03

1.5K 132 1
                                    

Nana membuka buku dengan sengit, netranya walaupun melihat tulisan yang amat panjang namun pikirannya tak terfokuskan pada buku belajar tersebut.

Saat datang di rumah Jeno, dia merasa sudah berada di ruang lingkup keluarga Jung itu. Bahkan ibu Jeno, Jung Taeyong sudah menganggap Nana seperti anak nya sendiri.

Nana tersenyum kecil, mungkin ia akan seperti Jeno juga. Membawa Jeno ke rumahnya untuk di perkenalkan di depan keluarga Na. Mungkin ini sangat mengesankan, bagaimana cara keluarga Jung memperlakukannya dengan baik.

Mana Jaemin sempat curi-curi pandang ke ayah Jeno, pria matang itu tak kalah tampan dari Jeno dan Mark juga. Pantas saja Jeno tampan, ternyata mengambil gen dari ayah nya.

"Na! Pinjem Pulpen dong." Kejut seseorang membuat Nana terjatuh dari duduk nya.

Nana meringis kecil, menyentuh bokongnya yang sakit. "Kak Dejun, kalau masuk kamar ketuk dulu." Ingat Na Jaemin pada sang kakak.

"Oopsie, lagi pula kenapa senyam-senyum sendiri?"

Nana seakan canggung seketika, "eum itu.. tidak ada." Elak si gadis remaja dengan santai.

Na Xiaojun memicing, bersmrik ke arah sang adik. "Bagaimana dengan kencan buta mu tadi?" Goda Xiaojun.

"Ih! Bukan, tidak ada kencan buta!"

"Lalu?"

"Hanya makan malam biasa, kakak pun tahu." Sahut Nana agak ketus.

"Cepat mana pulpen nya, aku sedang butuh." Xiaojun menjulurkan tangannya, berharap Nana memberikan satu buah pulpen.

Nana menyerahkan pulpen baru yang ia ambil di dalam laci, memang Nana sering menyetok pulpen dengan berbagai macam merk.

"Thankyou Na,"

"Hm.. sama-sama."

Pintu kamar itu tertutup, Nana membuang napas lega. Sekarang pikirannya berkecamuk karena fokusnya sekarang berada di keluarga Jung yang seperti malaikat surga.

Anggap saja Nana terlalu berlebihan sekarang, tapi ini sungguh hal nyata.

Lagi-lagi, Nana tak bisa fokus dengan belajarnya. Lebih baik dirinya tertidur pulas, karena ini juga sudah larut malam.

.
.
.

Jung Jeno tergesa-gesa keluar rumah karena dirinya mendapati ponsel Jaemin yang tertinggal di meja ruang tamu. Sunggu, Jaemin itu gadis yang pelupa.

"Ingin kemana Jen?" Tanya sang ibu dengan lembut.

"Bubu, ponsel nana." Ujar nya seraya menampilkan benda berbentuk persegi panjang itu.

"Mengapa tidak di beri tahu, padahal Nana sudah pulang beberapa jam tadi." Tukas si ibu.

"Maaf bubu," Sesal Jeno.

Taeyong tersenyum kecil, "ayo bubu antar,"

"Tidak apa, Jeno sendiri."

"Bubu tidak ingin kamu berkeliaran tengah malam, Bubu yang antar." Paksa Taeyong sigap.

Jeno mau tak mau mengiyakan ucapan sang ibu patuh, lagi pula hanya mengantarkan ponsel Nana. Setelah itu pulang lagi kerumah, tapi tetap saja Jeno agak malu jika di antar oleh bubu nya.

Jung Taeyong mengambil alih kemudi, kemudian menjalankan mobil itu dengan kecepetan sedang. Karena tengah malam membuatnya was-was untuk berkendara dengan kecepatan tinggi.

Melian || Nomin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang