.09

9 2 0
                                    

Mereka sedang menikmati makan malam dengan celotehan Mark yang selalu mengajak Belle berbicara. Jujur saja, Belle sangat menyukai anak kecil. Beberapa saat lalu, saat Belle turun dari tangga, mereka semua menoleh kearah sang empu. Penampilan nya yang tadi sangat berantakan kembali cantik terutama dengan korean white dress motif floral yang ia kenakan sekarang.
"Sudah tante prediksi bakal cocok dan pas di kamu, cantik." Wanita dua anak itu mendekati Belle dan membelai lembut rambut gadis tersebut.
"Bener kan bang?" Tanya nya kepada putra nya yang sedari tadi tak mengalihkan pandangan dari gadis ini.

Putra nya hanya menggeleng dan mengacungkan jempol karena sangat terkagum melihat Belle. Mama nya hanya terkekeh dengan ekspresi putra sulung nya itu sedangkan Belle tersipu malu karena dipuji seperti itu. Mark berlari memeluk kaki Belle yang membuat mereka heran.
"Mark?" Panggil Mama nya. Mark menenggakkan kepalanya menatap keatas, kearah muka Belle.

Belle yang mengerti langsung jongkok guna menyamaratakan tinggi nya dengan baby boy itu.

Cup

Mereka semua terkejut karena Mark tiba-tiba mencium bibir Belle yang membuat sang empu melotot tak percaya.
"Eonni yeppo!" Seru Mark yang membuat Belle tersipu dan langsung memeluk nya erat.
"Dasar bocil, menang banyak." Martin berjalan mendekati mereka.
"Kalah start kamu bang sama Mark HAHAHAHAHAHA!" Ledek Mama nya sambil tertawa lepas.

Belle menggendong Mark,
"Yaudah mending sekarang kita makan, semua nya udah disiapin sama bi Ani." Sambil berjalan kearah ruang makan diikuti Belle yang menggendong Mark dan Martin di belakangnya.
"Maaf ya tante, jadi ngerepotin."
"Ngga sayang, ngga ngerepotin sama sekali."
"Mark sini gendong sama abang, kakak cantik nya capek kamu berat." Martin mencoba membujuk Mark agar mau dengannya.
"Ga, Mark gamau, aban bau." Ledek Mark sambil menutup hidungnya.
"Kurang ajar ya kamu, awas aja nanti." Martin mengancam Mark.

Belle terkekeh melihat Mark yang menjulurkan lidah nya meledek Martin.
"Gapapa kak, Mark ngga berat kok." Belle tersenyum yang membuat Martin mau tak mau menuruti perkataannya.
Mark minta disuapi Belle dan duduk disebelah nya.
"Ma liat tu si Mark." Martin sedikit jengkel dengan muka adiknya yang merasa menang dari abang nya itu.
"Udah lah bang, kamu ngalah." Kekeh Mama melihat tingkah Martin yang seperti anak kecil.
"Tatak tantik, ban maltin ili tuh mau dicuapin juga sama tatak tantik." Mark semakin menjadi-jadi menjahili abang nya.
"Bener kak?Yaudah ni, aaa." Belle mengarahkan sendok berisi nasi yang penu kearah Martin yang duduk di seberang kursi nya.
"E-eh g-gaus--
Belle dengan gemas langsung memasukkan sendok itu kedalam mulut Martin yang membuat sang empu mau tak mau mengunyah nya. Mama nya terkekeh melihat tingkah putra sulung nya itu salah tingkah.

_____

"Mark udah lepasin kakak cantik nya mau pulang." Sedaritadi Mark merengek tidak mau melepas rangkulannya dari leher Belle. Ia tidak mau Belle pulang dan meminta nya untuk menginap. Belle yang tidak tega pun menatap Mama Martin meminta izin untuk menginap. Wanita paruh baya itu menghela nafas, "Maaf ya Bel, kamu jadi repot ngurusin Mark." Mereka berjalan kearah kamar tamu. "Gapapa tante, malah seharusnya belle yang minta maaf udah ngerepotin." Wanita paruh baya itu menggeleng.

Setelah sampai dikamar, Mark masih tidak mau berpisah dengan Belle dan merengek ingin tidur dengan Belle. Ia pun menatap Belle dan sang empu hanya terkekeh mengangguk. "Yasudah kamu tidur nya jangan berputar 180 derajat ya Mark ntar kasian kakak cantik nya." Mark mengacungkan kedua ibu jari nya. "Eh tante belle boleh pinjem cellphone nya?Mau nelfon orang dirumah buat anter seragam sekolah sekalian buku sama tas buat besok." Tanya Belle sambil melirik telfon rumah yang ada di nakas samping tempat tidurnya. "Yaampun tante lupa kalau besok hari senin. Duh kamu sih Mark." Belle hanya tersenyum canggung. "Pakai aja sayang, nanti kalau titipan nya udah sampai biar bi Ani yang ambil dan anter ke kamar kamu. Mending sekarang kamu tidur biar besok ga telat." Mama Martin pun keluar dari kamar.

Setelah menghubungi orang dirumah, Belle menceritakan dongeng penghantar tidur ke Mark. Tak terasa mereka terlelap berdua, didepan pintu Martin tersenyum tipis melihat pemandangan didepan matanya.

_______

"Makasih ya kak udah nganterin Belle." Mereka berdua sedang berada didepan gerbang sekolah Belle. "Iya cantik, pulang nya aku jemput ya?" "Ngga kak!Ngga usah, soalnya nanti Belle ada urusan." Tatapan mata Martin meredup mendengar jawaban Belle, tetapi ia tidak egois dengan memaksakan kehendak Belle. "Yaudah aku pamit." Belle pun mengangguk dan bertepatan dengan Martin menancap gas, ia sedikit berteriak dan berkata "Jangan bolos." 

Sedaritadi sepasang mata tak berhenti mengalihkan pandangan dari mereka, rahang nya mengeras, tangannya mengepal menahan emosi yang sudah ingin meledak. Dengan keberanian yang sedikit dan amarah yang memuncak, dia mendekati gadis itu. Mereka berdua hanya saling menatap. Sebenarnya semalam Belle hanya berpura-pura tidur. Semalaman Belle memikirkan bagaimana caranya ia menyelesaikan masalah ini tanpa menyelesaikan hubungannya.

Banyak pertanyaan yang terhinggap di pikiran mereka masing-masing. Terutama Belle, ia bertanya-tanya mengapa muka pria didepannya ini babak belur, mengapa penampilan nya sangat berantakan. Tetapi gengsi yang dia rasakan serta rasa kecewa yang kian menumpuk membuatnya enggan bertanya langsung kepada sang empu. 

"Taman belakang. Pulang sekolah." 

Setelah mengatakan itu, Belle berjalan meninggalkan Raymond yang merasakan perbedaan sifat Belle terhadap nya. Dia merasa sangat tidak berguna. Dengan lunglai dia berjalan kearah taman belakang sekolah berniat menunggu Belle dari sekarang.

***



ReyLeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang