Syifaluna 9

31 9 0
                                    

Ketika Syifaluna melihat ada sosok perempuan yang mengenakan jilbab, tampak ia cukup bersahaja. Ia pangling dan bergumam, "Siapa sosok wanita di cermin ini?"

"Ah, ini aku.” Ia menjawab pertanyaan yang Ia lontarkan sendiri. Syifaluna mulai diam dan tak berkutik duduk di kasurnya, ia merenung tentang cara bertemannya yang salah selama ini.

"Harusnya aku lebih awal menyadari bahwa aku sudah terlalu jauh pergi dan berpaling dari Allah." Air mata Syifaluna perlahan menetes, terasa sesak dadanya mengingat semua hal yang ia perbuat dengan temannya. Ia pernah berbohong pada Kemala dan ia merasa sangat menyesal.

Tak lama, ada dering dari ponsel Luna dengan nama kontak 'Kemala'. Lalu Luna bergegas mengangkatnya sambil mengatur napasnya agak tak jelas terdengar isak tangisnya.

"Assalamualaikum, Lun, ada waktu gak?"

"Ada La, emangnya kenapa?"

"Eh, jawab salam dulu Lun."

"Oh iya, waalaikumsalam."

"Nah, jadi aku mau pergi ke tempat kajian. Sekarang aku mau beli baju gamis nih. Kamu mau ikut?" tanya Kemala dengan bersemangat.

Luna terdiam sejenak, apakah ia layak untuk pergi ke sana? Ia masih teringat dengan perkataan Syaquella dan Seshan tentang cara berpakaiannya.

Segera Luna menjawab, "Eum... Gimana ya, La."

Suara Luna terdengar bingung dan Kemala langsung menjawab, "Kamu masih inget sama perkataan mereka ya, Lun?" tanya Kemala.

Lantas disahut oleh Luna, "Bukan itu, tapi aku merasa gak pantas untuk pergi ke tempat seperti itu, La. Aku gak sama seperti kamu." Luna semakin merasa sedih

"Lun, dengerin aku, ya. Allah itu gak menunggu hambanya untuk pantas berhijrah menjadi lebih baik. Allah itu menerima taubat hambanya, apalagi ketika ia berusaha memantaskan diri sebagai seorang muslimah, jadi kamu gak boleh menyerah gitu aja apalagi putus asa." Kemala mencoba memberikan semangat kepada Luna

"Tapi." Sebelum Luna sempat menyambung ucapannya, Kemala memotong.

"Oh iya, nanti aku sharelock, ya. Kamu bawa kerudung yang kemarin juga ya, aku tunggu nih di sini. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Percakapan mereka pun berakhir.

Luna mendapatkan pesan berisi alamat toko baju gamis dari Kemala dan bergegas pergi karena tidak mau Kemala menunggu terlalu lama.
Sementara itu, Kemala yang sedang menunggu Luna tak sengaja melihat Seshan dan Syaquella bersama seorang laki-laki.

Namun, wajah laki-laki itu tak tampak jelas karena banyak kendaraan lewat sehingga menghalangi matanya.

“Seshan dan Syaquella bersama siapa, ya? Tapi, sepertinya aku pernah bertemu dengan laki-laki yang bersama mereka tadi. Tapi di mana, ya? Ah, mungkin cuma perasaanku saja.”

Kemala lantas membalikkan badan dan masuk ke toko baju tersebut karena cuaca mulai panas menyengat, dan tak lama setelah itu Luna sampai. Kali ini Luna tidak memakai celana pendek lagi, tapi ia mulai mengenakan celana panjang dan baju cukup panjang sampai siku tangannya.

“Maa syaa Allah, Luna? Alhamdulillah, kamu mulai pakai baju yang lebih tertutup dari sebelumnya.”

"Iya, La. Aku malu kalau pakai celana pendek di atas lutut, jadi aku mau pakai yang lebih panjang. Oh iya, ini kerudung yang kamu minta aku bawakan."

Luna menyodorkan kerudung itu pada Kemala dan Kemala hanya tersenyum dan menarik tangan Luna menuju satu baju gamis yang sangat indah.

“Lun, menurutku baju gamis ini cocok lho buat kamu. Gimana kalau kamu pakai gamis ini dan ikut ke kajian bareng aku besok?”

SyifalunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang