01. Strawberries and Cigarettes

106 8 1
                                    

Althea Megan menatap lurus koridor panjang kelas IPA yang ada di hadapannya sekarang. Masih kelihat sepi, tapi tidak tau bagaimana kelas dia, entah sepi atau justru sudah ramai, Megan tidak tau.

Sudah hampir enam bulan dia bersekolah di sini, sekolah negeri ternama yang masuk menjadi siswa di sini itu susah. Jadi, Megan bersyukur bisa lulus di sini.

Cewek itu melangkahkan kaki jenjangnya menuju kelasnya yang letaknya tidak begitu jauh dari posisi dia berdiri tadi. Setiap kelas yang dia lewati masih kosong, Megan tak ambil pusing, dia hanya fokus melangkah ke kelasnya.

Sampai di kelas, tanpa melakukan apapun cewek itu lebih memilih untuk menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangan.

---

"ALASKA JAGATRA! BANGUN KAMU!"

Alaska yang sedikit tertidur dengan wajah menghadap dinding dengan posisi duduknya di paling pojok belakang, membuka perlahan matanya, dia baru hampir tertidur kalau saja si guru yang mengajar tidak meneriakinya.

Bukan sekali dua kali Alaska kayak ini, sudah sering dia jadi amukan para guru karena kelakuannya yang betul betul di luar nalar, padahal masih kelas sepuluh, masih bau bau kencur.

"Berani ya kamu tidur di jam saya, keluar kamu! Masuk setelah jam istirahat!"

Alaska yang di usir justru senang, dia bisa cabut ke rooftop dan tidur di sana ketimbang ada di kelas tapi kena omel terus.

Cowok berbadan tegap itu jalan keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia ga tertarik ngomong apa-apa.

Yang sekelas dengan Alaska sudah maklum dengan tingkah cowok itu. Sejak awal mereka menjadi siswa kelas sepuluh SMA, banyak kelakuan di luar nalar yang di lakukan Alaska, tapi lucunya Alaska sama sekali tidak memiliki teman, mungkin efek karena dia terlalu dingin, dan tidak pandai bersosialisasi.

Begitu Alaska sampai di rooftop, dia langsung mengambil posisi rebahan di salah satu tempat yang tidak di lapisi apa-apa.

Bodo amatlah mau baju kotor atau gimana, yang penting dia dapat tidur dulu.

Tapi kayaknya ga jadi, karena tangan cowok itu justru merogoh koceknya dan mengambil kotak yang isinya batangan nikotin dengan korek api yang ada di dalamnya pula.

Iya, seorang Alaska selain tukang bolos, dia suka merokok. Entah itu di rooftop atau di warung Mak Ipah di belakang sekolah yang sering jadi basecamp nya anak-anak merokok.

Tangan Alaska yang sudah menjepit batang nikotin itu terangkat, untuk menghisap rokok tersebut.

Pandangannya menerawang, langit biru dengan awannya yang warna putih, lalu matahari terik, dan Alaska dengan segala bodo amatnya duduk di atas rooftop. Bodoh emang.

Drrt

Alaska yang merasa benda elektronik yang ada di sakunya bergetar, lantas mengambil benda itu, dan tertera nama seseorang yang dia kenal di sana.

"Apa?"

"Lo di mana?"

"Rooftop."

"Ih anjir, ga ngajak."

"Di kelas aja, kipli! Ga usah ikut ikutan, gue nyebat."

"Mau nyebat juga gue."

"Angkasa Jagatra, lo asma, ga usah banyak gaya, dah!"

Alaska langsung mematikan ponselnya sepihak. Tadi itu Angkasa Jagatra, kembaran Alaska, lebih tepatnya kakak kembar Alaska.

Angkasa lebih baik sifatnya ketimbang Alaska yang bebalnya minta ampun, sifat mereka emang bertolak belakang banget.

Brak

Alaska mengalihkan pandangannya ke pintu rooftop, takutnya itu kepala sekolah atau guru, tapi rupanya dia salah-

Seorang siswi perempuan dengan rok panjang nya yang sudah diganti dengan celana training, dan di sampiri di pundaknya, dengan almamater yang dia pegang di tangan kanan, serta mulutnya yang tampak tengah memakan permen tangkai.

Alaska yang tidak kenal dan tidak peduli kembali kepada aktivitas nya sendiri.

Alaska pikir itu cewek akan duduk jauh darinya, ternyata tidak, cewek dengan gaya seperti preman itu duduk di sebelahnya.

"Lo ngerokok?" Cewek tadi bertanya.

Alaska hanya melirik, lalu berdeham pelan.

"Lo kembaran Angkasa Jagatra kan? Alaska Jagatra?" Cewek tadi bertanya lagi.

Alaska menoleh. "Ya." Jawab Alaska singkat.

"Bagus, berarti gue ga salah orang," cewek itu tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Megan, IPA 1."

Alaska menatap cewek bernama Megan itu, dan memindahkan rokoknya ke tangan sebelah kiri, lalu membalas uluran tangan Megan singkat. "Alaska, IPA 3."

"Angkasa nyuruh gue kesini, samperin kembarannya yang nyebat di rooftop, dia takut kalo nanti kembarannya kenapa-napa." Megan menjelaskan.

"Gue bukan bocah."

"Tapi bagi Angkasa lo bocah."

Alaska memutar mata malas. "Gue lagi ga mau debat, jadi pergi lo dari sini!"

Megan yang di usir bukannya tau diri dia malah tidak tau diri, cewek itu menyandarkan dirinya pada dinding yang menjadi sandaran Alaska duduk.

"Rooftop tempat umum, jadi terserah gue lah. Gue bayar kok sekolah di sini." Perempuan itu acuh.

"Terserah lo." Alaska kembali menghisap rokoknya.

Hening

Tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, sampai Megan melihat Alaska dan menatap cowok itu.

"Coba rokoknya di ganti sama permen." Cewek berambut coklat itu memberikan sebuah permen strawberry yang masih terbungkus plastik kepada Alaska.

"Ga."

"Seenggaknya permen lebih mending daripada rokok, permen juga manis, lah kalo rokok? Iya manis emang, tapi kan asap nya pahit."

Alaska itu tidak suka ada orang yang mengaturnya. Tapi dia masih tau sopan santun untuk setidaknya menerima pemberian seseorang. Tangannya dengan cepat mengambil permen dari Megan dan berjalan keluar meninggalkan cewek yang tengah tersenyum itu.

"Gitu dong!" Lalu Megan ikut berdiri. "Lo ke kantin ga? Gue ikut!"

"Gue ga ke kantin!"

"Maka lo harus! Temenin gue, gue ga mau makan sendiri, keliatan jomblonya."

Alaska berhenti. "Megan!"

"Alaska!"

Alaska mengembuskan nafas kesal, dia baru tau kalau ada orang yang lebih menyebalkan dari Angkasa.

"Lo ga pernah makan siang, tapi lo ngerokok aktif, gue cuma jalanin permintaan Angkasa doang." Megan menatap Alaska penuh harap.

Angkasa dan Angkasa, kenapa orang orang selalu tunduk kepada cowok itu?

"Kita baru kenal, lima menit lalu, lo bukan temen gue, pacar gue apalagi sahabat gue, jadi ga usah atur gue seolah lo kenal lama sama gue." Alaska menegaskannya, nada cowok dengan earpiece di telinga itu hampir saja membentak Megan, tapi Alaska mana pernah tega untuk membentak seorang cewek sekalipun cewek itu sebar-bar Megan.

"Ya udah, gue jadi sahabat lo aja kalo gitu! Sekalian gue mau lakuin pembuktian ke orang-orang, kalo cowok sama cewek itu bisa sahabatan, dan ga akan ada yang baper satu sama lain."

Alaska stress mendadak rasanya.

Ini seriusan, cewek yang ada di depannya sekarang benar-benar menyebalkan, lebih menyebalkan dari sepupunya yang kelakuan tomboynya sama dengan orang di hadapannya ini.

"Terserah lo!" Alaska lelah, jadi dia tidak tau lagi harus membalas apa kepada lawan bicara di depannya.

"Hehehe~" dan Megan justru tertawa.

Dan tanpa sadar, dalam hatinya Alaska tertawa gemas dengan tingkah cewek itu.

---

We | Im Changkyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang