Besok udah UN.
Terhitung udah dua setengah tahun Alaska si muka triplek dan Megan si rusuh jadi sahabatan.
Kalau Alaska pikir pikir, dia kuat juga ya sahabatan sama cewek yang jelas jelas dia naruh perasaan ke itu orang, biasanya kan kalau mau egois bisa aja dia sama Megan sekarang pacaran kali ya kan?
Atau lebih buruk, dia di tolak Megan dan hubungan mereka kacau.
Ga. Mending ga usahlah kalau kemungkinan buruknya begitu.
Sekuatnya Alaska selama dua tahun mendam perasaan ini, ada patahan yang menyebabkan luka mendalam buat dia. Sekuatnya Alaska selama ini, dia tetap seorang cowok yang gampang galau, yang masih tetap galau kalau cewek yang dia suka ga suka balik ke dia.
Alaska ga sekuat itu.
"Ambu!"
Sang Ambu, yang ga lain ibunya Alaska yang sekarang tengah bersihin alat alat bedah punya beliau menoleh, saat anak tengahnya manggil dia.
"Kenapa, A?"
Alaska murung, jujur, dia butuh curhat ke Ambu nya sekarang. "Aa mau cerita."
Ambu yang ngerti langsung mengibaskan tangannya, manggil Alaska untuk mendekat ke beliau.
"Ada masalah, A? Sekolahnya kacau? Atau stress mau UN besok?"
Alaska menggeleng. "Bukan, tapi soal Megan."
Ambu langsung angguk paham. "Makin dalam ya perasaannya?"
Alaska ketawa pelan. "Iya, makin ga bisa di kontrol."
"Jujur aja, A. Kalo Aa gini terus ya Aa nya yang menderita, coba kek Bang Asa tuh, dia nekat ke Hanin. Tapi mereka baik baik aja kan? Megan pasti juga gitu."
"Enggak, Bu. Megan itu beda, dua setengah tahun udah cukup buat Aa paham semua sifat itu cewek."
Ambu hela nafas. "Sekarang semuanya terserah sama Aa, Ambu ga bakal maksa. Semuanya keputusan ada di tangan Aa."
---
Beberapa hari setelah UN berlalu, banyak murid murid yang sibuk urus SBMPTN mereka, bagi yang ga lulus SNMPTN.
Tapi enggak bagi Alaska dan Megan yang sama-sama lulus SNMPTN.
Hanya saja, Alaska-
Dia dapat beasiswa untuk kuliah ke luar negeri, karena beberapa waktu terakhir dia dengan niat belajar dan usaha untuk mendapatkan beasiswa kuliah ke luar.
Alasannya? Buat lepas dari Megan.
Iya, tujuan Alaska milih untuk kuliah di universitas di luar negeri sana itu untuk melupakan perasaan dia ke Megan.
Kalau dia masih satu kampus sama Megan, justru kacau. Dia ga akan pernah bisa move on.
Alaska mau move on, dan dia udah bertekad.
Sekarang ini, baik Alaska dan Megan tengah menikmati kebab yang mereka beli, dan duduk di alfamarte yang selalu jadi tujuan mereka kalau sepulang sekolah atau jalan bareng.
"Gue keterima di kedokteran di Depok, kok bisa ya? Padahal gue ya cukup goblok." Ujar Megan heran.
"Lucky kali lo." Alaska yang sibuk dengan kebab nya membalas.
"Oh iya, lo keterima di mana deh? Gue lupa nanyain."
Alaska diam, dia takut buat nyeritain nya ke Megan.
"Meg, mungkin ini terlalu mendadak banget, tapi- gue beasiswa, di luar negeri." Balas Alaska dengan nada ragu. Cowok itu takut sama respon Megan.
Megan melotot, dia kaget, ga nyangka si tukang sebat yang dia temui di rooftop beberapa tahun lalu ini bisa dapat beasiswa di luar negeri. Tapi emang sih, Alaska itu pinter, cuma males aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
We | Im Changkyun ✓
Teen FictionTentang Kita Kita yang dipertemukan semesta untuk mematahkan persepsi tua orang-orang tentang persahabatan lawan jenis Tentang Kita yang dipertemukan semesta untuk memahami arti menyukai sendiri Tentang Kita yang dipertemukan semesta untuk belajar...