07

2.8K 223 4
                                    

Dear My Family

***

Dokter itu terus berbincang sedikit dengan Linda. Dokter itu tampak senang bertemu dengan anak dari teman lamanya dulu. Dokter itu juga merasa kasihan kepada Linda yang dari kecil sudah ditinggal oleh ayahnya.

"Em ... kalau boleh tahu, nama dokter siapa?" tanya Linda malu-malu.

"Oh ... perkenalkan nama saya Hana. Panggil saja Dokter Hana," jawab Dokter Hana dengan senyuman khasnya.

"Baiklah, apa yang perlu saya periksa?"

"Jadi begini, akhir-akhir ini kondisi tubuh saya terus saja melemah. Sendi saya selalu sakit dan tadi di sekolah saya mimisan. Apakah itu merupakan suatu gejala atau tanda-tanda, Dokter Hana?"

Dokter Hana terdiam dan menatap Linda lekat. Dia menghembuskan napasnya sebelum mengajak Linda naik ke bangsal untuk memeriksanya.

"Kalau begitu, mari saya periksa dulu."

Dokter Hana bangkit dan menuntun Linda ke bangsal. Linda menidurkan dirinya di bangsal itu dengan muka tegang. Dia sebelumnya tidak pernah tidur di bangsal rumah sakit seperti ini. Dan ini merupakan pertama kalinya.

"Mukanya rileks saja. Nggak usah tegang," ucap Dokter Hana sembari terkikik melihat ekspresi Linda yang sangat tegang.

"Ah ... maafkan saya. Ini pertama kalinya saya tidur di bangsal rumah sakit, jadi rasanya saya agak sedikit tegang dan kaku."

"Tidak apa-apa, biasa saja. Saya akan mulai memeriksa kamu, ya."

Dokter Hana dengan telaten memeriksa kondisi Linda. Dia fokus dengan apa yang dia kerjakan sampai membuat Linda takjub. Linda berharap dirinya nanti akan seperti Dokter Hana.

"Bagaimana, Dokter?" tanya Linda saat Dokter Hana telah selesai memeriksa kondisi Linda.

"Kita duduk lagi, ya." Linda bangun dari tidurnya dan duduk di tempat yang tadi. Kini mereka sudah berhadap-hadapan. Dokter Hana nampak membawa selembar kertas berwarna putih yang berisi tulisan.

"Linda, kamu mengidap penyakit leukimia," ucap Dokter Hana secara tiba-tiba. Linda menelan ludahnya susah payah dengan jantung yang berdegup kencang.

I-ini tidak mungkin. Bagaimana bisa penyakit itu ada dalam diriku?

"Nggak, mungkin Dokter Hana salah, deh. Nggak mungkin aku mengidap penyakit seperti itu!" bantah Linda yang sudah dibanjiri air mata.

"Saya serius, kamu mengidap leukimia. Saya minta kamu banyak istirahat dan jangan terlalu banyak aktivitas."

Linda mengambil kertas itu dan keluar tanpa sepatah kata pun dan tidak lupa untuk mengambil obat yang diberikan oleh Dokter Hana. Linda berlari di koridor rumah sakit itu sambil menangis. Linda tidak percaya kalau dirinya akan bernasib seperti ini. Linda takut kalau orang rumah mengetahuinya dengan cepat.

"Apa yang harus aku lakukan?" lirih Linda. Kini ia sedang berada di jalan raya dengan aktivitas jalan yang padat. Tatapannya kosong dan mukanya yang terlihat sangat pucat.

Linda hanya bisa menerima cobaan ini dengan sabar. Sekarang sudah tertampang jelas pintu gerbang besar di hadapannya. Pintu yang bagaikan gerbang surga itu sekarang tampak menyeramkan baginya. Dengan sekuat tenaga, Linda membuka pintu gerbang itu dengan susah payah dan menutupnya kembali.

Dilepaskannya sepatunya dan ditaruh di luar. Linda membuka pintu rumah dengan pelan supaya tidak menimbulkan suara. Linda takut kalau orang rumah mengetahuinya pulang sore. Terlebih lagi kakaknya, Ervin. Linda mengendap-endap untuk naik menuju kamarnya. Namun naas, seseorang memanggilnya dari belakang dengan nada dingin.

"Linda." Linda berbalik arah dan menatap orang itu dengan tatapan sayu. Ia berjalan mendekati orang itu dengan kaki yang bergetar tidak keruan.

"Dari mana aja lo?"

"T-tadi—"

"Lo lihat sekarang udah jam berapa? Tadi lo pulang dari sekolah jam berapa?"

"Jam empat."

"Dan sekarang? Lo tahu jam berapa sekarang?!"

"J-jam setengah enam," sahut Linda yang dilanda ketakutan.

"Bagus, lo pulang jam segini cuma keluyuran?!"

Ervin merampas tas Linda dan dilemparkan ke sembarang arah. Ervin menarik lengan Linda untuk dibawa ke kamar mandi. Ervin menjambak rambut Linda keras yang membuat kepalanya berdenyut. Ervin menampar Linda beberapa kali. Ervin mengguyuri Linda dengan air bak yang dingin itu. Tanpa belas kasihan Ervin terus menghukum Linda tanpa ampun.

Linda menggigil. Semua tubuhnya dan juga seragam sekolahnya sudah basah kuyup. Ervin mengunci Linda di kamar mandi itu. Linda menangis tanpa suara, hatinya seperti terkikis oleh benda tajam kala kakaknya menampar tampa ampun.

__________________________________🐾

Eyo, eyo, eyo
Holaaaaaaa

Kasih voment jangan lupa-!! (☆▽☆)
Maaf kalau ada typo (っ˘̩╭╮˘̩)っ

See you~

Dear My Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang