09

1.2K 127 5
                                    

Jung Mark mendongak rahang nya kuat, seraya bertajuh kaki di atas sofa. Keberangkatannya menuju New York memang terbilang sangat mendadak, tanpa sepengetahuan dari Tuan Jung sendiri. Ia datang kemari juga bukan inisiatif nya, melainkan dari rengekan Nana sang kekasih adik bungsu nya sendiri.

Nana selalu merengek ingin Jeno pulang ke Seoul. Mengingat hari jadian mereka yang menuju lima tahun terhitung beberapa hari lagi. Lebih tepat nya besok. Waktu berlalu sangat cepat ya?

Lelaki yang mengunakan pakaian kaos ini menghela napas seraya mendengus malas. Jeno sudah ia bujuk untuk pulang, namun daya adik nya itu tetap kukuh ingin diam di New York.

"Ada apa Mark? Mengapa kamu resah?" Tanya khawatir Nyonnya Jung.

Mark menggeleng sekejap, "nothing."

Nyonnya Jung yang merupakan notabene nenek nya hanya tertawa kecil, "jangan bohong, kamu pasti masih ada masalah. Tentang Haechan?" Tebak nya.

Mark menggeleng kembali, "nope, ini bukan masalah." Jelas Mark rada gugup.

"Then? Kamu selalu saja berbohong ketika Grandma bertanya. Ini tentang Jeno yang tidak ingin pulang?" Tebak Nyonnya Jung lagi.

"Yah begitulah."

"Well, kita bujuk sekali lagi Jeno untuk pulang ke korea okey?" Nyonnya Jung menenangkan diri Mark. Walaupun dengan kalimat, itu mampu membuat Mark yakin kalau bujukan sang Nenek pasti akan berhasil.

"Kalau begitu kita makan siang terlebih dahulu, bagaimana?" Usul grandma nya lagi.

Mark mengangguk lemas, "ya grandma."

Mereka berjalan menuju ruang makan, dan menduduki kursi. Tiba juga Tuan Jung yang siap duduk di kursi utama.

Tuan Jung melirik sekitarnya, "Jeno dimana?" Tanya nya.

"Belum keluar sejak pagi tadi." Jawab nyonnya Jung.

Tuan Jung mengangguk paham, melirik para maid untuk membangunkan Jeno. Para Maid menunduk dan pergi menuju kamar tuan muda.

"Dasar manja." Gerutu Mark malas. "Dulu saja, jika sudah mendengar suara bubu ia bakal menjerit minta ampun dan langsung bangun. Kalau sekarang, seperti pangeran yang harus di bangun tidurnya oleh maid." Lanjut Mark mengerutu.

"Hei, sudah jangan seperti itu pada adik mu Mark." Tuan Jung merespon cepat.

"Huam.. aku tiba." Ucap Jeno yang masih lesu.

"Kamu tidak sarapan, langsung kita makan siang." Ucap nyonnya Jung.

Jeno mengucek perlahan kelopak mata nya, "wah ternyata memang ada kak Mark, aku pikir mimpi." Ujar Jeno.

Mark merotasikan kedua bola matanya malas. "Memang kamu pikir sedang halusinasi?" Ketus Mark.

"Lebih tepat nya delusi." Sahut Jeno.

Mereka saling berdebat akhir-akhir ini, apa yang di permasalahkan menurut Jeno terlalu sensitif bagi nya.

"Ayo kita makan siang dulu." Ajak Tuan Jung pada kedua cucu nya.

Selagi menikmati hidangan pembuka, Mark sesekali melihat ponsel nya yang penuh akan room chat dari kekasih nya. Mengapa tumben Haechan mengetik pesan cepat-cepat? Biasanya Haechan tidak pernah nyicil mengetik.

Tiba-tiba layar handphone Mark sendiri terlihat gambar wajah kekasih nya, ya tepat nya Haechan menelphone Mark.

"Ekhm, tunggu sebentar." Ucap Mark sebelum mengangkat telepon dari Haechan dan menghidupkan loudspeaker.

"Ada apa chan?"

"Kak! Nana kak!" Panik Haechan dari sebrang sana.

"Kenapa Nana?"

Melian || Nomin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang