08

1.2K 120 5
                                    


Suara siulan terdengar merdu pada gendang telinga Jung Jeno. Lelaki bermarga Jung itu terbangun dengan suara kebisingan yang sangat menganggukan menurut nya.

Silauan cahaya itu membuat Jeno sendiri jadi yakin dan tak yakin jika kakak kandung nya berada di dalam kamar nya?

Ini pasti mimpi!

Jeno semakin terkesiap jika benar mendapati kakak nya yang menatap tajam ke arah nya.

"Mark!" Pekik lelaki itu.

Mark Jung adalah kakak kandung Jeno satu-satunya. Ia melemparkan semua foto polaroid yang ia simpan selama ini kearah Jeno.

"Aku datang kemari tidak ingin basa-basi. Kamu bisa lihat semua itu." Ketus nya berucap.

Jeno masih mengernyitkan dahi, ada apa ini? Lalu mengapa Mark memberikan foto polaroid Jaemin nya dengan seseorang yang bahkan ia tak ketahui.

"Kamu bisa simpulkan bagaimana Nana yang bosan dengan mu, sampai-sampai ia bisa bermain di belakang mu Jen." Kini Mark semakin memanasi Jeno yang tengah memendam amarah.

"Begini cara Jaemin bermain-main di belakang ku? Aku tidak peduli." Acuh Jeno sekarang.

Mark terkejut dengan penuturan Jeno, mengapa anak tersebut tidak cemburu atau marah? Mark semakin penasaran dengan tingkah Jeno yang menurutnya tidak waras.

"Kamu gila Jen! Nana selingkuh, dan kamu diam saja?" Mark semakin getir.

Jeno bangkit dari ranjang nya yang super lebar, mendekati Mark yang masih menatap nya lekat. "Siapa yang peduli dengan jalang murahan itu, Mark?" Dengus nya yang menahan amarah.

"Jeno! Aku memanasi mu agar kamu pulang dan menemui nya! Bukan semata-mata kamu tersulut emosi!" Kini malah Mark yang emosi jika berbicara dengan Jeno adiknya sendiri.

Lelaki yang lebih muda tersenyum sinis seraya berdecih, "ouh.. aku tidak peduli kak, aku tidak akan emosi." Jeno berdecih, "lagi pula kenapa kamu kesini Mark? Tidak ada kerjaan." Lanjutnya lagi sambil merotasikan kedua bola matanya.

"Bubu merindukan mu, jangan jadi anak durhaka karena kamu jarang pulang. Apalagi, Nana sering datang kerumah." Jelas Mark perlahan.

Jeno berdecak, beralih-alih ingin membuat alasan baru. Tapi sepertinya kali ini ia tidak bisa beralasan yang tepat dan pasti. Mengapa Mark seperti hantu yang tiba-tiba muncul?

"Ck! Aku ada urusan-"

"Kakek sudah mengatur semua, urusan kuliah? Ku rasa hari libur." Mark mengelak alasan adik nya.

"Hm, sudah di persiapkan terlalu matang ya? Aku tidak mau pulang!" Ucap nya.

"Mengapa? Apa alasan mu tidak ingin pulang?"

"Aku sudah nyaman tinggal di New York." Jawab Jeno dengan jujur.

"Ayah memang salah besar menyekolahkan mu di sini, yang ada kamu salah pergaulan." Tukas Mark.

"Apa sih, Mark kamu terlalu tidak jelas." Ungkap Jeno yang kini risih. "Keluar dari kamar ku, aku ingin lanjut tidur sekarang juga." Lanjut nya berucap.

Jeno mendorong Mark begitu kencang sampai keluar dari kamar pribadi nya, dan benar ia mengunci pintu itu dan lanjut tertidur di atas kasur. Sedangkan Mark tengah memisuh di luar kamar Jeno, memaki-maki Jeno dengan semua bahasa.

"Mark, jangan di paksa jika ia tidak mau pulang." Tenang tuan Jung pada cucu pertama nya.

"Grandpa? Bubu kangen Jeno, apalagi pacarnya."

"Pacar siapa?" Tanya nyonnya Jung kini.

"Siapa lagi kalau bukan pacar Jeno, Nana." Mark mendengus kasar.

Melian || Nomin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang