14

1K 91 4
                                    

Perempuan itu terduduk di samping Jaemin dengan perasaan gelisah, dengan hentakan kaki dan juga tatapan bengis mengarah ke Jaemin seperti ingin memangsa perempuan bermarga Na tersebut.

"Apa yang salah Seo Haechan?" Tanya Na Jaemin bingung.

"Hyunjin memang tak ada perasaan! Aku sungguh membenci nya!" Geram Seo Haechan sebagai sahabat karib Jaemin.

"Aku juga sama, tapi Chan aku tidak punya pilihan lain." Ucap nya memilu. Tak ada hal lain untuk mengelak ajakan dari Hyunjin.

Na Jaemin sudah pulang ke rumah nya sekarang. Ia sudah pulang kemarin malam, bahkan dia sudah ada di kamar miliknya dan berbaring di atas ranjang. Sedangkan Haechan duduk di samping nya.

Dengan raut wajah cemas, Jaemin menggumam.

"Kalau pun Jeno tahu akan hal ini, setidaknya pria yang aku sayang baik-baik saja." Gumam nya.

"Na.." Haechan kini ikut kelu tak bisa berbuat apa.  "Na itu," Tunjuk Haechan mengarah ke pintu kamar Na Jaemin.

Suara pintu terdengar, terbuka setengah menampilkan Jeno sembari membawa bunga kesukaan Na Jaemin. Sedangkan Haechan yang mengetahui situasi ini memilih untuk pergi dari kamar Nana.

"Selamat datang kembali ke rumah, Nana." Jeno tersenyum, memberikan buket bunga lagi pada Jaemin.

Na Jaemin nampak gugup, tersenyum kaku memandang Jeno yang kini mulai menatap nya aneh.

"Kenapa Jen? Kok diam?" Tanya Jaemin untuk menetralkan suasana canggung nya kali ini.

"Hm? Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Jeno balik. Kali ini ia memastikan kondisi Jaemin yang tengah tidak grogi lagi menatap nya.

"Tidak kok, cuma.."

Jeno tersenyum kembali, menatap Nana yang gugup membuat nya rada gemas. "Tidak lagi kok, jangan trauma dengan kejadian di rumah sakit itu." Pungkas lelaki bermarga Jung itu.

Berjongkok di hadapan Nana, kemudian memegang kedua tangan Nana erat. Tatapan Jeno kini hanya berpaku pada Jaemin seutuh nya.

"Na.. Aku sangat menyayangi mu. Jika kelakuan ku kasar seperti waktu itu, aku terlalu emosi. Tapi tidak untuk kali ini, aku sungguh minta maaf karena perbuatan ku." Jeno berujar, ucapannya memelan. Selubung benak nya menghancurkan pertahanan untuk tidak menangis. Namun kali ini Jeno tak bisa menahan bendungan air mata nya lagi. "Maaf," Ucap nya kembali.

Nana yang tak tega menyuruh Jeno bangkit berdiri, kemudian duduk di atas ranjang Nana. "Iya No, Nono tidak salah." Ujar Nana seraya memeluk tubuh Jeno erat.

"Maaf Jen, kali ini Nana berbohong." Ucap nya dalam hati.

.

Sedangkan di sisi lain Haechan yang berada di ruang tengah rumah Jaemin duduk santai sembari menyemili kue buatan ibu Nana.

"Kue nya tidak manis." Ujar Haechan blak-blakan di hadapan Bunda Winwin.

"Haechan! Nakal ya, padahal buna sudah kasih gula yang banyak." Sahut buna Winwin.

"Tapi serius bun, ini tidak berasa sama sekali." Kukuh perempuan bermarga Seo itu.

Winwin mulai mendekati Haechan, mengambil satu buah kue buatannya dan mulai mencicipi kue itu. Dengan ekspresi yang tak bisa di jelaskan, Winwin mulai meminum air.

Berdeham sejenak, "..buna lupa memasukan gula tadi," cengeges Buna Winwin pada Haechan.

Haechan mendengus malas, "buna kebiasaan."

Pintu kamar Nana terbuka, Jeno pun keluar dari kamar Nana. Mendekati Buna Winwin dan Haechan yang berada di ruang tengah.

"Loh Jen, sudah bicara dengan Nana?" Tanya Buna Winwin.

Melian || Nomin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang