Na Yuta tersentak mendengar anak bungsu nya bercerita jika dirinya harus merestui hubungan Nana dan Jeno.Selama pulang sekolah tadi, Nana bersikeras ingin menceritakan cinta pertama nya pada Yuta.
"Nana seriusan? Kamu masih kecil, jangan pacaran ya sayang." Tukas Yuta melembut. Benar-benar tidak ingin melukai hati anak bungsu nya.
Nana cemberut kemudian setelah itu menggeleng keras, "kak dejun saja sudah pacaran, mengapa nana tidak?"
"Aku sudah besar, kamu masih terlalu kecil untuk sakit hati!" Sahut Xiaojun begitu ketus.
"Xiao, tidak boleh begitu." Winwin menyentuh pundak nana yang agak membungkuk.
Nana memeluk ibu nya kuat, "buna, kasih tahu ayah." Rengek Nana pada sang ibu.
Winwin tersenyum kecil, mengelus pucuk kepala Nana perlahan. Kemudian jemari lentik nya menyeka jejak air mata Nana yang keluar di ujung mata.
"Bujuk saja sendiri, ayah kamu tidak marah kok." Ujar Winwin.
Nana menggeleng kukuh, wajah ayah nya itu menyeramkan bak badut hantu. Seriusan! Nana lebih memilih berfoto dengan badut mcd dari pada berfoto dengan ayah nya. Tapi tetap saja ayah nya tetap seorang ayah yang ia sayang.
"Ayah? Boleh kan?" Pinta Nana.
Na Yuta masih tak bergeming, fokus nya sekarang ada pada tablet layar sentuh sekarang, bermain sebuah permainan pou. Walaupun masih terkejut mendengar ucapan anak bungsu nya, Na Jaemin.
"Ayah.. tuh kan buna, ayah saja mendadak tidak dengar." Keluh Nana mendesah malas.
"Boleh saja, kalau anaknya di bawa kerumah." Yuta bersahut tanpa mengalihkan pandangan nya pada tablet layar sentuh tersebut.
"Sure?" Nana berjengit senang, ia melompat kecil saat ayah nya tak marah setelah mengetahui hubungan nya dengan Jeno.
Winwin tersenyum riang melihat anak bungsu nya senang, ia menepuk kecil pundak Nana. Karena anak itu masih melompat senang, membuat Na Jaemin rupa nya melupakan situasi yang menegangkan tersebut.
"Terimakasih banyak ayah!" Ucap nya riang.
Yuta mengangguk dan tersenyum tipis kemudian, "iya, sana masuk kamar. Jangan cemberut lagi."
Nana mengangguk cepat sebagai respon, segera ia berlari menuju kamar nya untuk tidur siang.
"Kenapa ayah kasih dia berpacaran?" Ucap Xiaojun tak terima.
"Biarkan dia tahu rasa sakit hati seperti apa." Na Yuta kemudian memilih untuk tak bergeming kembali.
***
Sudah lamanya hubungan yang mereka jalin sekarang, hari terus berlanjut dan akan tetap berlanjut. Hingga Nana yang awalnya sangat dekat dengan Jeno harus di pisahkan oleh negara sekarang.
Tepat di hari jadian mereka yang ke tiga tahun, Jeno harus melanjutkan sekolah nya di kota New York. Membuat Nana harus menahan rindu lebih lama lagi. Jeno pun sudah meyakinkan Nana untuk percaya padanya, jika ia akan terus mengirimkan banyak pesan dan kembali secepat nya.
"No, ini serius? Kenapa tidak di sini saja?" Ucap nya kecil yang masih tak percaya akan kabar yang di berikan Jeno.
Jeno memeluk kekasih nya, mencari titik kenyamanan yang membuat nya semakin tak rela untuk melepaskan Nana. Dan Nana hanya bisa mendengus samar, menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jeno.
"Na, ini kemauan Ayah. Aku tidak bisa melawan perintah nya, sebelum nya juga ini impian aku untuk melanjutkan sekolah disana." Jelas Jeno lantang.
Nana mengangguk cepat, alis nya naik saat Jeno memberi penuturan.
"Aku palingan sekitar tiga tahun disana, jadi jangan sedih." Jeno mengecup dahi Nana, seketika wanita itu memejam.
Awalnya bibir Jeno menciumi dahi Nana, namun menjalar dari hidung turun ke bibir peach Nana yang merah segar.
Kedua bibir mereka bertautan menyatu, hingga Nana sendiri tersentak saat Jeno mulai melumat bibir bawah nya. Namun persekian detik nya, Nana mampu rapuh dengan ciuman itu sebagai tanda terakhir mereka bersama-sama. Ini pasti sangat lama, mereka tahu.
Jeno semakin perdalam ciuman hangat yang ia lakukan dengan Nana, membuat si manis meronta-ronta bak kehabisan napas.
Mereka ada di sebuah tempat yang jauh dari masyarakat, dan orang-orang terdekat mereka sekarang. Tidak! Ini bukan di rumah mereka, melainkan private room yang di pesan oleh Jeno di sebuah hotel berbintang lima.
Ciuman mereka semakin lama semakin menuntut, membawa Nana hanyut ke dalam alunan senandung desahan hingga suara ciuman mereka yang terdengar.
Kaki Nana diangkat oleh Jeno, seperti gendongan koala. Jeno duduk di sebuah sofa, dengan Nana yang berada di pangkuannya. Masih dengan ciuman mereka yang panas.
Beberapa menit selang mereka ciuman, Nana menyudahi adegan tersebut menunduk malu atas perlakuan nya yang terbilang terlalu vulgar untuk dirinya yang masih menginjak sembilan belas tahun.
Ia berdiri, membenarkan pakaian nya dan menyentuh bibir nya. Mengulum bibir nya sembari menutup menggunakan kedua tangannya yang indah nan lentik.
"Nono kalau ingin lanjut sekolah, silakan. Nana akan menunggu, walaupun lama." Ujar nya malu-malu karena masih mengingat kejadian tadi.
Jeno tersenyum kecil, bangkit dari duduk nya di sofa. "Jangan khawatir, nanti aku beri buah tangan disana?"
Nana segera memdorong malas tubuh Jeno, "tidak ingin buah tangan, hanya ingin Nono. Paham?"
Haha! Sangat menggelikan, namun sungguh mereka adalah couple terbaik yang di juluki oleh siswa sekolah mereka juga.
"Hm, aku paham." Jeno menatap lekat wajah Nana yang berparas ayu itu, mengusap pelan kepala Nana. "Aku akan merindukan mu,"
Nana mengangguk, "tentu pasti nya!" Nana merentangkan tangannya lebar, tatapan yang melas ingin menangis. Ia ingin di peluk oleh Jeno, untuk terakhir di hari ini.
Jeno menerima rentangan tersebut dengan memeluk erat tubuh Nana yang mulai tenggelam akan pelukannya.
Ini pasti akan menjadi moment yang di rindukan oleh Nana maupun Jeno.
***
Jeno sudah berangkat menuju bandara, di ikuti oleh nana juga. Ada kedua orang tua Jeno dan sang kakak yang ikut serta untuk mengantar Jeno ke bandara.
"Ingat pesan bubu, jangan membantah ucapan grandpa disana." Jeno mengangguk mendengar petuah Ibu nya.
"Ayah ingin kamu bisa menyelesaikan pendidikan dengan baik disana."
"Aku tak menyangka kamu akan memilih untuk ke New York sekarang." Mark berucap menahan sedih.
Mereka berpelukan erat. Jeno menyalami tangan bubu, ayah, dan kakaknya.
"Bu, yah, kak. Jeno pamit, doakan jeno agar sampai dengan selamat." Jeno tersenyum memperlihatkan lengkungan kelopak mata nya yang begitu cantik seperti senyuman. Beralih menuju tempat Nana, Jeno mengenggam erat tangan perempuan itu. "Na, Nono pamit ya. Maaf."
Nana hanya bisa mengangguk, menahan air mata yang hampir keluar namun segera ia menyeka.
"Y-ya, hm.. cepat kembali."
Jeno menepuk kepala nana kecil, "sampai jumpa." Jeno menarik kopernya dan berlari kecil menuju gerbong. Saat nya keberangkatan dari korea menuju New York.
Membuat Nana menunduk rapuh, tidak kuat melihat jauh nya Jeno dari dirinya sendiri.
tbc.
Hai, maaf aneh dan gaje. Jangan lupa apresiasi kalian💚
Voment juseyo✔
KAMU SEDANG MEMBACA
Melian || Nomin [✔]
RomanceDia berharga, tapi tetap saja Jung Jeno tidak pernah menyadari hal itu. Na Jaemin, definisi wanita sempurna yang pernah Jeno temui. Namun tetap saja, Jung Jeno tak pernah memperduli kan nya. Note: Genderswitch area. Nomin area. Angst area. i hope y...