Keluar dari toko buku, Luna dan Kemala yang ingin menghampiri Pak Idam di mobil tidak sengaja menabrak Shesan dan Syaquella.
Bukan, bukan karena Shesan dan Syaquella juga suka ke toko buku. Melainkan di dekat toko buku yang dimasuki Luna dan Kemala tadi berdekatan dengan bar atau tongkrongan anak muda zaman sekarang, yang kemungkinan Shesan dan Syaquella habis dari tempat itu.
"Eh, Lun!" panggil Syaquella namun diabaikan oleh Luna.
"Nanti malem nongkrong, yuk!" sambung Shesan. Dengan entengnya dia ngomong begitu tanpa berpikir apa yang terjadi malam itu.
Luna tetap mengabaikan Syaquella dan Shesan, hanya melirik sekilas lantas menarik Kemala untuk segera menuju mobil.
"Lo kenapa sih, Lun?!" teriak mereka dari belakang
Luna berhenti berjalan, otomatis diikuti oleh Kemala. Lantas membalikkan badan menghadap ke Syaquella dan Shesan.
"Justru gue yang harus nanya ke kalian. Masih berani kalian muncul di depan gue?!" bentak Luna. Kemala
sedikit merasa khawatir jika mereka bertengkar dan takut Luna kenapa-kenapa."Kalian gak inget apa yang udah kalian lakuin ke gue malem itu?!" teriak Luna dengan nada meninggi.
Bukannya merasa bersalah, namun Shesan dan Syaquella malah saling berpandangan dan tertawa remeh.
"Yaelah wajar kali, Lun."
Apa Syaquella bilang? wajar?
"Lagian malem itu 'kan juga lagi mabuk. Enggak sadar," sambung Syaquella lagi. Katanya enggak sadar tapi kenapa ia masih ingat apa yang terjadi.
"Cih." Luna mengalihkan pandangannya ke tanah, tidak sudi melihat wajah Shesan dan Syaquella. Jelas-jelas malam itu mereka melakukan hal itu kepada Luna dalam keadaan seratus persen sadar.
"Lo juga. Lo menikmati, 'kan? Minuman yang kita kasih ke Lo? enggak usah muna deh," kata Syaquella.
Luna sudah benar benar kehilangan kesabaran. Tangan dia mungkin sudah mendapat mulus di pipi Syaquella jika saja Kumala tidak menahannya.
"Lun. Udah istighfar, udah kamu ga usah dengerin mereka. Mending sekarang kita pulang," ucap Kemala.
"Heh, Kumala! Lo enggak usah ikut campur, ya! Sok-sokan lagi pake kerudung, pakaian tertutup. Itu cuma pencitraan Lo doang, 'kan," ucap Shesan.
"Enggak usah sok suci deh, Lo," sambungnya lagi.
"Astagfirullah, kalian ini harusnya sadar. Dengan pakaian kalian yang terbuka seperti itu bisa memancing laki-laki dan menyeret kalian ke hal negatif. Di dalan Islam memang mewajibkan bagi umat muslim perempuan untuk menutup auratnya."
"Halah! Lo enggak usah ceramah deh. Ajarin dulu tuh temen lo si Luna, kaya pakaiannya uda bener aja."
Seketika Luna langsung menundukkan kepalanya. Memikirkan perkataan Syaquella tadi memang benar, dirinya memang belum mampu menjalankan syariat berpakaian Islam sebagaimana semestinya.
"Luna Insyaallah akan berubah menjadi lebih baik lagi jika tidak bergaul dengan kalian. Saya sendiri yang akan membimbing Luna untuk kembali ke jalan yang benar."
"Dan satu lagi, kalian jangan pernah ganggu Luna lagi. Atau kalian akan berurusan dengan saya. Ayo, Lun. Kita pergi," ucap Kemala menarik tangan Luna.
"Assalamualaikum." Kemala menarik tangan Luna untuk pergi dari sana. Tanpa menghiraukan teriakan-teriakan Shesan dan Syaquella yang masih belum terima dengan ucapan Kemala tadi.
Hening. Tidak ada yang bersuara di dalam mobil. Entah itu Luna, Kemala, ataupun Pak Idam. Hingga akhirnya Kemala yang membuka percakapan.
"Lun, aku minta maaf, ya. Gara-gara aku, tadi kamu sama Shesan dan Syaquella jadi berantem dan maaf juga tadi sepertinya aku sedikit menyinggung perasaan kamu," ucap Kemala kepada Luna.
"Enggak papa, Kemala. Itu semua bukan salah kamu." Luna tersenyum manis kepada Kemala.
"Harusnya aku yang bilang makasih ke kamu, dan makasih juga tadi udah ngingetin aku tentang cara berpakaian yang benar. Walaupun jujur aku masih belum bisa jika harus menutup aurat seperti kamu," ucap Luna.
"Lun .... Aku yakin suatu saat pasti kamu bisa berubah menjadi lebih baik lagi. Aku selalu doain yang terbaik buat kamu" Kumala memegang pipi Luna dan tersenyum manis kepada Luna.
Luna tidak langsung pulang, Ia bersama Pak Idam mengantarkan Kemala pulang ke rumahnya dulu karena tadi Ia berangkat berjalan kaki. Sedangkan sekarang dengan banyak barang bawaan, Luna menawarkan tumpangan agar Kemala tak kesulitan.
Di kamar, Luna mengambil kantung belanjaan yang berisi kerudung pemberian Kemala tadi. Entah kenapa hatinya merasa tenang dan damai ketika ia menyentuh kerudung yang diberikan Kemala untuknya. Di depan cermin ia berusaha memakai kerudung tadi, hingga tiba-tiba ....
Assalamualaikum.
Terima kasih sudah setia membaca Syifaluna hingga bab 8.
Nantikan terus kelanjutan Syifaluna supaya bisa dapat manfaat dan tahu endingnya seperti apa. Mwhehe.Part 8 by amyayya
KAMU SEDANG MEMBACA
Syifaluna
Teen FictionHai! Kenalin namaku Syifaluna. Aku mahasiswi semester 4 di fakultas komunikasi. Aku kesepian karena tidak punya kakak maupun adik. Kedua orang tuaku sibuk bekerja. Aku sekarang punya teman bernama Seshan dan Syaquela. Mereka adalah orang-orang yan...