Alaska ingat dengan jelas, awal gimana dia merasakan perasaan lebih ke Megan.
Perasaan yang bukan lagi perasaan sebatas sahabat, tapi perasaan layaknya seorang remaja yang lagi jatuh cinta.
Siang itu, di tengah teriknya matahari, secara jelas lagi nyata Alaska berdiri hormat di tiang bendera, karena ketahuan membolos, emang bar-bar, jadi ketahuan di rooftop, mana sambil ngudud, habis udah.
Alaska di beri hukuman hormat bendera sampai jam pulang sekolah.
Dan sedari tadi, udah cukup banyak anak cewek yang lagi jamkos perhatiin dia lewat jendela, ada yang inisiatif mau ngasih minum tapi takut sama muka datar Alaska.
Ga ngerti lagi lah mereka kenapa Alaska bisa se triplek itu jadi manusia, padahal kalau sama Megan jadi kayak orang yang umumnya, punya emosi. Lah kalau sama yang lain?
Humor dia seolah dollar yang sulit di gapai rakyat missqueen.
Alaska sebenernya sadar banyak orang yang mau ngasih dia minuman sama tissue, tapi entah kenapa dia lebih milih nunggu dua benda itu dari seseorang yang sejak tadi ga ada nampakin batang hidungnya di hadapan Alaska.
Megan sekolah atau enggak?
Otomatis ya itu pertanyaan Alaska sekarang, dia sama sekali ga ngelihat sahabat baru nya itu di mana mana.
Tapi kalau Alaska pikir, kenapa dia harus nungguin Megan padahal bisa aja dia minta Angkasa yang lagi mantengin dia duduk di salah satu tribun lapangan?
Alaska- dia ga mungkin naksir sama itu cewek tengil kan?
Ah jelas enggak lah, mana mungkin, iya, mana mungkin.
Tapi mungkin aja sih, soalnya sekarang bukannya teriak ke Angkasa buat beliin minum Alaska malah terpaku pada sosok cewek dengan rambut yang di ikat, sedang jalan ke arahnya dengan menjinjing botol minum dingin serta handuk kecil yang tersampir di bahu cewek berbaju olahraga yang sayangnya baju olahraga dia udah di ganti pakai baju kaos putih polos oversize.
"Woi nyet! Ketahuan lo?"
Alaska ga kaget sih kalau Megan-cewek tadi- ngatain dia dengan santainya.
"Menurut lo?"
Megan ketawa. "Mampus!" lalu cewek itu melempar handuk kecilnya ke arah Alaska dan tiba tiba aja duduk di bawah yang beralaskan paving blok itu sambil meminum minuman yang dia bawa.
"Minum gue kagak ade?"
Megan menaikkan sebelah alisnya. "Lah elu siape?"
Alaska rolling eyes. "Temen bangsat."
Megan ketawa lagi, lebih ngakak kali ini. "Sorry sorry, noh punya gue, entar gue beliin baru. Gue rencana ke kantin tadi, tapi ga sengaja liat elu nangkring di lapangan ya gue samperin elu dulu baru minumnya." Megan menyerahkan minum nya kepada Alaska.
Cowok itu ragu, itu bekas Megan, ya kali.
"Temen ini temen! Minum nya kan bisa itu ujung botol ga kena bibir." Megan yang ngerti langsung ngegas.
"Yeu!" Alaska melempar handuk kecil tadi kembali ke Megan, tepat di wajah cewek itu dan menarik minum Megan lantas meminumnya tanpa peduli yang kena lemparan handuk udah mau berubah jadi monster. Kesel dia.
"Kampret lo emang!" Megan menatap botol minum tadi, isinya udah tandas. "Beneran haus lo?"
"Ho'oh!"
Megan gelengin kepalanya lelah. "Dahlah, gue beliin lagi. Eh by the way, entar pulang bareng ye beb? Ga bawa motor gue."
"Beb? Jijik bodoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
We | Im Changkyun ✓
Ficção AdolescenteTentang Kita Kita yang dipertemukan semesta untuk mematahkan persepsi tua orang-orang tentang persahabatan lawan jenis Tentang Kita yang dipertemukan semesta untuk memahami arti menyukai sendiri Tentang Kita yang dipertemukan semesta untuk belajar...