6. Langit Jingga

445 95 35
                                    

Ranya mendengus kesal sembari berjalan cepat menuju ke dalam kelasnya pagi ini. Dosennya tiba-tiba mendadak mengajak untuk pindah jam pagi karena akan mengisi seminar nasional siang nanti.

Sepertinya kelas pagi dadakan bukanlah hal menyebalkan bagi Ranya saja, tapi juga hampir semua mahasiswa.

Saat sampai di kelas dilihatnya hanya ada beberapa mahasiswa, dosen belum masuk. Padahal Ranya sudah berusaha mengendarai mobilnya dengan cepat karena takut telat, tapi ternyata dosennya itu bahkan belum datang.

Ranya sedikit kebingungan karena teman-temannya bukan bertambah tapi malah semakin sedikit.

"Ini kenapa pada keluar dah?" tanya Ranya pada salah satu teman yang duduk di belakangnya.

"Lo ga buka grup? Dosen minta ganti hari"

"Anj-,  Astagfirullah" Ranya hanya ingin menebah dada menyabarkan hati saja sekarang. Dosen memang selalu benar, kalau dosen salah balik lagi ke pasal pertama.

Dilihatnya di depan pintu ada sosok lelaki yang celingukan ingin masuk ke dalam kelas. Dengan segera Ranya menghampiri lelaki itu dan menariknya pergi.

"Dih apa-apaan sih lo?!" protes lelaki itu.

"Dah lah Ju, dosennya ga masuk jam mata kuliah makro diganti hari" Jelas Ranya.

"Anjir, tau gitu gue nerusin waktu tidur"

"Daripada tidur mending lo ikut gue nyari sarapan aja"

"Males banget"

"Gue traktir"

Juang terdiam, memicingkan mata memandang gadis dihadapannya itu. Berusaha mencari dusta dibalik mata Ranya namun nihil.

"Bohong gue doain bintitan lo"

"Kapan sih seorang Hiranya berbohong? Gue tuh udah jujur baik hati pula, beruntung banget dah Mark kalo jadi pacar gue"

"Yang ada dia ketiban sial tiap hari denger lo ngoceh mulu kayak burung beo"

"Lo gak bisa ya sehari aja gak usah ngehina gue?"

"Siapa yang ngehina?, orang gue ngomong fakta"

"Iya deh terserah bapak Juang yang terhormat" Ranya merotasikan bola matanya malas.

"Udah nih, lo yang nyetir" Ranya melemparkan kunci mobil pada Juang.

Lelaki itu menangkap dengan sigap segera masuk ke mobil.

"Kemana nih?"

"Beli bubur yang deket Alun-alun itu aja deh Ju"

Menurut, Juang menjalankan mobil Ranya menuju Alun-alun.

"Lo tim bubur di aduk atau enggak Ju?"

"Enggak"

"Ih samaa.." pekik gadis itu.

Karena ingin kesehatan telinganya berlangsung lama, Juang menjauhkan kepalanya dari Ranya.

"Kenapa ya Ju orang-orang tuh suka bubur diaduk, padahal mah enak gak diaduk kan? Tiap topingnya lebih terasa jadi gak benyek"

"Terserah mereka lah"

"Tapi gue tuh masih bingung gitu loh, kalau diaduk tuh jadinya kek kecampur semua kayak makanan ayam"

Juang terkekeh pelan "emang lo pernah makan makanan ayam?"

"Pernah dulu"

"Hah?!" Juang membelalak kaget, gadis apa yang ada di sampingnya itu. Manusia ayam jadi-jadian kah?.

Cerita Kita ; [ Renjun • Yeji • Mark ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang