Gue menaikki anak tangga dengan susah payah. Sesekali gue berhenti sebentar untuk sekedar mengambil nafas lebih banyak. Kelas yang berada dilantai 2 membuat kaki gue bener bener susah buat sekedar menuntaskan beberapa anak tangga ini. Dengan sebelah kaki yang pincang kaya gini memang untuk melangkah biasa saja rasanya sudah susah apalagi kalau harus menaikki anak tangga. Lelah luar biasa.
Gue menyenderkan tubuh gue ke tembok. Tinggal 8 anak tangga lagi gue bakal nyampe kelas. Gue berusaha mengambil nafas sebanyak banyaknya.
"haduh udah bau, pincang pula. Huahahahaha" tawa orang itu mengencang.
suaranya sudah menjelaskan siapa pemiliknya. Lagi pula siapa lagi sih orang yang suka banget ngebully gue? Ngatain gue? Gangguin gue? Dialah orang yang ga punya kerjaan. Rifky.
"Pagi pagi udah ngebully orang. Ga berkah lo!" Ujar gue acuh.
"Ck. Bau! Kebiasaan deh kalo sekolah tuh mandi dulu kenapa! Badan lo bau banget ih!!" Ucapnya sambil menutup hidungnya.
Gue ga membalasnya. Gue mulai melangkahkan kaki untuk segera sampai ke kelas dan ga ngedenger bacotan nih anak lagi.
Gue sampai didalam kelas dengan ngos ngosan, disana sudah ada Nara. Tapi yang aneh Rifky malah baru sampai dikelas setelah gue sampai lebih dulu. Padahal secara logika kaki dia sehat, seharusnya dia bisa lebih dulu sampai didalam kelas ketimbang gue yang kakinya pincang sebelah. Entahlah.
"duh sya, lo masih pincang aja. Belom sembuh?" Ucap Nara memperhatikan gue lekat.
"ya gitu deh" jawab gue acuh.
"Kita ada test ya hari ini?" Tanya gue ke Nara cemas.
"Iya, padahal gue belum ngerti banget loh materi bu Mira" jawabnya sambil menangkupkan wajah dimeja dengan kedua tangannya.
"gue juga, cuma udah belajar dikit sih untungnya" ucap gue sambil menaruh tas diatas meja untuk menjadi alas kepala gue bersandar sebentar.
Bu Mira memasuki ruang kelas setelah 10 menit bel tanda jam pertama dimulai.
"Nah sekarang kalian masukkan semua buku ke dalam tas. Saya mau cuma ada alat tulis saja" seru bu Mira.
Kertas test pun dibagikan. Gue memandang soal milik gue. Cukup sulit tapi gue berusaha mengerjakannya dengan usaha sendiri. Toh semalem gue udah sedikit belajar dan lumayan ngerti. "60 menit dari sekarang" ucap bu Mira lagi sambil duduk dikursinya. Dia tak pernah lepas memandangi seluruh muridnya. Prinsip bu Mira 'nyontek, kertas diambil dan berdiri didepan kelas sambil angkat satu kaki dan kedua tangan disilangkan di kedua telinga'. Sampai jam test selesai.
Gue mengerjakan soal dengan cepat. Walau ada yang agak sulit gue tetep berusaha dan ga nyontek. Lebih bangga hasil sendiri dibanding hasil liat temen.
Gue melihat keadaan kelas. Sebagian ada yang sudah mulai bekerja sama. Dan pas mata gue tepat melihat ke arah Rifky gue pun mendapati dia yang sedang melihat jawaban milik Sergio. Gue mendengus kesal melihatnya.
Ck. Dasar otak udang!Gue mengalihkan pandangan gue dan ga sengaja gue melihat bu Mira yang sedang memperhatikan Rifky. Sepertinya dia sadar kalau Rifky nyontek. Dan benar saja tiba tiba bu Mira bangkit dari kursinya dan...
"Sedang apa kamu?" Tanyanya sinis. Rifky gelagapan. Satu kelas memperhatikannya. Termasuk gue dan Nara. Soal yang belum gue kerjain tinggal 2 nomor lagi jadi masih bisa agak nyantai.
"Ng..ng..nggak ko bu ga ngapa ngapain" jawab Rifky terbata bata.
Gue menahan tawa melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci dan Cinta
Ficção AdolescenteCowok ini selalu menggangguku, menjahiliku, bahkan yang lebih parah dia suka sekali ngebully aku. "Sebenernya salah apa sih gue sama lo"itu pertanyaan yang selalu muncul dibenak Marsya dan tak pernah mendapat jawaban. Marsya benar benar membenci cow...