14. Sheila On 7

291 84 16
                                    

Ranya tengah berada di hadapan cermin kamarnya. Memoles wajah cantiknya tampak natural. Rambut gadis itu di kuncir kuda memperlihatkan leher polosnya yang putih.

"Kak, tuh dibawah ada cowok," ujar Jimmy yang tiba-tiba menyembulkan kepalanya di balik pintu kamar.

"Kak Mark ya?" Tanya Ranya memastikan.

"Iya," jawab lelaki itu tanpa berniat untuk kembali keluar kamar.

"Lo beneran naksir dia ya?" Tanya Jimmy sembari menyandarkan tubuh pada pintu kamar Ranya.

"Untuk sekarang sih iya, gak tau besok," jawab Ranya asal.

"Bisa gak misal lo naksirnya ke Mark tapi jadiannya sama bang Juang?"

Ranya menoleh memandang adiknya itu dengan tatapan aneh.

"Pertanyaan lo aneh" Ranya kembali menyelesaikan kegiatannya menyemprotkan parfum.

"Kalau lo jadian sama dia gue bisa naikin rank gue kak, gue bisa menang taruhan dari Cetta." Jimmy menepuk mulutnya, menyadari ia mengucapkan sesuatu yang bisa membahayakan dirinya.

Ranya berjalan mendekat, menoyor kepala Jimmy. "Heh siapa yang ngajarin lo taruhan begitu, hah??"

"I-itu gue ngasal kok tadi, lupain aja" Jimmy buru-buru pergi meninggalkan kamar Ranya. Tapi terlambat, kakaknya itu sudah menarik ujung kerah bajunya dari belakang.

"Sok-sok an main taruhan, gue bilangin ayah sama bunda lo!!," ancam Ranya memandang Jimmy dengan tatapan tajam.

"Jangan kak ih lo mah. Iya deh gue taruhan sama Cetta, yang rank game nya paling tinggi nanti dapat duit lima ratus ribu," jelas Jimmy dengan raut muka memelas.

"Dosa Jimmy dosa!, Uang yang dikasih ayah sama bunda masih kurang? Kalau kurang ngomong, bukan gitu caranya," ucap Ranya gemas dengan kelakuan adik semata wayangnya ini.

"Iya maaf, bakal gue batalin kok, tapi jangan bilang ayah sama bunda ya. Pleasee," ucap Jimmy memohon, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.

Kalau begini Ranya mana tega, mau seberapa besar adiknya itu, Jimmy akan tetap terlihat lucu dan menggemaskan bagi Ranya.

"Iyaaa tapi janji ya taruhannya dibatalin, yaudah gue mau pergi dulu. Lo mau nitip sesuatu gak?"

"Apa aja yang enak beliin," ucap Jimmy dengan cengiran tanpa dosa.

Ranya tersenyum mengangguk, kemudian berjalan turun ke lantai bawah. Gadis itu mengerjap sesaat, melihat Mark dan ayahnya yang tengah mengobrol berdua di ruang tamu. Diam-diam Ranya tengah menahan senyumnya, berasa diapelin sama pacar.

Gadis itu mendekat ke arah dua pria yang tengah duduk mengobrol berdua. Ayah menoleh menyadari sang anak telah keluar dari kamar.

"Udah kak dandannya? Lama bener kayak mau ketemu pangeran aja," ledek ayah.

"Ih ayah apaan sih, orang bentar doang"

"Iya bentar banget sampe hampir satu jam, ya kan Mark?"

"Ah gapapa kok om, gak lama. Cewekkan emang gitu," jawab Mark diiringi kekehan kecil.

"Yaudah om, kalau begitu Aruna nya saya pinjam dulu om" pamit Mark.

"Saya masih rada aneh sih kamu panggil anak saya Aruna, tapi bagus juga nama panggilan kamu buat dia, nama spesial ya?" Goda Ayah.

"Aku pergi dulu, dadaah ayah..."

Ranya buru-buru menarik Mark pergi, jika dibiarkan berlama-lama. Yang ada nanti ayahnya akan semakin menggoda dia dan Mark. Ranya takut Mark jadi ilfeel.

Cerita Kita ; [ Renjun • Yeji • Mark ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang