Dengan perasaan yang bercampur aduk. Akhirnya, Luna membukakan pintu untuk kedua teman yang sangat tidak ia harapkan kedatangannya.Lensa mata berwarna kecoklatan itu menatap tenang kedua wanita berambut panjang bernama Seshan dan Syaquella. Sementara itu, kedua wanita yang tengah berdiri di depan mobil berwarna merah terang itu mulai berjalan mendekati Luna.
Seshan tersenyum hangat kepada wanita berjilbab di hadapannya. Sementara Syaquella sudah memeluk Luna sedari tadi. Wanita dengan balutan hijab segi empat hitam itu dibuat heran dengan tingkah kedua temannya yang terlihat sangat manis.
"Lun ... Kita kangen banget sama lu!" ucap wanita yang tengah memeluk Luna dengan erat, kemudian melepaskan pelukannya dan kini sudah beralih menatap kedua mata Luna dengan hangat.
"Iya, Lun. Kita kangen hangout bareng, clubing bareng, nongkrong bareng. Intinya kita kangen bareng-bareng sama lu lagi!"
Sambung Seshan yang kini mulai meraih tangan kanan Luna sembari memasang mimik muka sedih andalannya.
Wanita berhijab hitam itu berdecih kecil, bahkan sangat kecil sampai-sampai kedua temannya tidak mendengarnya sama sekali. Ia melakukan itu lantaran melihat ada kebohongan di mata kedua temannya.
Ucapan Seshan dan Syaquella memang semanis madu, namun di balik itu semua ada kebusukan yang mereka sembunyikan dengan drama-drama yang selalu mengiringi kehidupan mereka berdua.
Terlebih lagi, mereka berdua hanya merindukan maksiat-maksiat yang mereka lakukan bersama. Mereka tidak rindu dengan Luna, mereka hanya rindu dengan uang dan segala fasilitas yang Luna berikan selama bersama dengan mereka.
Syifaluna menghela napasnya dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan.
"Seshan ... Syaquella .... Selama ini kita masih berteman kok. Tapi, kita hanya bisa berteman secara sehat. Karena selama ini yang kita lakukan itu salah. Pergi ke club, sering nongkrong, dan hangout tanpa mengutamakan ibadah kita kepada Allah!" jelas Luna dengan suara penuh kelembutan.
"Kita bisa melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat dan mendekatkan diri kita kepada Allah," sambung Luna sembari mengembangkan senyuman di bibir tipisnya.
Mendengar itu, Seshan dan Syaquella memicingkan matanya ke arah Luna. Mereka tidak habis pikir dengan jalan pikiran Luna yang berubah 380 derajat setelah kembali mengenal Kemala dan ikut aliran yang Kemala terbarkan.
"Luna! Lu tuh harusnya sadar! Kain yang lu pakai ini cuma sebatas kain busuk yang nyusahin gerak-gerik lu!"
Sarkas Syaquella sembari menarik jilbab Luna secara paksa. Sementara itu, Luna dengan sekuat tenaga mempertahankan jilbabnya agar tetap pada posisi yang semestinya.
Sekuat apa pun Luna menahan, kain hitam itu tetap terlepas dari kepalanya. Sebab yang menarik bukan hanya Syaquella, melainkan Seshan pun ikut andil dalam kejadian ini.
"Kalian berdua tega, ya! Jilbab itu perintah Allah, seharusnya kalian berdua yang sadar diri! Apa yang kalian lakukan itu salah, dan Allah akan membalasnya di waktu yang tepat!" ucap Luna dengan suara bergetar menahan tangis sekaligus air mata yang hendak menerobos keluar dari matanya.
"Peduli apa gue, Lun? Hah? Gue nggak peduli! Paham lo?!" Syaquella kembali mendorong tubuh Luna dengan kencang, hingga wanita yang sudah tidak mengenakan jilbab itu tersungkur di lantai rumahnya.
"Sok suci lo!" bentak Seshan sembari melangkah mengikuti Syaquella yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil mereka.
Air mata mulai membasahi kedua pipi Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syifaluna
Teen FictionHai! Kenalin namaku Syifaluna. Aku mahasiswi semester 4 di fakultas komunikasi. Aku kesepian karena tidak punya kakak maupun adik. Kedua orang tuaku sibuk bekerja. Aku sekarang punya teman bernama Seshan dan Syaquela. Mereka adalah orang-orang yan...