.08

9 2 0
                                    

Raymond mengerucutkan bibir nya karena sedari tadi Belle terus menceritakan tentang pertemuannya dengan Martin kemarin. Belle bercerita dengan sangat semangat yang membuat Raymond tak tega untuk menyuruhnya berhenti. Belle yang sadar akan ekspresi Raymond pun terkekeh geli sendiri. "I'm jealous babe." Lirih Raymond sambil menenggelamkan kepala nya di punuk Belle.

Belle mengusap lembut rambut Raymond dan berkata di sela-sela kekehannya. "It's ok Ray, I don't have any intention of cheating you yet." Bukannya membuat Raymond tenang, Belle malah makin memanas-manasi kekasih nya itu. "Not yet!?" Raymond ingin membentak gadis didepannya ini tetapi ia tak tega. Belle pun merasa puas dan tertawa dengan lepas melihat reaksi Raymond. "Just kidding babe."--Tangannya terjulur untuk menarik pipi Raymond yang sudah menggembung seperti ikan buntal.

____

Plakk

Tiba-tiba saja datang wanita yang menampar Belle yang sedang menikmati cake nya disebuah cafe dengan Raymond. Raymond yang kesal hampir saja mendorong wanita berbadan dua itu yang untung nya langsung di cegah oleh Belle.
"Dia hamil." Gumam Belle menatap Raymond.
Belle pun berdiri dan bertanya dengan nada lembut seakan barusan tak terjadi apa-apa.
"Maaf mba, mba siap-
"Lo gausah sok polos!Gara-gara lo Raymond jadi ninggalin gue!Dia gamau tanggung jawab padahal udah ngehamilin gue!" Teriak wanita itu histeris yang semakin menjadi tontonan pengunjung cafe.

JDEERR

Suara petir yang seakan mewakili perasaan Belle sekarang. Ia menatap Raymond dengan tatapan sangat sangat kecewa. Ia tak percaya lelaki di depan nya ini melakukan hal yang bahkan tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Raymond tersentak melihat ekspresi kecewa Belle yang membuat hati nya sangat sakit, seakan ia bisa merasakan apa yang Belle rasakan saat ini. "Babe--"-Raymond berusaha untuk menyentuh pundak Belle tetapi Belle melangkah mundur tak mau disentuh oleh lelaki tersebut. "Aku ngga mungkin ngehamilin anak orang. Dia bohong, aku bisa jelasin semuanya." Lagi-lagi Rey berusaha untuk menggenggam tangan Belle yang langsung ditepis oleh sang empu.
"Kalo ngga mungkin, gimana bisa aku sekarang ada disini Ray!Ini anak kamu!" Teriak wanita tadi dengan menangis histeris.
"SHUT UP BITCH!GUE GA PERNAH NYENTUH LO SAMA SEKALI ANJING!" Amarah Raymond sudah menggebu-gebu. Ia sudah tidak bisa menahan emosi nya lagi.

Plakk

Dengan raut muka yang semakin kecewa Belle melayangkan tamparan keras dipipi lelaki itu yang langsung meninggalkan rona merah dan darah segar yang mengalir disudut bibir nya. Semua orang terkejut dengan perlakuan Belle barusan, tak terkecuali Raymond dan wanita berbadan dua didepannya.

Hujan turun dengan deras bersamaan dengan airmata Belle yang ikut turun di pipi mulusnya. Raymond menitikkan airmata nya, bukan karena rasa sakit yang ia rasakan karena tamparan Belle. Melainkan karena melihat perempuan yang ia cintai menangis karena dirinya. Ia melangkah maju mendekati Belle yang malah semakin mundur.
"Stop!" Lirih Belle dengan suara gemetar yang membuat Raymond diam membeku.
"Please don't follow me. I need a time." Belle memohon dengan airmata yang terus turun dari kelopak matanya. Ia langsung berlari keluar di antara derasnya hujan. Raymond yang kesal melampiaskan amarahnya dengan membanting meja yang membuat semua orang bergidik ketakutan. Sedangkan wanita tadi sudah dibawa ketempat yang aman oleh pengunjung dan karyawan disana agar Raymond tidak mencoba mencelakai nya lagi.

Raymond berlari keluar cafe dan mencoba mencari Belle tetapi nihil, Belle sudah tidak ada disekitar sana. Dengan cepat ia memasuki mobil nya dan berkeliling mencari Belle.

______

Dilain tempat, Martin melihat sosok peremouan yang sedang berjalan dengan lunglai dibawah derasnya hujan. Ia menyipitkan mata menerka-nerka siapa gerangan tersebut. Ia pun mendekati mobil nya dan sangat terkejut saat mengetahui bahwa itu Belle. Dengan cepat ia keluar dari mobil dengan payung ditangannya dan menghampiri Belle yang tatapan nya sangat kosong.
"Hey are you okay?" Martin berdiri disamping Belle yang bahkan tak menghiraukan dirinya. Perempuan itu tetap berjalan dengan lunglai, saat Martin akan memanggil nya lagi tiba-tiba sebuah tinjuan melayang kearah pipi nya yang membuat nya terlempar ke aspal.

Ya, itu Raymond. Ia datang seolah seperti superhero yang menyelamatkan seorang gadis dari gangguan orang jahat. Belle tersadar dan langsung berlari kearah Martin yang sudah basah dengan darah segar yang mengalir dari sudut bibir nya.
"Oppa!Gwenchan-a?" Belle menatap nya dengan khawatir yang membuat Raymond semakin kesal.
"Seharusnya aku yang nanya ke ka--
"Stop." Belle menginstruksi Raymond untuk berhenti karena ia berniat mendekati dirinya.
"T-ta--
"Itu mobil kamu kan, ayo masuk ke mobil dulu." Belle memapah Martin masuk ke mobil tanpa menoleh sedikit pun kearah Raymond.

Suasana dimobil sangat hening, Martin sedang mencoba membaca situasi sekarang. Ia menerka-nerka pasti mereka berdua sedang bertengkar. Tetapi mengapa bisa lelaki itu membiarkan Belle berjalan sendirian di bawah deras nya hujan. Padahal yang ia dengar dari rumor, lelaki itu sangat mencintai dan menyayangi perempuan ini.

Belle sedari tadi hanya diam, Martin yang bingung harus pergi kemana pun akhirnya memutuskan untuk membawa Belle pulang kerumah nya.

_____

Belle menatap Martin bingung karena ini bukan rumah nya. Martin pun turun terlebih dahulu dan mengitari mobil nya membuka pintu untuk Belle, menutup kepala Belle dan berlari kearah pintu masuk mansion tersebut. Belle hanya terkekeh kecil dengan tingkah Martin yang bahkan tak berguna sama sekali karena mereka sekarang sudah basah kuyup. Saat Martin memencet bel, terlihat wanita yang sangat cantik kisaran sudah berkepala tiga dengan anak kecil di sebelahnya. Wanita itu terkejut melihat penampilan mereka berdua yang sangat memprihatinkan.
"Ini?Kok kamu ngebuat anak gadis orang hujan hujanan gini!" Wanita itu menatap garang kearah Martin.
"Eng-ngga tante, ini bukan salah op-eh kak Martin kok. Belle sendiri yang mau main hujan ehehe." Belle menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Nanti ya ma abang jelasin, sekarang mending suruh Belle nya masuk terus ganti baju daripada nanti anak orang masuk angin." Martin sedikit jengah dengan Mama nya yang memang selalu histeris.

Mama nya itupun membawa Belle ke kamar tamu yang berada di lantai atas. Setelah menyuruh Belle membersihkan diri, ia menyiapkan pakaian ganti milik nya dulu yang masih ia simpan.
"Belle, baju nya tante letakin di kasur ya." Mama Martin sedikit berteriak agar Belle yang sedang di bathroom mendengarnya.

Tanpa mendengar jawaban dari Belle, Mama Martin langsung keluar untuk mengintrogasi anak sulung nya itu. Pas sekali saat ia turun, putra nya itu sedang duduk diruang tv dengan baju yang sudah terganti.
"Mama mau kamu jelasin sekarang!" Ditarik nya telinga anak nya itu yang membuat sang empu meringis.
"A-aduh aduh aduh i-iya ma tapi lepasin dulu dong!" Wanita dua anak itupun melepaskan jewerannya. Dan beralih duduk di samping anak sulungnya itu.
"Mama, tatak tantik adi mana?" Tanya putra bungsunya yang masih berusia 3 tahun itu.
"Kakak nya lagi mandi Mark, biar ga demam soalnya tadi abis mandi hujan." Martin menjawab dengan nada dan eskpresi yang sangat meyakinkan bagi Mark, adiknya itu.
"Kamu jangan coba-coba ngalihin pembicaraan ya abang!"

Martin pun akhirnya menceritakan semua nya, tentu saja termasuk prediksi nya tentang Belle yang bertengkar dengan Raymond.

***

Hola, bonjour!
I hope u guys enjoy!
See u!

ReyLeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang