15). Sakit

233 40 14
                                    

Hari ini tepat Hari pernikahan Ziya dengan Tamam. Acara yang di gelar dengan 2 mempelai sekaligus membuat acara itu terlihat mewah dan megah.

Ziya tidak menyangka jika di hari yang sama pula adik iparnya juga akan menjalankan resepsi. Yang ia tau jika sebelumnya Izza akan menggelar pernikahannya di pantai. Tepatnya di bali.

"Masyaallah.. cantiknyaaaa! Selamat ya teteh? Samawa, semoga cepet-cepet di kasih momongan!"

"Baru akad lho.."

"Gapapaaa! Lebih cepet, lebih baik. Iya gak mas?"

Kalimat itu dibalas dengan senyuman juga usakan lembut dari yang lebih tinggi disampingnya.

"Kamu gimana?"

Matanya mengerjap,
Lantas menggeleng dengan senyuman kecil di wajahnya. Zidan hanya diam memperhatikan, menjaga Hafidah setia di belakang sejak istri mungilnya itu mengatakan bahwa kepalanya sedikit pusing sejak kemarin.

Zidan sudah menebak itu akan terjadi,
Terlebih Hafidah ikut repot atas pernikahan sepupunya itu yang diadakan di bandung. Sama dengan tempat akad dan resepsinya dulu bersama Hafidah.

"Udah ah, Hafidah mau makan"

Ziya tersenyum,
Mengangguk kecil dengan tangan yang mengelus bahu sempit Hafidah yang terbalut kebaya panjang.

"Makan biar banyak, supaya cepet gede!"

"Hafidah udah gede.. badannya aja yang kecil"

Kekehan Ziya dengan Tamam terdengar disana.
Zidan tidak tau harus melakukan apa ketika perhatian Tamam terus tertuju pada sang Istri.

Apa maksudnya?
Ingin merebut miliknya dan menghancurkan kehidupan sepupunya? Jika itu terjadi, ia tidak akan membiarkan Tamam hidup dengan tenang.

Apapun alasannya.

Tangan itu Zidan raih,
Menatap lembut dengan anggukan yang mengisyaratkan Hafidah untuk segera turun dari sana.

"Teh Ziya, Izza, Kak Tamam, Kak Maher, Hafidah duluan ya! Samawa kaliaaaan!"

Teriakan itu terdengar sebelum Zidan menuntun Hafidah untuk segera pergi dari sana. Antara khawatir dengan keadaan Hafidah atau takut jika Tamam akan berbuat lebih pada sang istri. Yang jelas ia ingin segera pergi menjauh dari sana.

"Mas mau makan apa?"

"Lauk yang ada disana kecuali kentang"

Hafidah tersenyum,
Lantas anggukan kecil itu ia berikan ketika tau jika suaminya tidak menyukai kentang balado.

"Hafidah ambilin"

"Kamu makan juga"

"Hafidah engga laper"

Mata itu Zidan tatap dalam,
"Yaudah, banyakin nasi sama lauk mas"

Hafidah terkekeh,
Merasa lucu dengan sikap suaminya itu.

"Mas laper? Perasaan tadi sarapan banyak.."

"Gapapa, biar sehat"

Kekehan itu kembali terdengar,
Tangannya beralih menyerahkan tas kecilnya pada Zidan. Meminta suami tingginya itu untuk menjaga barang miliknya.

Mata itu masih tertuju pada Hafidah yang sedang mengambil nasi disana. Mengawasinya dari setiap langkah dan geraknya yang terus memasang wajah ceria walau ia bilang kepalanya sedang pusing kemarin.

Tidak lama Hafidah kembali datang,
Membawa sepiring nasi itu dengan berbagai macam lauk disana. Ia juga mengambil ice krim juga makanan kecil yang sudah tersedia.

CAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang