Syifaluna 3

49 14 1
                                    

Setelah pulang dari toilet, Luna langsung pergi ke kelasnya. Tidak memedulikan kedua sahabatnya yang sedang menunggunya di kantin.

"Apa bener mereka cuma manfaatin gue?" tanya Luna dalam hati.

Luna dirundung rasa galau saat ini. Hati dan perasaannya terluka atas perlakuan sahabatnya yang hanya datang ketika butuh. Di sisi lain, hatinya sendiri tidak tega meninggalkan sahabatnya itu.

Mereka berjasa bagi Luna. Karena mereka bisa membuat Luna merasa tak sendirian lagi di kala kedua orang tuanya sendiri tak ada bersamanya.

***

Sekarang jam menunjukan pukul 17.00. Jam pelajaran telah selesai, Luna berjalan menuju gerbang, saatnya pulang ke rumah. Di depan sudah terlihat pak Idam yang telah menunggunya dari tadi.

Ting!

Handphone Luna berbunyi. Ia segera mengecek handphone-nya. Terlihat ada sebuah notifikasi chat dari seseorang. Luna dengan segera membukanya dan membalasnya juga.

Syaquelaa
Lun, Lo di mana?


Syifaluna
Depan gerbang
Knp?


Syaquelaa
Gue dan Seshan butuh bantuan Lo nih.
Mobil gue mogok.

"Hufttt. Padahal kalau gue butuh mereka, mereka gak pernah bantuin gue." Pikir Luna dalam hati.

Tidak lama kemudian, Syaquela dan Seshan pun datang menghampiri Luna. Dan langsung masuk ke dalam mobil Luna. Kini mereka akan nebeng pulang.

Hening, itu yang terjadi sekarang. Luna duduk di depan bersama supir, sedangkan Syaquela bersama Seshan duduk di belakang Luna dan Pak Idam. Mereka dari tadi sibuk dengan dunia nya masing-masing, tidak ada yang memulai percakapan.

Tidak sengaja, Luna melihat Syaquella dari kaca spion sedang mengoles wajahnya dengan make up.

"Katanya gak bawa make up," sindir Luna tanpa melihat ke arah Seshan dan Syaquela

"Hehehe. Sorry, Lun. Gue bawa sih, tapi kulit gue sensitif. Jadi kalau sepake sama Lo, takut jadi beruntusan muka gue," jawab Syaquela merasa tersindir, sambil enjoy melanjutkan make up-nya.

"Lo pikir kulit muka gue kulit muka yang pake perawatan abal-abal apa?!" seru Luna yang merasa tidak enak dibilang muka Syaquela akan beruntusan kalau sepake dengannya.

"Sutt ah. Ya udah, Lun. Gak papa lah. 'Kan udah terlanjur juga Lo udah beli. Emang bener kok kata Syaquela kalo kulit sensitif itu 'kan gitu," tukas Seshan membela Syaquela.

Luna pun memalingkan pandangannya ke jalan. Enek melihat wajah kedua sahabatnya itu, yang sangat egois. Tidak mau berkorban untuk sahabatnya sendiri.

"Ehh btw. Followers gue berkurang nih, kayaknya gara-gara gue jarang post deh. Lun, kita langsung ke rumah Lo aja, yah. Soalnya gue mau selfi-Selfi di rumah Lo. Siapa tahu followers gue nambah," pinta Syaquela yang masih fokus pada dunianya.

"Emangnya Lo gak punya rumah? Sampai harus numpang berpose di rumah gue segala," tanya Syifaluna yang masih enek dengan tingkah sahabatnya itu.

"Rumah Lo 'kan mewah, Lun. Lagian masa gak ngebolehin sih buat sahabat Lo ini," jawab Syaquela enteng.

"Dosa apa gue punya sahabat kayak Lo pada!"

SyifalunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang