"Ummiiii"
Gadis itu, Gadis yang kini sudah tumbuh dengan wanita dewasa.
Tubuh mungilnya,
Wajah cerianya,
Senyum manisnya,
Mata sipitnya yang selalu berhasil berubah menjadi mata bulan sabit dengan tawa cerianya.
Tidak ada yang berubah, semua nampak sama. Hal yang membedakan hanya tubuhnya yang sedikit meninggi.
"Masyallah.. Sayangnya Ummi, apa kabar sayang?"
Tubuh itu Utfah peluk dengan air mata yang membendung disana. Suasana mendadak haru atas kedatangan Hafidah.
"Baik Ummi.. Ummi apa kabar? Maaf Hafidah engga bisa sering-sering ngasih kabar ke Ummi.. Abi mana Mi?"
Pulukan itu merenggang,
Tangannya masih setia melingkar di pinggang sang Ummi."Oii! Lupa ya ada Abang!"
"Bosen ah abang terus!"
"Parah si Parah!"
Kaki itu beralih, mengambil koper yang Hafidah bawa untuk di pindahkan ke dalam bagasi mobil.
"Abang Lusa nikah ya?"
"Idih.. Tau dari mana kamu!"
"Bibi cerita, Abang parah banget masa adek sendiri gak di kasih tau"
"Abisnya kamu sibuk, Abang mana mau ganggu skripsi kamu"
"Iya juga sih.."
Mereka memasuki mobil,
Utfah tidak bisa lepas dari Hafidah. Mereka berdua duduk di kursi belakang dengan Arya yang mengemudi layaknya seorang Sopir."Maafin Ummi ya gak bisa dateng ke Wisudaan Hafidah? Abi sakit waktu itu, Ummi engga bisa ninggalin Abi sendiri di rumah sakit"
Hafidah terkejut,
Tubuh itu menegak dengan mata yang menatap Ummi bertanya."Abi sakit? Kenapa Ummi engga bilang sama Hafidah? Abi sakit apa? Abang juga kenapa diem aja! Kenapa engga bilang Hafidah? Katanya Ummi sama Abi baik-baik aja! Abang bohong terus, Hafidah engga suka!"
Ummi tersenyum,
Ini yang ia khawatirkan.Hafidah bisa dibilang wanita yang sangat nekat. Ia akan melakukan apapun tanpa berfikir panjang.
"Kecapean aja, sama Maag. Kamu tau sendiri kalo Abi tuh emang susah di suruh makan tepat waktu"
"Hish! Liat aja, nanti Hafidah omelin!"
Utfah tersenyum,
Begitupun dengan Arya.
Rasanya sangat senang ketika Hafidah telah kembali, telah usai dengan pendidikannya disana.Banyak sekali penantian yang tertunda,
Banyak sekali kenangan yang tertinggal,
Terlalu banyak masa-masa yang tertinggal dengan anak perempuan itu.
.
.
"Kang Zidan kemana Bunda?"
"Di rumahnya Ilham, anaknya baru pulang hari ini. Zidan di undang dateng, kamu mau ikut? Bunda juga mau siap-siap kesana"
"Gakpapa Bun?"
"Gakpapa atuh, emang kenapa?"
"Yaudah Ziya siap-siap dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKA
Teen FictionCintai Aku Karena Allah (CAKA) "Jarak usia bukan patokan seseorang buat berjodoh mas, Hafidah sama sekali engga nyesel punya suami yang jarak usianya jauh sama Hafidah. Justru Hafidah bangga punya suami sholeh kayak mas" -Hafidah