“Bisakah kau kembali saja bersama majikan yang menyuruhmu?” tanya Luna pada Valdo lewat sambungan telepon.
“Tunggu. Apa?” Sepertinya Valdo tertegun dengan ucapan Luna tadi. Luna sudah muak dengan semua drama yang mereka mainkan kali ini.
Teman macam apa itu? Ini cara teman-teman fake Luna bermain rupanya. Akan Ia ikuti alur mereka. Luna juga sudah tidak tertarik untuk pergi ke bar atau tempat-tempat seperti itu. Rasanya Ia ingin menjauh dari hal semacam itu.
“Seshan dan Syaquella yang menyuruhmu, bukan?” tanyaku lagi, Ia tak menjawab. Cara bijak untuk tidak menjatuhkan harga dirinya karena ia mau disuruh-suruh.
Aku menutup teleponnya dan segera berganti baju. Ia mengenakan mini dress abu-abu dengan stoking gelap dan boots mini. Luna menggunakan make up dengan natural dan menguncir rambutnya dengan kuncir kuda.
Luna merasa kesal, namun hati nuraninya seakan berkata untuk mempertimbangkan Valdo yang sudah jauh-jauh datang ke sini.
“Aku ikuti kemauan kalian kali ini,” batin Luna.
Suara sepatu menggema di seluruh ruangan, memecah keheningan rumah ini. Luna menuruni tangga dengan cepat, membuka pintu utama tuk menyambut kedatangan 3 makhluk tak tahu malu itu.
Luna melirik ke arah mobil, terlihat makhluk tinggi dan gagah berpakaian serba hitam menyenderkan dirinya ke mobil. Ia menutup matanya tanpa memasang ekspresi. Hah, dia bahkan tak tahu jika orang yang ia tunggu sudah datang.
Aku segera mengunci pintu rumah dan mendatangi Valdo.
“Hai.”
“Ohh ... hai. You look very beautiful tonight, as usually," ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Ck, tebar pesona lagi. Dasar buaya,” batin Luna sembari memutar bola matanya.
Mobil Valdo perlahan pergi meninggalkan rumah Luna. Suasana canggung menghampiri kami. Tak ada satu pun yang memulai percakapan. Luna memalingkan pandangannya ke luar jendela. Sepi, pertokoan tutup, tampak tak ada kehidupan di sini. Pikir Luna.
Tidak, Luna salah. Di sini tak benar-benar sepi. Luna lihat ada beberapa toko kecil yang buka dengan lampu temaram. Ada juga Bapak-bapak yang tertidur di atas becaknya. Bahkan ada orang yang tertidur di trotoar ataupun teras toko dengan pakaian lusuh dan hanya mengandalkan koran sebagai alas tidur dan selimut. Mereka meringkuk dalam selimut yang bahkan tak dapat menutup kaki mereka sepenuhnya.
Entah kenapa, perasaan Luna aneh melihat hal itu.
Luna mengambil cermin dari dalam tas. Terlihat wajah cantik dengan polesan make up. Baju glamour juga sepatu glassy yang nampak mewah, tak sebanding dengan apa yang mereka kenakan. Pikir Luna seperti itu.Mobil terus melaju. Mendatangi sebuah bar yang hendak kami tuju. Valdo mematikan mobilnya, namun Seshan dan Syaquella masih sibuk berdandan.
Seshan sibuk memoles perona pada pipinya sedangkan Syaquella mengeluarkan cermin untuk merapikan rambutnya.“Hei, ketika aku melihatmu, aku selalu berpikir wajah mana yang kamu lihat ketika bercermin,” sahutku ketus menatap Syaquella.
Sesaat Syaquella diam, berusaha menafsirkan maksud perkataan Luna tadi. Tak lama setelahnya ia memasang ekspresi kesal yang terlihat konyol di mata Luna.
“Apa kamu menyindirku?” tanyanya
“Kamu merasa seperti itu?” ucap Luna sambil keluar dari mobil. Itu kalimat yang Luna sukai dari C. Joybell C. Tidak Ia sangka, Ia mengucapkannya. Kalimat itu sangat halus, bukan? Tapi juga tajam di saat yang bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syifaluna
Teen FictionHai! Kenalin namaku Syifaluna. Aku mahasiswi semester 4 di fakultas komunikasi. Aku kesepian karena tidak punya kakak maupun adik. Kedua orang tuaku sibuk bekerja. Aku sekarang punya teman bernama Seshan dan Syaquela. Mereka adalah orang-orang yan...