02

5K 313 0
                                    

Dear My Family

***

Linda terbangun dari tidurnya. Sesekali ia terbatuk-batuk akibat debu yang terdapat di gudang yang ia tiduri tersebut. Linda memegang perutnya yang kini sudah minta diisi. Linda hanya sarapan di sekolah saja kemarin dan sampai saat ini ia belum dikasih makan dan juga minum.

Saat hendak bangun, tiba-tiba saja pintu gudang terbuka dengan lebar. Menampakkan seorang laki-laki yang mengenakan setelan jas yang sudah bersih dan rapi. Dia Ervin, kakaknya Linda.

"Keluar," ucapnya tanpa menatap sang adik sedikit pun. Sebisa mungkin Ervin untuk tidak kasihan melihat kondisi adiknya. Dia sama sekali tidak peduli.

Dengan kaki yang sakit akibat ditekuk saat tidur, Linda berusaha untuk tetap tegar. Ia bangun dengan tertatih-tatih dan menepuk sedikit celananya yang kotor karena debu.

Linda berjalan menuju pintu yang terbuka itu dengan kapala tertunduk. Tidak berani untuk menatap sang kakak barang sedikit saja. Linda terlalu takut untuk menatap sang kakak karena kejadian kemarin. Linda tidak mau menerima konsekuensi di pagi hari seperti ini.

Linda sudah keluar dari gudang tersebut. Terdengar Ervin tengah mengunci kembali pintu gudang itu dan segera mencabut kuncinya. Aktivitas yang selanjutnya ia lalukan adalah memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong jas yang Ervin kenakan.

"Hari ini lo ada ulangan kimia bukan?" tanya Ervin.

"Gue lihat list lo yang tertempel di dinding," sambungnya.

Linda hanya mengangguk tanpa menatap sang kakak. Setelah itu, Linda hendak pergi dari sana untuk segera mandi. Namun, dengan cekatan Ervin mencekal pergelangan tangan Linda yang mungil dengan kuat. Sehingga membuat Linda mengerang karena sakit.

"Ingat, ya. Ulangan kali ini lo harus dapat nilai sesuai yang gue perintahkan. Kalo lo nggak dapat nilai yang udah gue kasih tahu kemarin, lo akan tanggung akibatnya. Ngerti lo?"

"G-gimana caranya aku dapat nilai segitu kalo aku kemarin nggak belajar, Kak?" tanya Linda takut-takut.

Plak!

"Macam-macam lo, ya! Ini perintah! Dan lo harus ngelakuin apa yang sudah gue perintah! Bukan malah nanya balik! Dasar!" umpat Ervin dan menghempaskan tangan Linda dengan kasar.

Linda mengusap-usap pergelangan tangannya yang kini sudah merah. Ingin sekali rasanya Linda menangis sekarang. Tetapi, ia urungkan dan segera pergi untuk mandi dan langsung berangkat ke sekolah.

Sekian tiga puluh menit Linda mempersiapkan dirinya sebelum pergi ke sekolah. Saat ini ia masih bersisir di depan cermin. Linda memperhatikan wajahnya yang memerah dan sedikit lebam. Itu semua Linda dapatkan dari Ervin akibat tamparannya kemarin dan hari ini.

"Wajah aku lebam. Aku harus pakai hoodie kalo gitu. Biar teman-teman nggak curiga sama aku," gumam Linda dan mengambil hoodie berwarna pink miliknya dengan motif kucing yang lucu.

Linda mengenakan hoodie-nya itu dan segera mengambil tas. Linda sudah mendaftar bukunya terlebih dahulu sebelum mandi. Linda berdoa dalam hati supaya ulangannya kali ini mendapatkan nilai yang lebih tinggi walaupun Linda belum sempat lama mempelajari materi tersebut.

Linda mulai keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Rumah Linda memang mewah dan bertingkat. Walaupun Linda adalah keluarga yang berada, Linda sama sekali tidak pernah mengumbar-umbar kekayaan yang ia miliki.

Linda juga sangat dermawan. Meskipun Ervin jarang memberikan Linda uang jajan, dengan gigih Linda menyisihkan uang jajan miliknya untuk dibelikan kebutuhan orang yang kurang mampu dengan tulus dan ikhlas. Linda memang memiliki hati yang tulus. Semua teman-temannya tahu kalau Linda memang suka bersedekah. Linda percaya bahwa memberikan itu tidak akan membuatmu jatuh miskin. Itu kata-kata yang Linda ingat walaupun Linda anak orang kaya, Linda tetap merendahkan diri.

Linda sudah berada di bawah. Di meja makan ada Mamanya, Ervin, dan juga si kecil Harry yang sedang sarapan dengan lahapnya. Linda yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecil. Linda sudah terbiasa dengan ini. Tidak dapat sarapan di rumah tidak apa-apa, sarapan di kantin saja sudah lebih dari cukup untuk mengisi perut Linda yang kosong.

"Mama, Linda berangkat sekolah, ya," ucap Linda yang tidak ditanggapi sama sekali.

"Kak Ervin dan Harry, aku duluan, ya." Linda tersenyum sebelum meninggalkan meja makan yang diisi oleh mereka.

Linda memakai sepatunya di luar. Ervin dan Harry sama sekali tidak mengizinkan Linda untuk membawa sepatunya ke dalam. Mereka bilang kalau sepatu yang Linda miliki sangat kotor dan bau. Harry juga mengatakan kalau sepatu Linda hanya murahan.

Harry tidak tahu kalau dibalik sepatu yang ia bilang murahan itu ada perjuangan hebat yang membuat Linda bisa membeli sepatunya. Itu semua sisa-sisa uang jajan milik Linda yang ia simpan untuk bisa membeli sepatu.

Linda sangat mandiri dalam hal apa pun. Kecuali biaya sekolah dan biaya gedung yang harus ditanggung oleh kakaknya. Kadang-kadang Linda merasa tidak enak kepada Ervin karena sudah membiayai kebutuhan sekolahnya walaupun kakaknya itu juga benci padanya. Setidaknya, ia sedikit peduli dengan Linda.

Setelah memakai sepatu, Linda berdiri dan menepuk-nepuk roknya yang sedikit kotor. Sebelum berangkat, Linda berdoa di dalam hati supaya ia bisa menjawab ulangannya hari ini meskipun kemarin ia tidak sempat belajar lebih lama.

"Masih jam setengah tujuh," celetuk Linda saat melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Jam tangan itu adalah sebuah hadiah dari temannya saat Linda berulang tahun. Hanya teman-temanya yang memberikan ucapan dan hadiah kepada Linda. Berbeda dengan keluarganya yang di rumah hanya memberikan ekspresi wajah yang cuek saja seolah-olah tidak tahu apa-apa.

"Setidaknya, masih ada waktu untuk belajar sebelum bel masuk kelas," sambungnya dan berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki.

Linda menutup gerbang bagaikan pintu surga itu dengan susah payah akibat terlalu besar dan berat. Tubuh Linda yang mungil dan kecil itu telah berusaha untuk menutup rapat pintu gerbang itu dan akhirnya berhasil.

Jarak sekolah Linda dari rumahnya lumayan agak jauh. Sekitar dua kilo dari rumahnya. Linda sama sekali tidak pernah untuk mengeluh dengan keberangkatannya ke sekolah. Setiap hari Linda memang selalu berjalan kaki dan menghirup udara segar. Linda lebih memilih untuk berjalan kaki daripada naik motor ataupun mobil. Itu juga kebetulan tidak ada siapa pun yang memboncengnya.

Linda tetap berjalan menyusuri jalanan yang cukup ramai itu dengan santai. Tudung hoodie yang ia kenakan nampak seperti badgirl, dengan tangan yang dimaksukkan ke dalam kantong hoodie-nya.

Linda tampak mirip seperti orang yang tertutup akibat outfit yang ia kenakan terlihat seram. Namun, tidak juga seram karena hoodie Linda berwarna pink dan itu lebih terkesan imut dan lucu dibandingkan dengan seram.

________________________________🐾

Heyo ... kasih vote dan komennya, ya( ˘ ³˘)♥
Maafkan kalau ada typo ༼;´༎ຶ ۝ ༎ຶ༽

See you~

Dear My Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang