20). Sedikit Berbeda

149 43 7
                                    

2 Minggu berlalu kini Zidan mulai masuk pada pekerjaan barunya. Sempat tertunda kala kecelakaan beberapa minggu lalu. Beruntung perusahaan masih bisa memberinya izin untuk bekerja setelah apa yang terjadi.

Hafidah sudah berkali-kali memperingati untuk hati-hati dalam berkendara. Pun dengan Bunda. Rasa khawatir mereka bahkan masih belum sepenuhnya hilang walau Zidan sudah dikatakan baik saat ini.

"Nanti mas pulang kamu mau apa?"

"Hafidah engga mau apa-apa, mau mas pulang cepet, pulang selamat. Jangan kayak waktu itu"

Zidan tersenyum,
Mengecup lembut dahi Hafidah dengan tubuh yang perlahan meruduk berhadapan tepat dengan perut besar Hafidah disana.

"Ayah kerja dulu ya sayang, jangan bandel. Jangan nyusahin Mama, ntar pulang Ayah beliin sesuatu"

Hafidah tersenyum,
Wajahnya mendongak kala sang suami bangkit. Memberinya kembali kecupan kecil sebelum beralih masuk pada mobil yang sudah dipinjamkan Abi.

"Mas berangkat, Assalmu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Tangan itu Hafidah salimi sebelum Zidan benar-benar pergi dari sana. Memberi lambayain kecil dengan senyum yang menyertai.

"Udah berangkat?"

"Eh Bunda.. iya Bun, baru aja. Bunda mau kemana?"

"Mau kepasar.. kamu mau nitip apa? Nanti Bunda beliin"

"Hafidah mau ikut aja.. boleh ya Bunda? Hafidah juga bosen kalo diem dirumah terus, mau jalan-jalan hehe"

Senyum Ainun terlihat,
Mengangguk kecil untuk mengiyakan permintaan sang menantu. Lagipula berjalan dipagi hari seperti ini cukup baik untuk Hafidah bukan?

"Hafidah mau siap-siap dulu"

"Bunda tunggu didepan ya nak"

"Iya Bundaa"

















































































































"... Zidan dulu kalo Bunda kepasar, suka banget nitip cakwe. Waktu masih belum kenal kamu, tapi sekarang kayaknya jarang"

Hafidah terkekeh,
Merasa geli membayangkan bagaimana sang suami meminta makanan panjang itu. Teringat semasa mengidamnya dahulu.

Bagaimana Zidan meminta ini dan itu tanpa henti hingga Hafidah kualahan sendiri untuk mencari penjual makanan tersebut.

Beruntung ada Bunda, Ummi juga Arya yang senantiasa mencarikan makanan yang diinginkan. Zidan memang tidak merajuk maksa pada mereka, namun beda halnya jika dengan Hafidah.

"Bunda tau cara bikinnya ga? Hafidah kepikiran mau buatin mas Zidan cakwe.. udah lama juga kayaknya mas Zidan engga makan itu"

Senyum Ainun terlihat,
Meilirik Hafidah yang terlihat begitu tulus disana.

"Bisa.. sekalian cari bahannya aja sekarang, nanti bikinnya sorean biar engga bantet. Shafira sama Alifah juga mau pulang nanti"

"MasyaAllah, Ya Allah iya.. Hafidah udah lama engga ketemu Shafira sama Alifah"

Tangannya menepuk dahi, yang dibalas kekehan kecil oleh Bunda yang melihatnya.

"Shafira sama Alifah baik kan Bun?"

CAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang