Syifaluna 7

35 10 0
                                    

Luna mengerjapkan kedua matanya. Matanya merespon cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya tempat Ia berada sekarang. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Luna segera beranjak dari kasur karena jam 10 ini ada kuliah.

Kepalanya terasa pening tiba-tiba. Perutnya juga lapar sekali. Luna kembali mendudukkan diri di kasur. Memegang kepalanya dan meminum air putih di nakasnya.

"Luna!" panggil Kemala di depan pintu. Kemala segera menghampiri Luna di kasurnya.

"Kamu enggak usah khawatir. Aku udah izin ke dosen kamu hari ini. Aku bilang, kalau kamu kurang enak badan," lanjut Kemala pada Luna yang masih merasa pening itu.

"La? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Luna heran. Ia hanya ingat kalau tadi malam dia pingsan di bar. Dan kenapa dia tiba-tiba ada di sini? Apa Kemala membawanya pulang?

"Eh, La. Kok aku ada di sini? Kamu yang bawa aku pulang, 'kan?" lanjut Luna lagi.

"Iya, Luna."

Flashback on.

Kemala masih mengenakan mukenanya dan duduk di atas sajadah biru lautnya. Ia sedang membaca Al-Qur'an di pukul 1 seperti sekarang. Wajahnya juga masih agak basah dengan air wudu.

Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Ia segera mengambil tas selempang berwana ungunya yang ia letakkan di meja belajar kamarnya.

"Assalamualaikum, Luna." Ternyata panggilan dari Luna, pikirnya. Ia segera mengangkatnya.

"Maaf mengganggu, Mbak. Ini temennya Mbak pingsan di bar. Mungkin karena mabuk berat. Kasihan, Mbak. Bar udah sepi juga. Barangkali Mbak mau jemput. Tadi saya udah telepon banyak kontak. Banyak yang enggak jawab telepon saya, Mbak. Yang jawab pun tidak merespon mau jemput apa enggak," terang seseorang di seberang sana.

"Astagfirullah. Saya ke sana ya, Mas. Shareloc aja. Tolong teman saya dijaga dulu. Assalamualaikum," jawab Kemala segera bersiap dan pergi menaiki motornya.

Beberapa menit kemudian, Kemala sampai ke bar itu. Sepanjang jalan ia beristighfar karena merasa berdosa masuk ke tempat seperti itu walau niatnya tidak untuk yang tidak-tidak. Melainkan untuk membantu temannya.

Ia segera masuk ke dalam dan sambil menelepon Mas tadi untuk menanyakan letak keberadaan Luna.

“Astaghfirullah, Luna!” ucap Kemala begitu melihat Luna tak sadarkan diri dengan kepala beralaskan meja bar.

"Ini Mbak yang tadi, 'kan?" Tiba-tiba seorang pria mendekati kedua gadis itu sambil membawa-bawa sapu.

"Iya, Mas. Terima kasih sudah memberitahu saya." Angguk Kemala.

"Mbak bawa mobil? Mari saya bantu mengangkat temannya. Tadinya saya mau pesan taksi online. Tapi saya enggak kuat angkatnya." Mas-mas tadi terkekeh.

"Saya bawa motor, Mas. Ya udah saya aja yang pesan taksi online-nya. Mohon bantuannya untuk mengangkat teman saya ke depan ya, Mas." Kemala segera membuka ponselnya dan memesan taksi online.

"Siap, Mbak."

Beberapa menit kemudian, Kemala dan Mas tadi mengangkat Luna untuk masuk taksi online. Luna dan Kemala pulang menuju rumah Luna. Luna pakai taksi dan Kemala dengan motornya.

Sesampainya di rumah, Luna segera ditidurkan di kamarnya sedangkan Kemala tidur di kamar tamu. Sebenarnya ia tak bisa tidur saat itu, hingga ia memutuskan untuk membaca Al-Qur'an lewat ponselnya. Pikirannya dipenuhi beribu pertanyaan. Bagaimana bisa sahabat SMA-nya itu mabuk-mabukan. Dan itu membuatnya sedih.

Pagi harinya ketika Luna masih tertidur lelap, Kemala menyempatkan diri untuk mandi ke rumahnya. Lalu setelah itu ia kembali ke rumah Luna. Ia pikir dengan menemani Luna dan mengajaknya bicara, ia bisa mengetahui masalah apa yang sedang dialami Luna.

SyifalunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang