part 20 : kejujuran

1.9K 52 0
                                    

Fast update khaan?
Spesial buat yang minta fast update nih.
Happy reading ya,
Semoga sukaaaa

****

Rifky pov-

Dihadapan gue sekarang, dia sedang tidur untuk istirahat. Dia berbaring lemah disana.

Gue melihat dari dekat. Cukup dekat sehingga tangan gue mampu menyentuhnya. Dia terlihat lelah, namun katanya sudah baikan. Tapi gue tahu dia masih suka kesakitan. Dia ga mau terlihat lemah dihadapan orang. Gue tahu sebenernya dia baik. Cuma sayang, gue ga bisa berhenti ngebully dia.

Biarpun begitu, gue udah mulai berdamai sama dia.

Malam itu, saat gue terpejam dibahunya, gue merasakan kenyamanan yang teramat. Rasanya begitu hangat dan menenangkan. Sejak itu, gue yakin ada hal aneh yang menyergap diri gue. Hal itu membuat gue takut. Takut untuk merasakan hal yang membuat gue patah hati kemarin. Mungkin sekarang rasa nyaman, tapi besok? Apa yang bakal gue hadapin kalo rasa itu muncul? Gue ga mau nyakitin diri gue sendiri terlebih dia.

Mungkin gue berlebihan. Ya, gue terlalu berlebihan. Lo lebay ky! Lo lebay! Cuma nyaman. Toh, itu kan yang dirasain dengan hadirnya teman? Ya, gue yakin itu hanya rasa nyaman sebagai teman. Ga lebih.

Gue menangkupkan wajah dengan kedua tangan bertumpu pada bangsal tempatnya berbaring.

Dia membalikkan badannya ke arah gue. Lalu membuka mata perlahan. "Lo disini?" Katanya lemas sambil membenarkan penglihatanya yang masih kabur.

Gue tersadar dari lamunan gue. "Hmm, kok bangun? Tidur lagi sana" gue menyunggingkan senyum.

"Bawel lo, lo tuh bikin gue kebangun tau ga?" Sungutnya sambil memasang wajah sebalnya. Yang menurut gue sekarang dia manis. Asli, ga bohong deh.

Loh?

"Emang gue ngapain? Perasaan dari tadi gue diem aja" gue menaikkan alis tanda tak terima.

Dia memasang wajah serius "dengusan nafas lo berisik tau!!!!" Ucapnya dengan nada tinggi.

"Dasar lebay begitu aja dibilang berisik" kata gue tak mau kalah.

Dia membalikkan badanya lagi dan membelakangi gue dengan gusar. Gue tahu ini anak pasti lagi ngedumel dan sewot ga jelas. Tapi gue membiarkan keadaan seperti ini. Jujur berhadapan denganya begitu dekat membuat gue semakin merasa aneh.

Gue mengulet lemas lalu merebahkan kepala di pinggir bangsal yang ditahan dengan kedua lengan yang saling bertumpu. Mungkin ini waktunya gue istirahat. Toh dia juga harus istirahat, jadi gue juga harus istirahat. Biar gue lebih segar keesokannya.

Mata gue mulai terpejam dan menikmati tidur yang indah di sore ini. Namun sebuah ucapan mengganggu gue.

"Lo ga balik?" Katanya lirih hampir tak terdengar.

Itu suara Marsya, jelaslah suara diruangan ini hanya ada kami berdua.

"Nanti" jawab gue dengan lirihan juga.

Dia membalikkan badan ke arah gue lagi, lalu memfokuskan matanya tepat dimata gue. Gue pun membenarkan posisi agar dapat balik melihatnya.

"Lo udah 2 hari disini emang orang rumah ga nyariin lo apa? Terus sekolah lo gimana?" Tanyanya menuntut.

Iya juga ya, gue ngapain disini lama lama? Orang rumah? Mereka mana peduli sih sama gue. Pada sibuk sendiri. Sekolah? Ga mood banget gue, apalagi kalo masih ketemu si pengkhianat itu. Terus, kenapa gue malah terdampar di ruangan ini? Kenapa harus tempat ini? Dan kenapa harus sama dia? Padahal gue punya banyak tempat buat dijadiin pelarian atau tempat penenang diri. Jadi, gue ngapain disini?

Benci dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang