Dear My Family
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Ucapan Darena terus saja berputar-putar di kepala Linda. Linda sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Darena tadi siang. Sejak perdebatan kecil itu, Linda dan Darena saling memperlihatkan tatapan tajam yang tidak bersahabat.
Kini Linda sudah berada di rumah. Saat ia baru sampai keadaan rumah sangat sepi. Linda mulai berpikir, pasti mereka tengah jalan-jalan sore ini.
Linda langsung menuju kamarnya dan termenung di tempat tidurnya. Ia hendak bertanya kepada sang kakak apakah yang dibicarakan oleh Darena benar adanya. Namun, nyali Linda tidak sekuat itu untuk bertanya kepada sang kakak.
Tidak mungkin Linda akan mendapatkan ampunan kalau ia bertanya seperti itu. Linda pusing sampai ia hampir jatuh sakit. Menghembuskan napas kasar, Linda keluar dari dalam kamarnya dan berjalan perlahan menuju dapur.
Linda duduk di meja makan itu sendirian dengan tatapan kosong. Tidak lama kemudian, pintu ruang tamu terbuka lebar. Terdapat dua orang laki-laki tengah memasuki ruangan dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.
Tetapi, di mana Mama?
Ah ... mungkin sedang ke rumah temannya?
Linda berusaha untuk berpikir positif.
Linda berusaha untuk mendekat kepada adik dan kakak. Untuk pertama, ia memulai percakapan dengan adiknya.
"Harry, kamu baru pulang sekolah?" tanya Linda.
"Lo gila apa gimana? Jelas-jelas gue baru sampai rumah dari sekolah malah nanya!" jawab Harry sedikit membentak.
Mencoba tenang, Linda kembali bertanya.
"Ada PR yang harus kamu bawa besok?" tanya Linda.
Dengan cepat kepala Harry menengok ke arah Linda yang bertanya. Ia berdiri dari duduknya dan melihat sorot mata kakaknya.
"Lo beneran nanya atau bagaimana?"
Linda mengangguk.
"Bagus, deh. Gue ada banyak PR. Gue minta lo kerjain, besok gue bawa!" suruh Harry.
Kemudian, ia mengambil beberapa buku tulis dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Linda. Linda menerima semua buku adiknya dan membawanya ke kamar.
Untuk sekarang ia tidak bertanya kepada kakaknya. Linda mau melihat, apakah yang Darena katakan benar atau tidak.
Kalau benar, aku akan meminta maaf padanya. Kalau salah, ia yang harus meminta maaf.
***
Tidak terasa, satu jam Linda sudah mengerjakan semua PR adiknya. Linda bersiap-siap untuk membawakan semua buku tugas adiknya ke kamar.
Linda membawa tiga buah buku dan menuju kamar Harry. Saat melewati kamar kakaknya, Linda berhenti karena pintu kamar kakaknya terbuka sedikit.
Linda sengaja mengintip karena kakaknya sedang berbicara sendiri di dalam. Linda heran, tidak seperti biasanya Ervin akan berbicara sendiri seperti orang yang tengah mengalami stres.
"Duh ... gimana cara gue bayar administrasi Mama? Sedangkan itu sangat mahal," ucap Ervin di dalam sana sambil mengusak rambutnya kasar.
Ha? Administrasi Mama? Apa yang kakak katakan?
Linda berusaha untuk mendengar lebih jelas apa yang akan dikatakan kakaknya selanjutnya.
"Gue udah ngambil uang perusahaan dan itu belum cukup."
Deg!
Berarti, benar apa yang dikatakan oleh Darena?
Linda membekap mulutnya tidak percaya. Lalu, apa hubungannya dengan administrasi Mama? Apakah Mama sedang sakit? Tetapi, Linda melihat Mamanya baik-baik saja.
Karena tidak tahan, Linda berjalan menuju kamar Harry yang berada di paling pojok. Saat membuka pintu, Linda melihat adiknya sedang bermain game di ponselnya.
"Harry," panggi Linda.
"Apa?"
"Ini PR kamu. Kak Linda udah buat dengan benar semuanya."
"Ya, taruh aja di meja gue!" suruh Harry. Tetapi, matanya masih fokus ke layar ponselnya.
"Harry, kakak mau nanya," ucap Linda.
"Apaan?"
"Mama mana? Saat kakak pulang, kakak nggak lihat Mama. Memangnya Mama kemana?"
"Mama di rumah sakit. Mama stroke," ujar Harry.
"Enggak, nggak mungkin!" bantah Linda.
"Apanya yang nggak mungkin? Itu semua beneran!"
"Besok Mama udah mulai menjalani perawatan. Lo pasti senang, 'kan Mama sakit?!" bentak Harry.
Linda menggeleng, air matanya mulai berjatuhan.
"Jadi, Kak Ervin ngambil uang dari perusahaan buat biaya Mama?"
"Dari mana lo tahu?"
"Teman kakak yang bilang. Ayahnya jadi seorang Bos di sana. Dia bentak-bentak kakak tadi siang karena Kak Ervin sudah korupsi di perusahaan ayahnya!"
Linda berlari keluar dari kamar Harry dan memasuki kamar kakaknya.
"Apa lo?!"
"Kakak korupsi?" tanya Linda dengan air matanya yang masih merembes keluar dengan deras.
"Apa-apaan lo? Ini gajih gue!"
"Nggak mungkin. Kakak udah korupsi sama ayah teman aku untuk biaya Mama di rumah sakit! Kenapa kakak enggak bilang sama aku bahwa Mama sakit?! Kakak jahat!"
Linda berlari keluar dari kamar Ervin menuju kamarnya. Ia menangis sesenggukan sembari meremat seprei bantalnya. Ia menangis hingga satu jam dan Linda mengalami mimisan.
_________________________________🐾
Yayayyayayy!
Mohon klik vote dan boleh juga komen kalian, silakan:)
Maaf banget kalau ada typo, ya (^~^;)ゞSee you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Family [END]
Teen Fiction"Aku sama sekali tidak membunuh Ayah!" - Linda Cantika. "Saya menyesal telah melahirkan kamu!" - Mama. "Gue nggak sudi punya adik seperti lo!" - Ervin Sastrawan. "Gue benci Kak Linda sampai kapan pun!" Harry Saguna. Linda Cantika, seorang gadis lucu...