02. Math

75 6 0
                                    

"Sa! Ajarin dong, ga ngerti gue!"

Angkasa yang tengah sibuk mencatat rangkuman materi fisika menoleh kepada Megan yang tiba-tiba ada di sampingnya.

"Emang apa?"

"Matematika."

Angkasa lantas menunjukan buku matematika nya terbuka dan masih kosong. "Gue juga ga ngerti," lalu dia teringat akan sesuatu. "Alaska jago matematika, minta tolong dia aja."

"Ah masa?" Megan tidak yakin, ya masa iya seorang Alaska yang merokok di rooftop kemarin dengan gayanya yang tidak seperti anak sekolah itu bisa matematika.

"Kalo kata Alaska nih ya, don't judge a book by it's cover. Ini bukan kata Alaska sih, tapi itu kata-kata yang sering dia ucapin. Percaya sama gue, dia jago matematika nya."

"Ck, ya udah."

Megan lantas berjalan keluar, sekarang jam istirahat itu artinya Alaska pasti ada di kelas, kalau tidak ada ya di rooftop.

Begitu Megan sampai di kelas Alaska, sahabat barunya itu. Walaupun hanya Megan yang mengakuinya, dia sama sekali tak mendapati cowok berhidung mancung itu.

"Permisi!"

Seorang cowok yang duduk di dekat pintu menoleh. "Kenapa?"

"Ada Alaska ga?"

"Oh, dia, jam segini dia di perpustakaan biasanya. Denger lagu doang, bukan belajar."

"Ah perpus? Ya udah, makasih."

Saat Megan hendak melangkah, laki-laki tadi memanggilnya balik.

"Eh! Lo ada apa sama Alaska? Kemaren juga gue liat lo sama dia di kantin."

Megan memasang wajah datar, tidak suka jika dengan pertanyaan seperti itu. "Bukan urusan lo." Megan berlalu begitu saja.

"Dih?"

---

Alaska memejamkan matanya sembari menyadarkan diri ke bangku yang dia duduki di perpustakaan sekarang, dengan alunan musik melalui earphone nya membuat Alaska ingin tidur.

Perpustakaan emang tempat terbaik untuk tidur.

Baru Alaska ingin mencapai alam mimpi, dia merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya.

Cowok itu menoleh, dan mendapati cewek yang mengganggunya kemarin.

"Gue mau minta tolong."

Alis Alaska menyeringit. "Apaan?"

"Gue bego matematika, jadi ajarin gue. Kembaran lo ga bisa, jadi jangan tanya alasan kenapa gue minta tolong ke lo, lo sahabat gue kan?" Cerocos Megan.

"Gue ga anggap lo sahabat gue, jadi berhenti gangguin gue dan pergi dari hadapan gue sekarang!" Alaska itu cuma mau tidur, kenapa tidak ada yang bisa membiarkannya setidaknya memejamkan mata sejenak saja.

"Please~ bantuin gue, gue udah beneran upset! Kalo ga, ga bakal gue cari lo sampai kesini. Gue traktir lo starbuck selama seminggu ini? Gimana?" Cewek itu menatap penuh harap ke Alaska.

Alaska yang tidak tega dan tergiur dengan sogokan Starbuck seminggu itu dengan terpaksa menganggukkan kepalanya pelan. "Mana bukunya?"

"Gosh! Thanks, kabarin gue kalo lo mau starbuck, gue delivery deh." Megan dengan senang hati menyerahkan bukunya kepada Alaska.

Alaska menerima buku itu dan melirik Megan. "Ga usah delivery, entar pulang sekolah langsung aja ke starbuck nya."

"Oke! Tapi ajarin dulu."

We | Im Changkyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang