Sudah satu bulan setelah Zidan masuk pada pekerjaan barunya. Waktu yang dimiliki juga semakin sedikit walau hanya untuk berkumpul di hari libur.
Zidan bekerja tanpa henti,
Pergi dan kembali pulang kala matahari sudah terbenam. Pun dihari libur yang sulit untuk lepas dari beberapa pekerjaannya. Terlebih lagi lusa nanti ia ditugaskan diluar kota untuk beberapa hari.Hafidah ingin mengeluh,
Tetapi setiap kali melihat wajah lelah Zidan, rasanya enggan untuk membicarakan itu semua.Lelaki itu akan pulang dengan wajah lelah, berakhir tertidur dengan tangan yang tidak pernah lepas melingkar diatas perut besar Hafidah kala terlelap.
"Mas sepekan disana, kamu baik-baik disini ya?"
Hafidah mengangguk,
Tersenyum kecil sebelum beralih keluar kamar untuk membantu Bunda didapur. Seperti sudah menjadi kebiasaan Hafidah saat ini.Perbincangannya dengan Zidan pun sudah sangat jarang dilakukan walau hanya untuk bertanya 'bagaimana tentang hari ini' Hafidah jelas merasa asing dengan semua.
Terlebih dengan beberapa pesan juga panggilan yang tidak sengaja Hafidah baca ataupun dengar. Jelas hal itu membuat perasaannya semakin tidak nyaman kala Zidan lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan pekerjaannya dibanding dengan dirinya.
Bunda menyadari hal itu,
Tidak dapat berbuat banyak, hanya tidak ingin terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga sang anak. Memilih untuk memberi saran positif agar Hafidah tidak terlalu stres memikirkan bagaimana Zidan saat ini."Mas sarapan dikantor dek, ada meeting juga soalnya.. takut telat, mas berangkat ya?"
Anggukannya Hafidah berikan,
Beralih mendekat dengan tangan yang ia salimi diiringi dengan kecupan lembut yang selalu Zidan berikan pada dahi mulusnya.Tangan besarnya beralih mengelus perut besar Hafidah, tersenyum lembut menatap Hafidah yang hanya dibalas senyuman kecil dari sang empu.
"Besok mau mas temenin check up?"
"Mas kan kerja?"
"Besok Weekend sayang.."
"Hafidah sama Ummi aja, terakhir mas bilang mau temenin tapi masih sibuk sama kerjaan.."
"InsyaAllah besok mas usahain. Jarang murung terus.. senyumnya mana?"
Senyum kecilnya Hafidah terlihat,
Menatap mata itu kala merasa aneh dengan sesuatu. Entah apa itu, yang jelas Hafidah merasa begitu tidak nyaman jika Zidan membuat janji akhir-akhir ini."Mas berangkat, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam.."
Hembusan nafasnya terdengar,
Tangannya beralih mengelus lembut perutnya kala merasa ada pergerakan dari dalam sana."Ayah kamu kenapa sih nak.."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKA
Teen FictionCintai Aku Karena Allah (CAKA) "Jarak usia bukan patokan seseorang buat berjodoh mas, Hafidah sama sekali engga nyesel punya suami yang jarak usianya jauh sama Hafidah. Justru Hafidah bangga punya suami sholeh kayak mas" -Hafidah