barang-barangnya yang cukup dikatakan banyak."Assalamu'alaikum.."
Hafidah menoleh,
Terkejut ketika tau siapa yang datang disana."Eh? Mas Zid- Astaghfirullahal'azim! Wa'alaikumussalam.. Iya Mas? Mas Zidan nyari Abi? Abi ada di dalem, mau Hafid-"
"Eh engga usah dek"
"Huhh? Atuh Mas Zidan mau ketemu siapa.. Bang Arya? Abang lagi rapih-rapih di dalem"
Hafidah menatap polos lelaki itu,
Sementara Zidan,
Matanya tidak lepas pada sosok gadis yang sudah membuat hari-harinya berbeda dalam waktu singkat."Engga, saya cuma mau kasih ini. Semoga kamu suka, ini juga ada titipan dari Bunda.."
Hafidah meraih Paperback itu dengan senyum manis di wajahnya, dan semua itu tidak luput dari pandangan Zidan.
"Masyallah.. makasih banyak ih! Hafidah titip salam ya buat Bunda?"
Kepala itu mengangguk,
"Nanti saya sampein"Hafidah mengangguk,
Memasukan kedua Paperback itu ke dalam mobil bersama semua barang-barangnya."Mas mau masuk dulu?"
Lamunannya tersadar,
Sedikit tersentak ketika Hafidah berbalik dan menatap tepat di matanya."Engga dek, saya mau langsung berangkat kerja"
"Mas kerja?"
"Iya.."
"Kerja apa?"
Zidan menatap wanita itu,
Rasanya sangat aneh jika ia memberitahu apa pekerjaannya saat ini.Tidak,
Zidan hanya takut jika Hafidah akan berfikir lain jika ia memberitahu apa pekerjaannya."Fot-"
"Eh Bang Zidan? Ngapain bang? Mau ikut nganterin calon?"
"Abang!"
Hafidah menatap Arya tajam,
Sementara Zidan hanya diam dengan gelengan kecil di kepalanya."Nganterin titipan Bunda"
Arya mengangguk mengeti,
Kakinya melangkah mendekat pada kedua insan yang masih setia berdiri disana."Ikut yok bang"
Mata itu melirik Hafidah,
Lantas kembali beralih ketika Arya menepuk bahunya pelan."Lirik lirik, minta izin apa gimana?"
"Abaaang ish! Apaansi!"
Pukulan itu berhasil Hafidah layangkan,
Lantas kakinya memilih beranjak masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKA
Teen FictionCintai Aku Karena Allah (CAKA) "Jarak usia bukan patokan seseorang buat berjodoh mas, Hafidah sama sekali engga nyesel punya suami yang jarak usianya jauh sama Hafidah. Justru Hafidah bangga punya suami sholeh kayak mas" -Hafidah