Pukul 08.00 seorang lelaki masih terkapar di atas tempat tidur. Meringkuk di balik selimut untuk mengurangi hawa dingin yang menyerang.
Sejak subuh tadi entah mengapa kepala Juang terasa pening sekali. Saat melaksanakan sholat ia merasa semua terlihat berputar. Bahkan Juang sangat berusaha agar bisa berdiri dan tidak limbung saat sholat.
Mamanya bilang mungkin Juang meriang akibat kehujanan semalam.
Akibatnya hari ini ia tidak bisa mengikuti perkuliahan. Tapi tidak apa-apa, Juang merasa senang karena hari ini adalah mata kuliah statistika yang dosennya lumayan killer.Jadi sakitnya kali ini sedikit membawa berkah walau kepalanya ingin pecah.
"Makan dulu nih mama buatin bubur" Sang mama datang membawa nampan berisi bubur dan beberapa obat.
"Gak mau ah, gak nafsu" Juang menutupi tubuh sampai kepala dengan selimut.
"Nafsu gak nafsu kamu harus makan, emang kamu mau mati sia-sia cuma karena meriang?"
"Mama kok ngomongnya gitu?" Juang membuka selimut menampakkan bagian wajahnya.
"Yaudah makan nih sekarang"
"Suapin"
"Kamu udah gede ya Juang, gak pantes manja begitu"
"Ck" Juang berdecak bersembunyi di balik selimut kembali.
Mungkin di luar sana Juang dikenal sebagai sosok yang tidak peduli sekitar dan bermulut pedas. Tapi siapa sangka jika Juang juga memiliki sifat pundungan dan manja seperti sekarang ini.
Wanita paruh baya tersebut mendesah pelan, mengangkat mangkuk dan mengambil sesendok bubur untuk disuapkan pada sang anak.
"Nih buka mulutnya" Juang mengintip di balik selimut, melihat sang Mama sudah duduk dengan sendok di tangan Juang duduk dan membuka mulut.
"Besok-besok main hujan lagi aja, ga usah pakai mantel biar kerasa sekalian segernya" omel Mama
"Siapa juga yang main hujan"
"Lha terus tadi malam itu ngapain? Hujan deras malah keluar naik motor kayak gak ada hari besok aja"
Juang menelan bubur sebelum menjawab Mamanya kembali.
"Jemput temen, aku pikir dia kejebak hujan. Kasihan udah malam"
"Temen yang mana? Emang ada yang mau temenan sama kamu selain geng ribut kamu itu?"
Mama Juang memicing memandang anaknya curiga, kemudian tersenyum menggoda.
"Temen kamu cewek ya?"
"Iya cewek, tapi Mama jangan mikir macam-macam ya. Aku sama dia asli cuma temen"
"Emang kamu pikir Mama mikir gimana? Mama kan cuma tanya kok kamu kaya panik gitu?" Ujar Mama Juang sembari tertawa meledek.
Juang mengatupkan bibir, bingung harus menjawab bagaimana. Padahal maksud Juang bukan begitu, ia hanya ingin menjelaskan bahwa hubungannya dengan teman yang ia maksud itu memang benar-benar hanya teman tidak lebih.
*
Ranya terlihat sedang duduk diam di dalam kelas. Memandang arah pintu seperti menanti seseorang datang. Bukan, bukan dosen statistika yang sedang ia tunggu. Tapi sesosok lelaki menyebalkan yang biasa memilih duduk di pinggir tembok agar bisa menyender saat bosan.
Sebenarnya Ranya tidak ingin memikirkan hal ini, tapi mengingat cerita sang Bunda bahwa laki-laki tersebut sudah rela kehujanan demi mencarinya, ia ingin mengucapkan terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita ; [ Renjun • Yeji • Mark ]
FanficRanya jatuh cinta pada lelaki itu, entah pada si receh atau si mulut pedas. Hiranya tidak tahu ia benar-benar jatuh pada hati yang mana. Juang tidak mengerti perasaannya, yang ia tahu gadis itu sangat mengganggu hidupnya. Mark, dia baik, hanya saj...