Dear My Family
***
Pintu ruangan terbuka dengan lebar. Nampak Harry datang dengan note kecil yang berada di tangan kanannya. Ia sudah menghabiskan empat puluh menit perjalanan karena memang keadaan jalan sedang macet yang membuat Harry geram.
Ia berjalan mendekat ke arah Dokter Hana yang duduk di meja kerjanya dengan tatapan kosong. Ia meremas-remas rambutnya karena depresi akan kepergian Linda.
"Dokter, dokter kenapa?" tanya Harry bingung dengan sikap Dokter Hana.
"Tadi Kak Linda nyuruh aku ngambil note kecilnya dia. Tapi, di jalan macet sekali, saya jadi lama," ujar Harry.
Dokter Hana menoleh ke arah Harry dengan mata yang sembab, hidung merah, dan tampilan acak-acakan. Ia terlihat tidak seperti seorang dokter pada umumnya.
"Kamu terlalu lama," ucap Dokter Hana pelan serta gemetar.
Harry bingung, ia harus bagaimana? Sedangkan keadaan jalan tadi sangatlah macet dan tidak bisa mengambil jalan pintar karena Harry menggunakan mobil.
"Tapi, saya harus bagaimana? Jalan sangat macet sampai saya tidak bisa ke mana-mana. Mengambil jalan pintas saja tidak bisa," jelas Harry.
Kini Harry beralih menatap Linda yang terbaring lemah di ranjang pasien. Ia mendekat ke arah kakaknya dan menaruh note kecil tersebut di meja.
Dokter Hana melihat gerak-gerik Harry yang menaruh buku kecil itu di meja. Ia berdiri dan segera menghampiri Harry.
"Kak, gue sudah bawa note punya lo. Tadi gue udah susah payah buat ngambil karena jalannya macet. Maaf, gue lama," ucap Harry dan menatap kakaknya.
"Kak, kok lo malah tidur, sih?" tanya Harry. Ia menepuk-nepuk tangan kakaknya yang dingin.
"Kak, bangun, dong. Tadi katanya jangan lama-lama, tapi lo malah tidur," keluh Harry dan masih menepuk tangan kakaknya supaya bangun.
"Gue marah kalo lo gini. Udah capek-capek ambilin lo malah enaknya tidur dan nggak bilang terima kasih," omel Harry tanpa sadar.
Dokter Hana yang melihat itu menyentuh bahu Harry. Harry terkejut dan menoleh dengan cepat ke arah Dokter Hana.
"Ih, bikin saya kaget aja," gerutu Harry.
"Harry, kakak kamu udah meninggal," celetuk Dokter Hana yang masih memegang bahu Harry.
Deg!
Harry menoleh dengan cepat ke belakang di mana Dokter Hana berdiri. Nggak, ini pasti tidak mungkin, itu yang Harry pikirkan.
"Nggak, dokter pasti bercanda, 'kan?" tanya Harry dengan raut wajah yang sengaja dibuat tertawa renyah, padahal dalam hati Harry sudah menangis dan ingin mati.
"Saya tidak berbohong sama kamu. Saya berbicara jujur."
Suara Dokter Hana terdengar bergetar, bahwa ia menahan tangisnya.
Kini Harry kembali menatap Linda dengan tatapan nanar. Ia masih tidak percaya dengan ucapan dokter barusan.
"Kak, gue udah capek-capek, loh. Kok lo malah kayak gini," ucap Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Family [END]
Teen Fiction"Aku sama sekali tidak membunuh Ayah!" - Linda Cantika. "Saya menyesal telah melahirkan kamu!" - Mama. "Gue nggak sudi punya adik seperti lo!" - Ervin Sastrawan. "Gue benci Kak Linda sampai kapan pun!" Harry Saguna. Linda Cantika, seorang gadis lucu...